Simon Petrus: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k idx kat
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
Ketika Yesus ditangkap, Petrus ketakutan. Saat itulah ia berbuat dosa dengan menyangkal Kristus sebanyak tiga kali. Rasa takut akan keselamatan diri sendiri menguasainya. Tetapi, Petrus menyesali perbuatannya dengan sepenuh hati. Ia menangisi penyangkalannya sepanjang hidupnya. Yesus mengampuni Petrus. Sesudah kebangkitan-Nya, Ia bertanya tiga kali kepada Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Sesungguhnya, Yesus memang tahu! Petrus benar. Dengan lembut Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Yesus mengatakan kepada Petrus untuk mengurus Gereja-Nya, sebab Ia akan naik ke surga. Yesus menetapkan Petrus sebagai pemimpin para pengikut-Nya.
 
Namun Petrus masih belum berkarya banyak pasca kenaikan Yesus ke Surga. Petrus dan murid-murid yang lain masih tinggal di dalam kota [[Yerusalem]], berkumpul untuk bertekun dan berdoa bersama dengan sekitar seratus dua puluh orang, sampai tiba hari Pentakosta, di mana [[Roh Kudus]] dicurahkan seperti lidah-lidah api. Setelah peristiwa itulah, Petrus yang dahulunya adalah pengecut dan menyangkal Yesus untuk menyelamatkan dirinya sendiri, secara tiba-tiba menjadi berkobar-kobar dan berkhotbah di hadapan ribuan orang dan mempertobatkan banyak orang.
Di kemudian hari Petrus pergi dan tinggal di [[Roma]]. Roma kala itu adalah pusat seluruh [[Kekaisaran Romawi]]. Di sana, Petrus mempertobatkan banyak orang. Ketika penganiayaan yang kejam terhadap orang-orang Kristen dimulai, umat memohon pada Petrus untuk meninggalkan Roma dan menyelamatkan diri.
 
Di kemudian hari Petrus pergi dan tinggal di [[Roma]]. Roma kala itu adalah pusat seluruh [[Kekaisaran Romawi]]. Di sana, Petrus mempertobatkan banyak orang. Ketika penganiayaan yang kejam terhadap orang-orang Kristen dimulai, umatjemaat di sana memohon pada Petrus untuk meninggalkan Roma dan menyelamatkan diri.
Konon menurut tradisi, ia memang sedang dalam perjalanan meninggalkan Roma ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan. Petrus bertanya kepada-Nya, “Tuhan hendak ke manakah Engkau pergi?” (dalam [[bahasa Latin]]: "[[Quo Vadis]]?") Jawab Yesus, “Aku datang untuk disalibkan kedua kalinya.” Kemudian Petrus berbalik dan kembali ke Roma. Ia mengerti bahwa penglihatannya berarti bahwa ia harus menderita dan wafat bagi Yesus. Segera Petrus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Karena ia bukan warganegara Romawi, sama seperti Yesus, ia dapat disalibkan. Kali ini ia tidak menyangkal Kristus. Kali ini ia siap untuk wafat bagi-Nya. Petrus minta agar disalibkan dengan kepalanya di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita seperti Yesus. Para prajurit Romawi tidak merasa aneh akan permintaannya, sebab para budak disalibkan dengan cara demikian. St. Petrus wafat sebagai martir di Bukit [[Vatikan]] sekitar tahun [[67]]. Pada abad keempat, Kaisar Konstantin membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut. Penemuan-penemuan kepurbakalaan baru-baru ini menegaskan kisah sejarah tersebut.
 
Konon menurut tradisi, ia memang sedang dalam perjalanan meninggalkan Roma ketika ia berjumpa dengan Yesus di tengah jalan. Petrus bertanya kepada-Nya, “Tuhan hendak ke manakah Engkau pergi?” (dalam [[bahasa Latin]]: "[[Quo Vadis]]?") Jawab Yesus, “Aku datang untuk disalibkan kedua kalinya.” Kemudian Petrus berbalik dan kembali ke Roma. Ia mengerti bahwa penglihatannya berarti bahwa ia harus menderita dan wafat bagi Yesus. Segera Petrus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Karena ia bukan warganegara Romawi, sama seperti Yesus, ia dapat disalibkan (Sebagai perbandingan, rasul [[Paulus]] adalah warga [[Romawi]]). Kali ini ia tidak menyangkal Kristus. Kali ini ia siap untuk wafat bagi-Nya. Petrus minta agar disalibkan dengan kepalanya di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita seperti Yesus. Para prajurit Romawi tidak merasa aneh akan permintaannya, sebab para budak disalibkan dengan cara demikian. St. Petrus wafat sebagai martir di Bukit [[Vatikan]] sekitar tahun [[67]]. Pada abad keempat, Kaisar Konstantin membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut. Penemuan-penemuan kepurbakalaan baru-baru ini menegaskan kisah sejarah tersebut.
 
==Lihat pula==