Justitia Semper Reformanda Est: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ringo Rotties (bicara | kontrib)
penjelasan atas istilah dan [ernyataan para ahli
Ringo Rotties (bicara | kontrib)
Penjelasan lanjut
Baris 4:
Pernyataan dari adagium ini secara teoritis dapat dipahami jika ber-refleksi pada pernyataan von Savigny yang menyatakan bahwa hukum selalu berada dalam keadaan “selalu berkembang”<ref>{{Cite book|last=von Savigny|first=Friedrich Carl|date=1880|title=Private International Law, and the Retrospective Operation of Statues: A Treatise on the Conflict of Laws, and the Limits of Their Operation in Respect of Place and Time, Translated, with Notes by William Guthrie, Second Edition Revised|location=Edinburgh|publisher=T&T Clark|pages=36|url-status=live}}</ref> menjadikan hukum tidak pernah konsisten sebagaimana yang dicita-citakan, Hal ini sejalan dengan pernyataan Oliver Wendell Holmes bahwa hukum akan sepenuhnya konsisten hanya jika hukum berhenti berkembang,<ref>{{Cite book|last=Holmes. Jr|first=Oliver Wendell|date=2009|title=The Common Law|location=Cambridge, Massachusetts dan London|publisher=The Belknap Press of Harvard University Press|pages=35|url-status=live}}</ref> dan hukum tidak pernah berhenti berkembang.Gagasan-gagasan yang dianggap baik oleh masyarakat kemudian diterima, dilegitimasi dan dijalankan terus-menerus secara konsisten dan membudaya. Proses inilah yang disebut dengan konsensus masyarakat. Hasil dari proses konsensus inilah yang apabila dilegitimasi oleh pemegang otoritas maka akan membentuk suatu keteraturan yang dikenal dengan istilah tatanan hukum.<ref>{{Cite journal|last=Ratuanak|first=Andreas M. D.|date=2023-11-30|title=“Justitia Semper Reformanda Est”: A Philosophical Reflection on the Law and Its Change|url=https://journal.maranatha.edu/index.php/dialogia/article/view/7565|journal=Dialogia Iuridica|language=en|volume=15|issue=1|pages=156–179|doi=10.28932/di.v15i1.7565|issn=2579-3527}}</ref>
 
== Hubungan Hukum dan Masyarakat ==
Ratuanak menjelaskan bahwa perubahan bentuk suatu instusi sosial dan negara sangat signifikan merubah tatatanan hukum, misalnya perubahan dari sistem adat menjadi monarkhi, monarkhi menjadi republik, republik dengan diktatorship menjadi republik demokrasi, dan lain-lain. Perubahan penguasa juga memberikan dampak yang signifikan..<ref>{{Cite journal|last=Ratuanak|first=Andreas M. D.|date=2023-11-30|title=“Justitia Semper Reformanda Est”: A Philosophical Reflection on the Law and Its Change|url=https://journal.maranatha.edu/index.php/dialogia/article/view/7565|journal=Dialogia Iuridica|language=en|volume=15|issue=1|pages=156–179|doi=10.28932/di.v15i1.7565|issn=2579-3527}}</ref>
----