===Peristiwa 18 November 1678 (Tragedi Tegalkalong)===
Hubungan kembali terjalin terutama era kepemimpinan Pangeran '''Pangeran Rangga Gempol''' '''III''' pasca melemahnya Kesultanan Mataram Islam pada [[1657]] Masehi.
'''Rangga Gempol III''' datang ke Keraton Dharma-Ayu untuk bertemu '''Kanjeng Gusthi Syekh Syama'un''' (Sultan Wiralodra V) dan membahas tentang Panembahan Senopati Dermayon di Sumedang untuk menjadi penopang kekuasaan Sumedang agar merdeka dari VOC.
Tahun [[1657]] Masehi, Sultan Wiralodra V mengutus Raden Bagus, Raden Singamanggala, Raden Tanusuta dan Raden Bagus Taka (Ngabehi Wira) serta yang lainnya untuk ngabdi ke Rangga Gempol III di Sumedang.
Pada IdhulIdul Fitri di Hari Jumat [[18]] [[November]] [[1678]] Masehi. Rangga Gempol III [https://jabar.tribunnews.com/2021/04/26/ini-masjid-tertua-di-sumedang-ada-cerita-tragedi-berdarah-saat-idul-fitri-tahun-1678?page=2] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230817073712/https://jabar.tribunnews.com/2021/04/26/ini-masjid-tertua-di-sumedang-ada-cerita-tragedi-berdarah-saat-idul-fitri-tahun-1678?page=2 |date=2023-08-17 }} dan Keluarganya serta Panembahan Senopati Dermayon di Sumedang melaksanakan Ibadah Sholat IdhulIdul Fitri di Masjid Tegalkalong Sumedang, namun secara tiba-tiba dari arah barat, pasukan Banten yang dipimpin Cilik[[Cilikwidara]] Widaradengan bersenjatakan lengkap menyerang Masjid Tegalkalong secara mendadak, dengan sasaran Rangga Gempol III, Keluarga& keluarga, Pangeran Senopati Dermayon (Panembahan). danPara Jamaahjamaah yang sedang melaksanakan Sholat IdhulIdul Fitri juga banyak yang ikut menjadi korban dari serangan tersebut, namun Rangga Gempol III berhasil meloloskan diri menuju daerah Dermayon.
Hanya ada satu Pangeran panembahan dermayon yang tersisa yaitu Kiyai Ngabehi Wira (Raden Bagus Taka) pada saat itu berhasil mendesak mundur pasukan Banten, Kiyai Ngabehi Wira menggiring dan memerintahkan Jamaah Tegalkalong yang masih tersisa untuk pergi meloloskan diri ke Utarautara untuk meminta bantuan kepada Kesultanan Dermayon pada tahun [[1678]] Masehi.
Konflik berhasil diredam setelah Cilik WidaraCilikwidara tertusuk Keris Kiyai Bengkelung milik Pangeran Ngabehi Wira (Kiyai Ngabehi atau Raden Bagus Taka) dan Ngabehi segera meloloskan diri dari pengeroyokan di Masjid Tegalkalong ke Utarautara.
Setelah menunggu lama pasukan bantuan dari Dermayon telag tiba, namun datang terlambat di masjid Tegalkalong sudah banjir darah, banyak jamaah, keluarga dan Rangga Gempol III serta panembahan dermayon tergeletak penuh darah dan bala pasukan dermayon memandikan para korban tersebut.
Para Jamaah yang diperintahkan ngabehi Wira untuk meloloskan diri ke utara berhasil dengan selamat sampai ke desa sidodadi, namun pasca tragedi itu Sumedang di kuasai Banten dan penduduk yang berhasil meloloskan diri tidak ingin kembali ke sumedang, dikarenakan sumedang jatuh kekuasaan banten. Hingga Pendudukpenduduk tegalkalongTegalkalong banyak yang memilih hidup menetap di wilayah ini dan mendirikan desa bernama Haurgeulis pada tahun [[1679]] Masehi yang sekarang desa tersebut dipilih menjadi nama distrik Kecamatan Haurgeulis.
== Letak Geografis ==
|