Penelitian kualitatif: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Perubahan Urutan |
|||
Baris 35:
Jenis penelitian ini jarang dilakukan untuk survei, karena memerlukan biaya yang mahal, namun sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan serta pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering kali metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau [[Penelitian kuantitatif|survei kuantitatif]] tidak diperlukan.
==
Banyak orang mengira [[wawancara]] adalah tugas yang mudah; Tidak ada bedanya dengan percakapan sehingga tidak perlu menyusun strategi. Kelihatannya seperti air asalkan mengalir dengan lancar: orang beranggapan bahwa [[peneliti]] telah melakukan pekerjaannya dengan sangat baik.
Apakah asumsi ini benar?
Tidak, alih-alih [[wawancara]] berjalan lancar, peneliti harus memperhatikan isi dan konteks wawancara. Melakukan [[wawancara]] kualitatif berbeda dengan percakapan sehari-hari. Pertama, peneliti harus menyadari esensi bahwa wawancara adalah alat penelitian dan peneliti harus menulis laporan yang baik. Oleh karena itu, peneliti harus mempersiapkan protokol penelitiannya dengan baik dan memfokuskan pertanyaannya. Kita juga perlu menyadari bahwa keterampilan wawancara yang baik memerlukan latihan dan refleksi. Terakhir, selain perolehan keterampilan wawancara, wawancara juga merupakan filosofi pembelajaran. Pewawancara menjadi seorang pelajar dan kemudian mencoba membuat orang menggambarkan pengalaman mereka dalam istilah mereka sendiri. Hasilnya adalah kewajiban yang dikenakan pada kedua belah pihak. Filosofi peneliti kualitatif menentukan apa yang penting, apa yang etis, serta kelengkapan dan keakuratan hasil (Rubin dan Rubin, 1995: hal.2).
Berbeda dengan percakapan dalam kehidupan sehari-hari—yang biasanya bersifat timbal balik—wawancara [[profesional]] melibatkan pewawancara yang bertugas menyusun dan mengarahkan pertanyaan. Dalam beberapa situasi wawancara profesional, seperti wawancara kerja atau interogasi hukum, kekuasaan penanya jauh lebih besar daripada kekuasaan orang yang ditanyai. Meskipun wawancara untuk tujuan penelitian juga dapat mendorong pemahaman dan perubahan pribadi, penekanannya adalah pada pemahaman intelektual dan bukan pada perubahan (Kvale, 1983). Tugas evaluator kualitatif adalah memberikan kerangka kerja yang memungkinkan masyarakat memberikan tanggapan dengan cara yang mewakili sudut pandang mereka mengenai program secara akurat dan menyeluruh. Untuk menambah pemahaman dan keterampilan wawancara, bab ini akan membahas kelebihan dan kekurangan wawancara, jenis-jenis wawancara, cara memulai wawancara dan beberapa pedoman wawancara.<ref name=":0">{{Cite book|last=Wahyuni|first=Sri|date=2019|title=Qualitative Research 3rd|location=Jakarta|publisher=Salemba Empat|isbn=9789790618763|pages=51-63|url-status=live}}</ref>
=== Kekurangan dan Kelebihan Wawancara Kualitatif ===
Baris 57:
# Wawancara kualitatif memerlukan banyak keterampilan dan pengalaman. Ini bisa mahal dan memakan waktu.
# Bisa kemana-mana, peserta boleh mengatakan lebih dari apa yang ingin mereka katakan.
# Lebih subjektif dibandingkan [[penelitian kuantitatif]] karena penelitilah yang memutuskan kutipan atau contoh spesifik mana yang akan dilaporkan.
# Mungkin lebih reaktif terhadap kepribadian, suasana hati, dan dinamika antarpribadi antara pewawancara dan orang yang diwawancarai dibandingkan penelitian kuantitatif,
Pemahaman yang tinggi terhadap kelemahan-kelemahan tersebut akan membantu peneliti untuk membangun [[strategi]] yang dapat menghambat kelemahan wawancara kualitatif.<ref name=":0" />
==== Wawancara Terstruktur ====
Baris 66:
===== '''Kapan Anda Mungkin Menggunakan Wawancara Terstruktur?''' =====
[[Wawancara]] terstruktur paling baik digunakan ketika literatur dalam bidang topik sudah sangat berkembang karena pengembangan panduan wawancara terstruktur atau kuesioner memerlukan fokus topik yang jelas dan pemahaman yang berkembang dengan baik tentang topik yang ada.Wawancara terstruktur sangat berguna untuk mengurangi bias ketika beberapa pewawancara terlibat, ketika pewawancara kurang berpengalaman atau berpengetahuan, atau ketika penting untuk dapat membandingkan tanggapan responden yang berbeda (Chirban, 1996). Ini mungkin merupakan pilihan wawancara yang terbaik jika kita harus mengandalkan sukarelawan atau pewawancara yang tidak berpengalaman atau jika kita mempunyai waktu dan uang yang terbatas untuk menganalisis data. Kelemahan terbesarnya adalah pewawancara mempunyai sedikit fleksibilitas untuk menanggapi kekhawatiran tertentu dari individu tersebut, dan tidak ada jaminan bahwa pertanyaan yang diajukan akan menyentuh permasalahan yang paling relevan dengan responden tersebut.
===== '''Kelebihan''' =====
Baris 78:
===== '''Kelebihan''' =====
Banyak peneliti suka menggunakan wawancara semi terstruktur karena pertanyaan dapat dipersiapkan sebelumnya. Hal ini memungkinkan pewawancara untuk bersiap dan tampil kompeten selama wawancara. Wawancara jenis ini juga memberikan kebebasan kepada informan untuk mengungkapkan pandangannya sesuai dengan istilah mereka sendiri. Wawancara semi-terstruktur dapat memberikan data kualitatif yang dapat diandalkan dan dapat dibandingkan karena tidak terlalu mengganggu orang yang diwawancarai karena wawancara semi-terstruktur mendorong komunikasi dua arah. Mereka yang diwawancarai dapat mengajukan pertanyaan kepada pewawancara. Dengan cara ini, ini juga dapat berfungsi sebagai alat penyuluhan. Dengan wawancara jenis ini, peneliti dapat mengkonfirmasi apa yang telah diketahui namun juga memberikan kesempatan untuk belajar. Seringkali, [[informasi]] yang diperoleh dari wawancara semi terstruktur tidak hanya memberikan jawaban, namun juga alasan atas jawaban tersebut.<ref name=":0" />
==== '''Wawancara Tidak Terstruktur''' ====
Dalam wawancara tidak terstruktur, kontrol peneliti atas percakapan dimaksudkan untuk menjadi minimal, namun demikian peneliti akan mencoba untuk mendorong orang yang diwawancarai untuk menghubungkan pengalaman dan perspektif yang [[Relevansi|relevan]] dengan masalah yang menjadi perhatian peneliti (Burgess, 1982). Keputusan untuk menggunakan wawancara tidak terstruktur sebagai metode pengumpulan data diatur oleh epistemologi peneliti dan tujuan penelitian. Peneliti yang menggunakan wawancara tidak terstruktur sering kali menganut sudut pandang konstruktivis dan merancang penelitian dalam paradigma penelitian interpretatif. Mereka percaya bahwa, untuk memahami dunia partisipan penelitian, peneliti harus melakukan pendekatan melalui sudut pandang partisipan itu sendiri dan dalam istilah partisipan itu sendiri (Denzin, 1989; Robertson dan Boyle, 1984). Tidak ada hipotesis yang harus dibuat terlebih dahulu dan tujuan penyelidikan adalah pengembangan teori daripada pengujian teori. Dalam wawancara tidak terstruktur yang ideal, pewawancara mengikuti narasi orang yang diwawancarai dan mengajukan pertanyaan secara spontan berdasarkan refleksinya terhadap narasi tersebut. Namun, dapat diterima bahwa struktur wawancara dapat dipandu secara longgar oleh daftar pertanyaan, yang disebut aide memoire atau agenda (Briggs, 2000; McCann dan Clark, 2005, Minichiello dkk., 1990). Aide memoire adalah panduan luas mengenai isu-isu topik yang mungkin dibahas dalam wawancara, bukan pertanyaan sebenarnya yang akan diajukan. Ini bersifat terbukadan fleksibel (Burgess, 1982). Berbeda dengan panduan wawancara yang digunakan dalam wawancara terstruktur. sebuah aide memoire atau agenda tidak menentukan urutan percakapan dan dapat direvisi berdasarkan tanggapan orang yang diwawancarai. Menggunakan
===== '''Kapan Menggunakan Wawancara Tidak Terstruktur?''' =====
Baris 87:
===== '''Kelebihan''' =====
Wawancara tidak terstruktur memungkinkan peneliti memfokuskan pembicaraan responden pada topik tertentu yang diminati, dan memungkinkan peneliti berkesempatan untuk menguji [[Pemahaman bacaan|pemahaman]] awalnya, sambil tetap memberikan peluang luas untuk mengembangkan cara pandang dan pemahaman baru (Rubin dan Rubin , 1995). Jenis wawancara ini dapat menjadi langkah awal yang penting menuju pengembangan panduan wawancara atau survei yang lebih terstruktur.<ref name=":0" />
== Tahapan Wawancara ==
Baris 133:
4. Kembangkan hubungan dengan orang yang diwawancarai. Tidak hanya di awal wawancara tetapi juga sampai akhir studi Anda karena Anda tidak pernah tahu bahwa suatu hari Anda mungkin memerlukan izinnya untuk publikasi Anda (catatan: beberapa perusahaan meminta izin untuk setiap publikasi terkait dengan perusahaannya dan beberapa jurnal juga meminta bukti persetujuan persetujuan dari perusahaan untuk publikasi studi kasus). Oleh karena itu, mulai dari awal wawancara, kita harus sangat berhati-hati dalam melakukan wawancara. Pewawancara harus mampu memberikan kesan sebagai orang yang serius, dapat dipercaya, dan ramah. Hubungan juga dapat dikembangkan dengan mengungkapkan ketertarikan terhadap posisi dan pendapat pewawancara serta menghargai sudut pandang pewawancara. Semakin baik hubungan antara pewawancara dan orang yang diwawancarai, semakin terbuka tanggapannya dan semakin berguna informasi yang diperoleh (Ghauri dan Gronhaug. 2002). Ini juga penting jika kita ingin mendapatkan informasi tambahan kemudian. Jika orang yang diwawancara senang berbicara dengan Anda, dia pasti tidak akan keberatan untuk bertemu lagi dengan Anda.
5. Berhati-hatilah dengan pertanyaan sensitif. Sering kali, ini hanyalah pertanyaan tentang ungkapan atau penggunaan bahasa yang tepat untuk membuat pertanyaan menjadi kurang sensitif. Terkadang, pertanyaannya bersifat sensitif, namun tetap harus ditanyakan. Di sini, orang yang diwawancarai tidak boleh dipaksa untuk memberikan jawaban ya atau tidak yang pasti atas pertanyaan mengenai mengapa suatu strategi atau rencana tertentu gagal, mengenai konflik dalam organisasi mereka bisa menjadi hal yang sangat sensitif bagi orang yang diwawancarai. Misalnya, saat mewawancarai [[manajer]] [[Bank|bank,]] pertanyaan berikut bisa jadi sensitif: "Siapa yang bertanggung jawab atas semua kredit macet yang dilaporkan oleh cabang/kantor Anda?" Pertanyaan yang sama dapat ditanyakan dengan cara lain; Misalnya: “Menurut Anda, apa faktor penyebab terjadinya kredit macet yang dilaporkan oleh cabang/kantor Anda?” (Ghauri dan Gronhaug, 2002). Dianjurkan untuk menghindari pertanyaan langsung tentang siapa yang bertanggung jawab atas kesalahan atau kesalahan perhitungan tertentu. Pertanyaan mengenai konflik intra-organisasi harus ditanyakan dengan hati-hati dan dengan bahasa tidak langsung. Kita harus melihat pembicaraan atau diskusi seperti apa yang muncul ketika pertanyaan diajukan, mengidentifikasi pertanyaan yang mungkin perlu disempurnakan. Hal ini juga termasuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman baru yang dibagikan oleh orang yang diwawancarai yang perlu diselidiki dalam wawancara berikutnya.
6. Memberi isyarat. Menggunakan tangan Anda dengan cara yang positif selama wawancara menunjukkan bahwa Anda dinamis dan bersemangat dengan apa yang Anda katakan. Berhati-hatilah terhadap beberapa sinyal negatif yang dapat diberikan oleh isyarat. Waspadai juga perilaku berulang yang dapat menarik terlalu banyak perhatian, seperti memutar-mutar rambut, menggaruk, terlalu sering menyentuh wajah, memainkan telinga, dan lain-lain. Perilaku ini dapat menunjukkan rasa kurang percaya diri.
Baris 148:
Pada akhir wawancara, tugas peneliti belum selesai. Menurut Ghauri dan Gronhaug (2002), setidaknya ada tiga kewajiban yang harus kita lakukan, seperti di bawah ini.
1. Menuliskan poin-poin penting sebaiknya dilakukan segera setelah kita kembali dari wawancara untuk menghindari hilangnya ingatan peneliti. Hal ini mencakup rincian praktis seperti beberapa pendapat responden (misalnya, orang yang sangat terbuka atau pendiam) dan juga persepsi Anda tentang [[interaksi]] dan hubungan dengan orang yang diwawancarai. Semua detail tersebut akan membantu Anda di kemudian hari ketika Anda mendengarkan rekaman atau ketika Anda duduk untuk menulis informasi yang Anda kumpulkan (Ghauri dan Gronhaug, 2002).
2. Kirimkan surat ucapan terima kasih dan jaga hubungan. Beberapa hari setelah wawancara, pastikan untuk mengirimkan surat kepada pewawancara Anda yang menyatakan [[antusiasme]] dan kesan positif Anda terhadap [[Perusahaan|perusahaan.]] Peneliti harus terus menjaga hubungan dan berusaha memberikan informasi kepada responden tentang kemajuan penelitian karena ada kemungkinan Anda memerlukan informasi tambahan atau persetujuan publikasi di kemudian hari.
3. Periksa catatan wawancara Anda dengan benar. Tuliskan hasil wawancara dan periksa terus-menerus apakah ada kutipan yang bertentangan atau sama dan lihat apakah semua informasi yang diperlukan telah diisi. Anda juga dapat mengirimkan draf wawancara dan meminta umpan balik dari orang yang diwawancarai dan pemangku kepentingan program. Hal ini juga tergantung pada hubungan Anda dengan orang yang diwawancarai, mereka mungkin ingin melihat apa yang mereka katakan, dan cukup sering, mereka memberikan informasi tambahan atau memperjelas pesan mereka secara sukarela. Faktanya, sering kali, mereka meminta untuk melihat laporan tersebut sebelum Anda dapat menggunakannya. Penting juga untuk membangun kepercayaan dan memastikan kerahasiaan atau kepekaan bahwa orang yang diwawancarai memiliki kesempatan untuk melihat informasi apa yang Anda yakini akan Anda gunakan dalam penelitian Anda dan laporan akhir.<ref name=":0" />
|