Dagashi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: menambah {{Authority control}} |
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 9:
== Sejarah ==
[[Berkas:Hu-gashi,wheat-confectionery,japan.JPG|jmpl|Fugashi]]
[[Makanan pokok]] orang Jepang zaman kuno terutama [[beras]], [[juwawut]], dan [[gandum]]. Makanan selingannya berupa buah-buahan atau biji-bijian dari pohon. Istilah {{nihongo|''kashi''|菓子 atau 果子}} (makanan manis) dulunya merujuk kepada biji-bijian dan buah-buahan dari pohon.<ref name="okashi">{{cite web |url=http://www2.ipcku.kansai-u.ac.jp/~hamano/semi/2han.pdf |title=お菓子の世界の魅力に迫る―中小企業が成功する秘訣とは― |author=奥野周樹 大野奈月 芝崎理葉 中村真生子 中山功一 |publisher=Hamano Kenkyushitsu |accessdate=2012-10-30 }}{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Hingga kini, masih dikenal penyebutan [[buah-buahan]] sebagai {{nihongo|mizugashi|水菓子||penganan berair}}. Orang Jepang mulai membuat kue sekitar [[zaman Nara]]/[[zaman Heian]] setelah mengenal kue-kue dari [[Dinasti Tang]].<ref name="okashi" /> Kue dan manisan buatan orang lalu disebut {{nihongo|''kashi''|菓子}} untuk membedakannya dengan {{nihongo|buah-buahan|果物|kudamono}}.
Pada tahun [[704]], [[Utusan Kekaisaran Jepang ke Cina|utusan Jepang ke Dinasti Tang]] di bawah pimpinan [[Awata no Mahito]] membawa pulang resep 8 jenis {{nihongo|''tōgashi''|唐菓子||penganan Dinasti Tang}} dan 14 jenis {{nihongo|''kahei''|果餅}}.<ref name="okashi" /> Bahannya dari tepung beras atau [[terigu]] dicampur pemanis berupa [[mizuame]], [[madu]], atau ''amazura'' (pemanis dari [[Gynostemma pentaphyllum|''amachazuru'']]). Bentuk kue bermacam-macam, termasuk kue goreng. Penganan Dinasti Tang meluas dari istana kaisar dan rumah kalangan bangsawan ke kalangan rakyat biasa. Kue-kue seperti ini hingga kini masih dipakai sebagai [[sajen]] di kuil-kuil Shinto seperti [[Kuil Atsuta]] di [[Nagoya]], [[Kasuga-taisha]] di [[Nara]], serta [[Kuil Shimogamo]] dan [[Kuil Yasaka]] di [[Kyoto]].
Gula dikenal di Jepang pada tahun [[754]] (zaman Nara)<ref name="okashi" /> Ketika itu, biksu [[Jianzhen|Ganjin]] dari Dinasti Tang tiba di Jepang membawa hadiah berupa bungkahan gula untuk [[Kaisar Jepang]]. Setelah itu, utusan Jepang ke Dinasti Tang membawa pulang oleh-oleh berupa gula, namun jumlah yang dibawa pulang hanya sedikit dan hanya dapat dinikmati kalangan atas. Gula mulai dipakai untuk membuat kue pada [[zaman Kamakura]] setelah impor gula dilakukan dalam jumlah besar. Sebelum adanya gula impor dari Dinasti Tang, rasa manis penganan orang Jepang didapat dari ''amazura'', ''madu'', dan ''mizuame''. Produksi gula dalam negeri Jepang baru dimulai setelah dibukanya perladangan [[tebu]] di [[Amami Ōshima|Ōshima]], [[Kagoshima]] pada tahun [[1596]], serta di [[Kyushu]] dan [[Shikoku]] pada tahun [[1716]].<ref name="okashi" />
Kue dan manisan [[Portugal]] seperti [[castella]], [[biskuit]], [[bolo]], [[konpeito]], dan [[aruheito]] dikenal orang Jepang bersamaan dengan masuknya agama [[Kekristenan|Kristen]] dan [[senapan sundut]] yang dibawa kapal Portugal ke [[Tanegashima]] pada tahun [[1543]].<ref name="okashi" /> Kue-kue dari Portugal yang disebut {{nihongo|''namban-gashi''|南蛮菓子||kue orang biadab selatan}} membuat perubahan besar terhadap bahan dan cara pembuatan kue di Jepang. Bangsa Portugal juga memperkenalkan gula pasir yang mengubah rasa kue-kue Jepang waktu itu.<ref name="okashi" />
Penduduk Edo antara tahun 1804-1830 sudah mengenal [[imagawayaki]], [[gokabō]], [[kōbaiyaki]], dan [[karintō]]. Pada [[Bakumatsu|akhir Keshogunan Edo]], kue [[kirizanshō]] sangat populer. [[Wagashi]] yang dikenal di Jepang sekarang ini hampir semuanya berasal dari [[zaman Edo]].<ref name="okashi" />
|