Pendidikan Islam di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Pendidikan Islam di Indonesia''' merupakan salah satu bentuk pendidikan dalam pengajaran di bidang ilmu agama Islam yang hingga saat ini diberlakukan bagi umat Islam. Pendidikan Islam di Indonesia melibatkan berbagai aspek, termasuk kurikulum, lembaga pendidikan, dan peran agama Islam dalam sistem pendidikan nasional. == Sejarah == === Masa kerajaan Islam di Sumatera === Kerajaan Islam di Sumatera muncul pada abad ke-13 dan dikenal sebagai Kerajaan Sri...' |
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 1:
[[Berkas:Pembukaan Tahun Ajaran Baru Gontor 2018.jpg|jmpl|Gontor: Salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia]]
'''Pendidikan Islam di Indonesia''' merupakan salah satu bentuk pendidikan dalam pengajaran di bidang ilmu agama Islam yang hingga saat ini diberlakukan bagi umat Islam. Pendidikan Islam di Indonesia melibatkan berbagai aspek, termasuk kurikulum, lembaga pendidikan, dan peran agama Islam dalam sistem pendidikan nasional.
Baris 5 ⟶ 6:
=== Masa kerajaan Islam di Sumatera ===
[[Kerajaan Islam di Sumatera]] muncul pada abad ke-13 dan dikenal sebagai [[Kerajaan Sriwijaya]], didirikan oleh [[suku Melayu]] yang menguasai wilayah [[Sumatra|Sumatera]]. Puncak kejayaan Sriwijaya terjadi pada abad ke-14, ditandai oleh sistem pemerintahan yang kuat, didasarkan pada hukum dan keadilan, serta penyebaran agama Islam di wilayahnya.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Yahdi|first=Muhammad|title=Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia|url=https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpk/article/view/39183/17649|journal=}}</ref>
[[Berkas:MAHS Palace grounds of the Aceh Sultanate 3D model.jpg|jmpl|Miniatur Kesultanan Aceh]]
Wilayah Sumatera melibatkan [[Kerajaan Pasir|kerajaan Pasi]], [[Perlak]], dan [[Aceh Darussalam]], yang semuanya berada di ujung Sumatera. [[Kesultanan Samudera Pasai|Kerajaan Samudra Pasai]], didirikan pada abad ke-10 oleh [[al Malik Ibrahim bin Mahdum]], [[Malikussaleh dari Samudera Pasai|Malik al Shaleh]], dan [[al Malik Sabar Syah]], mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-14. Pada abad ke-14 M, kerajaan ini menjadi pusat pendidikan dengan perhatian khusus pada waktu itu.<ref name=":0" />
Baris 13 ⟶ 14:
Penyebaran Islam dan pendidikan Islam di Nusantara dimulai dari pusat-pusat pendidikan seperti [[Kesultanan Samudera Pasai|Samudra Pasai]], [[Malaka]], dan [[Aceh]], yang mendapat dukungan geografis strategis dan menjadi pusat pertukaran ide dan budaya antar etnis di seluruh Nusantara.<ref name=":0" />
=== Masa kerajaan Islam di Jawa ===
[[Kerajaan Islam di Jawa]] mencakup kerajaan Islam di [[Kesultanan Demak|Demak]], [[Kesultanan Pajang|Pajang]], [[Kesultanan Mataram|Mataram]], [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], dan [[Kesultanan Banten|Banten]]. Pendidikan Islam di kerajaan Demak, Pajang, dan Mataram berlangsung seiring dengan kegiatan [[Dakwah islamiyah|dakwah Islam]] yang dilakukan oleh para [[ulama]] dan [[wali]]. [[Raden Patah|Raden Fatah]], lulusan santri dari [[perguruan Islam Denta]], menjadi raja pertama di Demak. Pada masa pemerintahan [[Sultan Trenggono]] (1524-1546), [[Kesultanan Demak]] mencapai puncak kemajuannya, menjadi kerajaan terkemuka dan pusat [[Islamisasi]]. [[Masjid Agung Demak|Masjid Demak]] terkenal sebagai tempat berkumpulnya [[Wali Sanga|walisongo]] yang dianggap paling berpengaruh dalam [[penyebaran Islam di Jawa]].<ref name=":1">{{Cite book|last=Yunus|first=Mahmud|date=1995|title=Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia|location=Jakarta|publisher=Sumber Mutiara|url-status=live}}</ref>
[[Berkas:Masjid demak.jpg|jmpl|Masjid Agung Demak]]
Sistem pelaksanaan pendidikan dan pengajaran [[Islam|agama Islam]] di [[Kabupaten Demak|Demak]] mirip dengan pelaksanaan pendidikan di [[Aceh]], di mana masjid dijadikan tempat sentral pendidikan di suatu daerah. Di sana, pendidikan agama diajarkan di bawah kepemimpinan seorang Badal, yang bertugas sebagai guru, pusat pendidikan, pengajaran, dan sumber [[Islam|agama Islam]].<ref name=":1" />
Pada zaman [[Kesultanan Demak|Demak]], kitab-kitab agama Islam masih berbentuk [[Primbon]] atau catatan, yang berisi berbagai macam catatan tentang ilmu agama, doa, dan bahkan ilmu obat-obatan serta [[Ilmu Gaib|ilmu gaib]]. Kitab-kitab seperti [[Suluk Sunan Bonang]], [[Suluk Sunan Kalijaga]], dan [[Wasita Jati Sunan Geseng]] dikenal sebagai diktat pendidikan dan ajaran [[mistik Islam]] dari masing-masing sunan, ditulis secara manual.<ref name=":1" />
Di zaman [[Kerajaan Mataram]], [[pendidikan Islam]] sudah mendapat perhatian yang cukup besar, meskipun tidak ada undang-undang wajib belajar. Anak-anak usia sekolah terlihat harus belajar di tempat-tempat pengajian di desanya atas keinginan orang tua mereka. Setiap desa hampir memiliki tempat pengajian [[al-Qur'an]] yang mengajarkan [[Abjad Arab|huruf hijaiyah]], membaca al-[[Al-Qur'an|Qur'an]], [[Berzanji|barzanji]], serta dasar ilmu agama Islam. Pengajaran dilakukan dengan metode hafalan semata-mata. Di setiap tempat pengajian, dipimpin oleh seorang guru yang memiliki gelar modin. Selain pelajaran [[al-Qur'an]], ada juga tempat pengajian kitab bagi murid-murid yang telah menyelesaikan hafalan [[al-Qur'an]], yang dikenal sebagai [[pesantren]].<ref name=":1" /><references />
|