Abdul Hamid Abulung al-Banjari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k menambah templat
menambah referensi
Baris 1:
{{inuse}}
{{infobox orang}}
 
Baris 8 ⟶ 7:
# Syekh Abdul Hamid, dikenal dengan ''Datu Abulung''
# ''Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, dikenal dengan Datu Kelampayan''
# [[Muhammad Nafis al-Banjari|Syekh Muhammad Nafis bin Idris bin Al-Husayn]], dikenal dengan ''Datu Nafis''
 
Pada masa pemerintahan Sultan Tahlillullah Syekh Abdu Hamid muda dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari muda keduanya sama-sama diberangkatkan ke Makkah Al-Mukaramah untuk menuntut ilmu agama. Saat kepulangan dari menuntut ilmupun tidak diketahui pula kapan waktunya. Sepulang dari menuntut ilmu di Tanah Suci Makkah, Syekh Abdul Hamid Abulung mulai mengajarkan ilmu-ilmu yang sudah didapatnya dari guru-guru beliau di Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah.<ref>{{Cite book|first=TIM Sahabat|date=2013|title=Datu-Datu Terkenal Kalimantan Selatan|location=Kandangan|publisher=SAHABAT Mitra Pengetahuan|isbn=9786021988374|pages=61-62|url-status=live}}</ref>
 
== Riwayat ==
Pada masa [[Kesultanan Banjar]] diperintah oleh Sultan Tahlilullah, ia dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari diberangkatkan oleh Kesultanan banjar untuk menuntut ilmu dengan biaya kerajaan ke tanah suci [[Mekkah]]. Namun sepak terjangnya tidak banyak yang mengetahui karna ia tidak ada meninggalkan kitab karangan seperti ulama-ulama lainnya.<ref name=":1">{{BioCite book|last=Aizid|first=Rizem|date=2016|url=https://www.google.co.id/books/edition/Biografi_Ulama_Nusantara/DHZVEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=abdul+hamid+abulung&pg=PA60&printsec=frontcover|title=Biografi muslimUlama butuhNusantara|location=Yogyakarta|publisher=DIVA rujukanPress|isbn=9786022792390|pages=56-66|url-status=live}}</ref>
 
Syeikh Abdul Hamid Abulung atau Datu Abulung memiliki paham tasawuf Wahdatul Wujud. Pandangan tasawuf yang dianutnya dipengaruhi aliran ittiihad [[Bayazid Bastami|Abu Yazid Al-Busthami]] dan [[Mansur Al-Hallaj|Al-Hallaj]] yang masuk ke Indonesia melalui [[Hamzah al-Fansuri|Hamzah Fansuri]], Syamsuddin Al-Sumatrani dan [[Syekh Siti Jenar]].{{Bio<ref muslimname=":1" butuh rujukan}}/>
 
Kesempatan Syekh Abdul Hamid dalam mengembangkan ajaran wujudiyyah mulai mendapatkan sandungan ketika tersiar sampai ke telinga Sultan Tahmidillah dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bahwa ajaran yang dibawanya dianggap meresahkan masyarakat. Dilaporkan Abdul Hamid mengajarkan orang-orang bahwa ''tidak ada wujud kecuali Allah. Tidak ada Abdul Hamid kecuali Allah; Dialah aku dan akulah Dia''.<ref name=":0" /> Syekh Muhammad Arsyad sebagai penganut ajaran Syekh Muhammad bin Abdul Karim Al-Sammani Al-Madani guru dari tokoh-tokoh [[Tarekat Samaniyah]] Nusantaratidak sepakat dengan pemikiran wujudiyyah-nya Syekh Abdul Hamid dan bahkan menganggapnya [[musyrik]].{{Bio<ref muslimname=":1" butuh rujukan}}/>
 
Akibat dari pemikirannya, Syekh Abdul Hamid Abulung berakhir hidupnya di tangan para algojo Kesultanan Banjar. Ia dihukum mati oleh keputusan Sultan Tahmidillah, atas pertimbangan Syekh Muhammad Arsyad, yang waktu itu menjabat sebagai mufti besar.{{Bio<ref muslimname=":1" butuh/> rujukan}} Ia dimakamkan di Kampung Abulung [[Sungai Batang, Martapura Barat, Banjar|Sungai Batang]] Martapura.<ref name=":0" />
[[Berkas:Masjid Jami Syekh Abdul Hamid Abulung.jpg|kiri|jmpl|Masjid Jami Syekh Abdul Hamid Abulung al-Banjari]]
 
Baris 26 ⟶ 25:
 
== Karya ==
Syekh Abdul Hamid Abulung dinilai kering karya. Karena hingga saat ini hanya ada beberapa fragmen yang menyiratkan pandangan Syekh Abdul Hamid mengenai Tasawuf yang bisa dilacak, dan itu pun sangat terbatas.{{Bio muslim butuh rujukan}} Di Kalimantan Selatan sendiri sekarang ada sebuah karya yang disinyalir kepunyaan Syekh Abdul Hamid.{{Bio muslim butuh rujukan}} Naskah itu berisi tentang pandangan tasawuf wujudiyyah mulhid, berupa pembahasan mengenai “Asal Kejadian Nur Muhammad”. Namun tidak diketahui nama [[ulama Banjar]] yang menulis karya tersebut.{{Bio muslim<ref butuhname=":1" rujukan}}/>
 
== Referensi ==