Rumah Tradisional Patah Sembilan Rejang Pesisir: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
+ tag
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Algoritma23 (bicara | kontrib)
k Menambah materi
Baris 2:
{{Copy edit}}
{{Kelayakan}}}}
'''Sejarah Rumah Patah Sembilan'''
'''Rumah Patah Sembilan''' merupakan rumah masyarakat [[Suku Rejang|suku rejang]] zaman dahulu yang letaknya di [[pasisir]] pantai. Rumah tersebut di tempati oleh masyarakat biasa yang mayoritas penduduknya bergantung pada hasil bertani, berburu dan nelayan.
 
Secara geografis Provinsi Bengkulu Terletak di pulau sumatra bagian selatan sebelah barat mengikuti garis vertikal dalam peta provinsi bengkulu yang terletak pada garis lintang 2 derajat sampai dengan 5 derajat lintang selatan dan secara garis horizontal 101 derajat sampai 104 derajat bujur timur. Luas keseluruhan Provinsi Bengkulu meliputi daerah 19.831 KM Persegi. Terbagi atas tiga kabupaten dan 1 kota madya. Kabupaten Rejang Lebong sebagai tempat tinggal suku bangsa Rejang letaknya di bagian timur provinsi Bengkulu kabupaten Rejang Lebong adalah kabupaten yang terkecil dibandingkan dengan kabupaten lainnya Rejang Lebong memiliki luas wilayah 3.633 KM Persegi dengan penduduk terpadat.
 
Kabupaten Rejang Lebong dialiri oleh 2 sungai yaitu sungai musi yang bersumber dan melintasi nuak musai dan sungai ketahun bersumber dan melintasi nuak Lebong. Meskipun Sungai ini mempunyai sumber mulanya berdekatan akan tetapi satu sungai musi mengalir ke pantai utara dan sungai ketahun mengalir kepantai selatan. kedua sungai ini merupakan sumber kesuburan tamah yang di lintasinya. Oleh karenanya mayoritas penduduk Rejang Lebong bermukim disekitar pesisir pantai atau sungai karena mata pencarian mereka sangat bergantung hasil alam. Dari banyaknya rumah adat yang ada di kabupaten Rejang Lebong. Kali ini kami membahas salah satu rumah adat yang berdiri di pesisir pantai lebong. Rumah Patah Sembilan Rejang Pesisir merupakan rumah masyarakat [[Suku Rejang|suku rejang]] zaman dahulu yang letaknya di [[pasisir]] pantai. Rumah tersebut di tempati oleh masyarakat biasa yang mayoritas penduduknya bergantung pada hasil bertani, berburu dan nelayan.<ref>{{Cite book|last=Achmad|first=Ramli|date=09 Agustus 2004|title=Miniatur Rumah Tradisional Suku bangsa Rejang Dan Melayu Bengkulu|location=Bengkulu|publisher=Museum Negeri Provinsi Bengkulu|pages=8-9|url-status=live}}</ref>
 
== Arsitektur ==
Baris 12 ⟶ 16:
== Tradisi ==
 
Sebelum mendirikan bangunan terdapat beberapa upacara yang di dilakukan oleh masyarakat rejangRejang salah satunya yaitu mengambil dan mintak Tanah berdasarkan dongeng suku rejangRejang adalah wali empat yang khususnya menguasai atau mengurus masalah tanah " maksud janggut " beliau menyerahkan pula pengurusannya kepada " Tuan Melum Dudung Saktei " selaku pemegang pusat ( puting) bumi. Saat itu beliau dibantu oleh tujuh orang pembantu, yaitu: Sayak Alei kersei, sayak Alei gemalei, Sayak Alei mumet, Sayak Alei mumin, Sayak Alei almina, Sayak Alei almuna, Sayak Alei alkanan. masyarakat suku rejang mempercayai bahwa masing - masing dari Tujuh orang tersebut dapat menjaga bidang kerukunan, keselamatan, memberi cahaya rumah, kesehatan. Orang - orang senang beradah di dalam rumah, tidak atau di jauhkan dari api, keakuran serta agar terjauhi dari ganguan setan. Kepada merekalah orang - orang rejang kuno menyampaikan hajatnya supaya di berikan kelancaran pada saat proses pembangunan sampai dengan rumah itu berdiri.
 
Upacara mengambil dan memintak tanah kepada wali dunia ( wali empat di atas ) adalah serangkaian upacara memintah izin restu pada mereka agar tanah yang di gunakan sebagai tempat berdirinya bangunan tersebut selalu aman, sehat dan berkat. Posesi tersebut berlangsung pada waktu pagi hari, untuk harinya di tentukan biasanya pada hari rabu bertempat di tanah perkarangan pada tempat bangunan yang akan di dirikan. Alat - alat yang di butuhkan dalam upacara ini adalah ubi - ubian kemala itam : ketan uban, kembang padi, keladi hitam ( empat iris ), ubi hitam ( empat iris ), benik atau lemang