Panglima Batur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambah templat
k Memperbaiki artikel
Baris 6:
[[Gelar]] Panglima khusus untuk daerah suku-suku Dayak pada masa itu menunjukkan pangkat dengan tugas sebagai kepala yang mengatur keamanan dan mempunyai pasukan sebagai anak buahnya. Seorang panglima adalah orang yang paling pemberani, cerdik, berpengaruh dan biasanya kebal.
 
== Perjuangan ==
Panglima Batur yang bersama Sultan mempertahankan benteng terakhir di Sungai Manawing dalam perjuangan mereka melawan Belanda. Pada saat Panglima Batur mendapat perintah untuk pergi ke [[Kesultanan Pasir]] untuk memperoleh [[mesiu]], saat itulah benteng Manawing mendapat serangan Belanda. Pasukan Belanda dibawah pimpinan [[Letnan]] Christofel yang berpengalaman dalam [[perang Aceh]], dengan sejumlah besar pasukan [[marsose]] yang terkenal ganas dan bengis, menyerbu [[benteng]] Manawing pada [[Januari]] [[1905]]. Dalam pertempuran yang tidak seimbang ini Sultan Muhammad Seman tidak dapat bertahan. Sultan tertembak dan dia gugur sebagai kesuma bangsa.
 
Baris 14 ⟶ 15:
Dengan perantaraan Haji Kuwit salah seorang saudara [[sepupu]] Panglima Batur Belanda berusaha menangkapnya. Atas suruhan Belanda, [[Haji]] Kuwit mengatakan bahwa apabila Panglima Batur bersedia keluar dari persembunyian dan bersedia berunding dengan Belanda, barulah [[tahanan]] yang terdiri dari [[keluarga]]nya dikeluarkan dan dibebaskan, dan sebaliknya apabila [[Panglima]] tetap berkeras kepala, tahanan tersebut akan ditembak [[mati]]. Hati Panglima Batur menjadi gundah dan dia sadar bahwa apabila dia bertekad lebih baik dia yang menjadi [[korban]] sendirian daripada keluarganya yang tidak berdosa ikut menanggungnya. Dengan diiringi orang-orang tua dan orang se[[kampung]]nya Panglima Batur berangkat ke Muara Teweh. Sesampainya di sana bukan perundingan yang didapatkan tetapi ia ditangkap sebagai [[tawanan]] dan selanjutnya dihadapkan di meja [[pengadilan]]. Ini terjadi pada tanggal [[24 Agustus]] [[1905]]. Setelah dua [[minggu]] ditawan di Muara Teweh, Panglima Batur diangkut dengan [[kapal]] ke [[Banjarmasin]].
 
== Kematian ==
Di [[kota Banjarmasin]], dia diarak keliling [[kota]] dengan pemberitahuan bahwa inilah [[pemberontak]] yang keras kepala dan akan dijatuhkan [[hukuman mati]]. Pada tanggal [[15 September]] [[1905]] Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya [[dia]] minta dibacakan ''Dua Kalimah Syahadat'' untuknya. Dia dimakamkan di belakang [[masjid Jami Banjarmasin]], tetapi sejak [[21 April]] [[1958]] [[jenazah]]nya dipindahkan ke kompleks [[Komplek Makam Pangeran Antasari|Makam Pahlawan Banjar]].
[[Berkas:Panglima Batur - Makam.jpg|jmpl|Makam Panglima Batur]]
Di [[kota Banjarmasin]], dia diarak keliling [[kota]] dengan pemberitahuan bahwa inilah [[pemberontak]] yang keras kepala dan akan dijatuhkan [[hukuman mati]]. Pada tanggal [[15 September]] [[1905]] Panglima Batur dinaikkan ke tiang gantungan. Permintaan terakhir yang diucapkannya [[dia]] minta dibacakan ''Dua Kalimah Syahadat'' untuknya. Dia dimakamkan di belakang [[masjid Jami Banjarmasin]], tetapi sejak [[21 April]] [[1958]] [[jenazah]]nya dipindahkan ke kompleks [[KomplekKompleks Makam Pangeran Antasari|Makam Pahlawan Banjar]] di Kuburan Muslimin Banjarmasin.
 
== Keluarga ==