Pendidikan Islam di Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 22:
Pada zaman [[Kesultanan Demak|Demak]], kitab-kitab agama Islam masih berbentuk [[Primbon]] atau catatan, yang berisi berbagai macam catatan tentang ilmu agama, doa, dan bahkan ilmu obat-obatan serta [[Ilmu Gaib|ilmu gaib]]. Kitab-kitab seperti [[Suluk Sunan Bonang]], [[Suluk Sunan Kalijaga]], dan [[Wasita Jati Sunan Geseng]] dikenal sebagai diktat pendidikan dan ajaran [[mistik Islam]] dari masing-masing sunan, ditulis secara manual.<ref name=":1" />
Di zaman [[Kerajaan Mataram]], [[pendidikan Islam]] sudah mendapat perhatian yang cukup besar, meskipun tidak ada undang-undang wajib belajar. Anak-anak usia sekolah terlihat harus belajar di tempat-tempat pengajian di desanya atas keinginan orang tua mereka. Setiap desa hampir memiliki tempat pengajian [[al-Qur'an]] yang mengajarkan [[Abjad Arab|huruf hijaiyah]], membaca al-[[Al-Qur'an|Qur'an]], [[Berzanji|barzanji]], serta dasar ilmu agama Islam. Pengajaran dilakukan dengan metode hafalan semata-mata. Di setiap tempat pengajian, dipimpin oleh seorang guru yang memiliki gelar modin. Selain pelajaran [[al-Qur'an]], ada juga tempat pengajian kitab bagi murid-murid yang telah menyelesaikan hafalan [[al-Qur'an]], yang dikenal sebagai [[pesantren]].<ref name=":1"
=== Masa kerajaan Islam di Sulawesi ===
Kerajaan yang pertama kali didirikan melalui penyebaran Islam adalah [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa Tallo]], pada tahun 1605 M, dengan rajanya bernama [[Mallingkai Dg. Nyonri]] yang kemudian mengganti namanya menjadi [[Sultan Abdullah Awwalul Islam]]. Segera setelahnya, [[Ala'uddin dari Gowa|Sultan Aluddin]] menjadi penguasa Gowa, dan dalam waktu dua tahun, seluruh penduduk [[Kabupaten Gowa|Gowa]] memeluk Islam. [[Abdul Qadir Khatib Tunggal]], yang juga dikenal dengan gelar Dato Ribandang dan berasal dari [[Minangkabau]], yang merupakan murid dari [[Sunan Giri]], memiliki peran penting sebagai [[Muballig Islam]] dalam proses penyebaran agama ini.<ref name=":2">{{Cite book|last=Nata|first=Abuddin|date=2011|title=Sejarah Pendidikan Islam|location=Jakarta|publisher=Kencana|url-status=live}}</ref>
Proses perkembangan Islam terus berlanjut di [[Sulawesi]], khususnya di masyarakat Gowa dan Tallo, yang terus mengalami pertumbuhan dan kemajuan. Seiring waktu, [[madrasah]] mulai didirikan dengan menerapkan sistem klasikal, dilengkapi dengan bangku, meja, dan papan tulis sebagai sarana pendidikan. Catatan sejarah mencatat bahwa [[Muhammadiyah]] merupakan organisasi yang pertama kali mendirikan madrasah di Sulawesi Selatan pada tahun 1926.<ref name=":2" />
[[Muhammadiyah]] terus aktif dalam pengembangan dakwah Islam dengan fokus utama pada pengelolaan pendidikan, khususnya madrasah. Pembelajaran di madrasah ini difokuskan pada materi-materi ke-Islaman sebagai dasar dan penguat bagi seluruh peserta didik.<ref name=":2" /><references />
|