Ki Hadjar Dewantara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 35:
== Awal karier ==
[[Berkas:Young Ki Hadjara Dewantara 2 February 1947 KR.jpg|jmpl|220px|Soewardi saat muda.]]
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga [[bangsawan]] [[Kadipaten Pakualaman]]. Dia merupakan putra dari G.P.H. Soerjaningrat dan cucu dari [[Paku Alam III]]. Dia menamatkan [[Sekolah Dasar|pendidikan dasar]] di [[Europeesche Lagere School]]. Sekolah ini merupakan sekolah dasar khusus untuk anak-anak yang berasal dari Eropa. Dia sempat melanjukan pendidikan kedokteran di [[School tot Opleiding van Inlandsche Artsen|STOVIA]]. Namun, dia tidak menamatkannya dikarenakan kondisi kesehatan yang buruk.<ref>{{Cite journal|last=Astuti, K., dan Arif, M.|date=2021|title=Kontekstualisasi Nilai-Nilai Pendidikan Ki Hajar Dewantara di Era Covid 19|url=https://e-journal.unmuhkupang.ac.id/index.php/jpdf/article/download/345/344/|journal=Jurnal Pendidikan Dasar Flobamorata|volume=2|issue=2|pages=203|issn=2721-8996}}</ref>
Baris 46:
== ''Als ik een Nederlander was'' ==
[[Berkas:Soewardi1919Lebeau.jpg|jmpl|280x280px|Ki Hadjar Dewantara <br />(Chris Lebeau, 1919).]]
Ketika pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari [[Prancis]] pada 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Dia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik een Nederlander was"), dimuat dalam [[surat kabar]] ''[[De Expres]]'' pimpinan DD, 13 Juli 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
Baris 56:
== Dalam pengasingan ==
[[Berkas:Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, and Suryadi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantoro), 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p11.jpg|jmpl|kiri|200px|Soewardi, [[Ernest Douwes Dekker]] dan [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] ([[Tiga Serangkai]]) tahun 1914 saat diasingkan di Negeri Belanda.]]
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, ''[[Indische Vereeniging]]'' (Perhimpunan Hindia). Tahun 1913 dia mendirikan ''Indonesisch Pers-bureau'', "kantor berita Indonesia". Ini adalah penggunaan formal pertama dari istilah "Indonesia", yang diciptakan tahun 1850 oleh ahli bahasa asal Inggeris [[George Windsor Earl]] dan pakar hukum asal Skotlandia [[James Richardson Logan]].
Baris 62:
== Taman Siswa ==
[[Berkas:Ki Hadjar Dewantara, with students (page 65).jpg|jmpl|Ki Hadjar Dewantara bersama murid-murid Taman Siswa ({{circa|1922}}).]]
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian dia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang berencana untuk didirikannya.{{Butuh rujukan}}Pada 3 Juli 1922, dia akhirnya mendirikan [[Sekolah Taman Siswa|Perguruan Nasional Taman Siswa]] di Yogyakarta.<ref>{{Cite book|last=Nazarudin|date=2019|url=http://repository.radenfatah.ac.id/7080/1/Buku%20pendidikan%20keluarga.pdf|title=Pendidikan Keluarga Menurut Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam|location=Palembang|publisher=NoerFikri Palembang|isbn=978-602-447-494-2|pages=126|url-status=live}}</ref> Saat dia genap berusia 40 tahun menurut hitungan [[penanggalan Jawa]], dia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Dia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya dia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Baris 69:
== Pengabdian pada masa Indonesia merdeka ==
[[Berkas:TDKGM 01.194 Surat Ketetapan Presiden Indonesia tentang pengangkatan Ki Hadjar Dewantara sebagai Mahaguru Sekolah Polisi Republik Indonesia bagian Tinggi di Mertojoedan, Magelang.pdf|jmpl|Surat Ketetapan Presiden Indonesia tentang pengangkatan Ki Hadjar Dewantara sebagai Mahaguru Sekolah Polisi Republik Indonesia bagian Tinggi di Mertojoedan, Magelang.]]
Tanggal 17 Agustus 1946 ditetapkan sebagai Maha Guru pada Sekolah Polisi Republik Indonesia bagian Tinggi di Mertoyudan Magelang, oleh P.J.M. Presiden Republik Indonesia.
|