Zainal Ilmi al-Banjari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
[[Berkas:Zainal Ilmi - Makam 003.jpg|jmpl|Makam Guru Zainal Ilmi di Kelampaian]]
[[Berkas:Zainal Ilmi - Makam 001.jpg|jmpl|Kubah Guru Zainal Ilmi]]
== Pendidikan ==
Zainal Ilmi sejak kecil mendapat bimbingan ilmu islam dari keluarga, sehingga sejak kecil pula beliau memiliki iman tauhid yang terbina dan akhlak yang terpuji. Beliau juga menyibukkan diri dengan menuntut ilmu, beribadah, dan menghindari hal-hal syubhat.
Adapun guru Zainal Ilmi al-Banjari dalam menuntut ilmu, di antaranya adalah orang tuanya sendiri, yakni KH. Abdus Shamad. Padanya beliau belajar ilmu arabiyyah, fiqih, dan hadist selama kurang lebih 6 tahun. Kemudian KH. Muhammad Amin bin Qadhi H. Mahmud, Syekh Abdurrahman Muda, KH. Abbas bin Mufti H. Abdul Jalil, KH. Abdullah bin KH. Muhammad Shaleh, KH. Muhammad Ali bin Abdullah Al Banjari, KH. Khalid, KH. Ahmad Nawawi, serta KH. Ismail Dalam Pagar Martapura, KH. Ahmad Wali Kuin Banjarmasin.<ref name=":0">{{Cite web|last=DIA|first=Yayasan|date=2022-06-17|title=Biografi KH. Zainal Ilmi Al-Banjari|url=https://www.laduni.id/post/read/80756/biografi-kh-zainal-ilmi-al-banjari.html|website=Biografi KH. Zainal Ilmi Al-Banjari|language=en|access-date=2023-12-02}}</ref>
== Sifat-sifat ==
Baris 20:
Zainal Ilmi memiliki perawakan gemuk dan tidak terlalu tinggi. Meski demikian, beliau sangat dihormati karena jiwa sosial beliau yang tinggi. Beliau suka menyantuni fakir miskin dan janda-janda tua. Diceritakan bahwa beliau membagikan santunan ketika malam tiba secara sembunyi-sembunyi.
== Karomah<ref>{{Cite web|title=Karomah Guru Zainal Ilmi Martapura, Mampu Memadamkan Api Dari Jarak Jauh|url=https://www.beritabanjarmasin.com/2022/06/karomah-guru-zainal-ilmi-martapura.html|website=Berita Banjarmasin {{!}} Situs Berita Data & Referensi Warga Banjarmasin|access-date=2023-12-02}}</ref> ==
=== Memadamkan api dari jarak jauh ===
Disebutkan ketika Zainal Ilmi mengajar murid-murid di kediamannya, di tengah-tengah pengajian beliau berkata "Kita berhenti sebentar".
Baris 53:
Ketika wafatnya Zainal Ilmi tersebut musim pada waktu itu sedang kemarau. Tanah dan sungai menjadi kering, sehingga untuk dimakamkan di Desa Kelampaian disamping makam orang tuanya mendapat kendala yang berarti. Sebab, untuk ke Kelampaian saat itu harus melalui jalur sungai, sedangkan sungai sebagai sarana transportasi tersebut tak dapat digunakan karena kekeringan. Dengan demikian, muncullah inisiatif untuk memakamkan Tuan Guru Zainal Ilmi Al Banjari ditempat lain. Seperti, di Desa Dalam Pagar, pun demikian ada juga inisiatif dari kalangan ABRI (sekarang TNI) yakni [[Hasan Basri]] yang mengusulkan agar ia dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Bumi Kencana]]. Sebab, ia dianggap sebagai sesepuh angkatan bersenjata. Semua usulan tersebut disambut baik oleh ahli waris. Namun ahli waris tetap menginginkan jasad almarhum dimakamkan di Kalampaian berdekatan dengan Datuknya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, kendati hal itu mendekati tidak mungkin pada saat itu.
Allah Swt. Maha Berkehendak, tak disangka dan tak diduga Jum’at malam hujan turun dengan derasnya, sehingga sungai yang tadinya kering menjadi berair hingga bisa dilewati perahu yang membawa jenazah dan rombongan sanak keluarga yang mengiringi jenazah Zainal Ilmi. Dan pada hari Sabtu, 14 Dzulqaidah Tahun 1375 Hijriyah dengan suasana yang penuh khidmat jasadnya dimakamkan di samping makam orang tuanya KH. Abdus Shamad di Kalampaian berdekatan dengan Datuknya Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.<ref name=":0" />
== Referensi ==
|