Suku Batak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
SBSembiring (bicara | kontrib) k Karo bukan Batak Tag: Dikembalikan VisualEditor |
||
Baris 1:
{{Contains special characters|special=[[Surat Batak]]}}
'''Suku Batak''' merupakan [[kelompok etnik]] terbesar ketiga di [[Indonesia]], berdasarkan [[sensus]] dari [[Badan Pusat Statistik]] pada tahun [[2010]]. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di provinsi [[Sumatera Utara]]. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah [[Suku Angkola|Angkola
{{ethnic group|group=Suku Batak <br>
{{small|'''[[Surat Batak#Bentuk|Toba]]''':
{{btk|ᯅᯖᯂ᯲}}}} <br>
{{small|'''[[Surat Batak#Bentuk|Simalungun]]''':
{{btk|ᯅᯖᯃ᯳}}}} <br>
Baris 112 ⟶ 110:
== Identitas Batak ==
''Identitas Batak'' populer dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan tergabungnya para pemuda dari [[Suku Angkola|Angkola]], [[Suku Mandailing|Mandailing
[[R.W Liddle]] mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar.<ref>{{cite book | last =Liddle | first =R.W | authorlink = | coauthors = | title =Ethnicity, party, and national integration: an Indonesian case study | year =1970 | publisher =New Haven: Yale University Press | location = | url =https://archive.org/details/ethnicitypartyna00lidd| doi = | isbn = | page = }}</ref> Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial.<ref>{{cite book | last =Castles | first =L | authorlink = | coauthors = | title =Statelesness and Stateforming Tendencies Among the Batak before Colonial Rule | publisher =Monograph no 6 of MBRAS | date = | location = Kuala Lumpur | url = | doi = | isbn = | page = 67-66 }}</ref> Dalam disertasinya [[J. Pardede]] mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, [[Siti Omas Manurung]], seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, tidak semua orang
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting
[[Berkas:Batak.png|jmpl|250px|ka|[[Ulos]] dan [[Ruma Bolon]]. ]]
Orang Batak kebanyakan berada di [[Sumatera Utara]], dan sebagai suku asli di provinsi tersebut. Berdasarkan data dari [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]], jumlah penduduk Indonesia dari suku Batak sebanyak 8.446.969 jiwa, atau 3,58% dari seluruh penduduk [[Indonesia]], dan berada di urutan ke tiga, setelah suku [[Suku Jawa|Jawa]] dan [[Suku Sunda|Sunda]]. Suku Batak mencakup semua sub-suku, yakni [[Suku Angkola|Angkola]],
{| class="wikitable sortable" style="font-size:90%;"
Baris 228 ⟶ 223:
=== Penyebaran agama ===
==== Masuknya Islam ====
Dalam kunjungannya pada tahun 1292, [[Marco Polo]] melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar" dan tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun [[Ibn Battuta]], mengunjungi Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan [[Sultan Al-Malik Al-Dhahir]], masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak.<ref name="Dobbin"/> Pada masa [[Perang Paderi]] di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola.<ref>[http://www.amazon.com/dp/0472101765 Kipp, 1990.]</ref> [[Kerajaan Aceh]] di utara, juga berperan dalam mengislamkan sebagian masyarakat
==== [[Daftar misionaris Kristen di Tanah Batak|Misionaris Kristen]] ====
Baris 242 ⟶ 237:
=== Gereja HKBP ===
Gereja [[Huria Kristen Batak Protestan]] (HKBP) telah berdiri di [[Balige, Toba Samosir|Balige]] pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana.
Misi Katolik masuk ke tanah Batak setelah [[Zending Protestan]] berada di sana selama 73 tahun. Daerah-daerah yang padat penduduknya serta daerah-daerah yang subur sudah menjadi “milik” [[Protestan]]. Menurut Sybrandus van Rossum dalam tulisannya berjudul “Matahari Terbit di Balige” bahwa pada tahun 1935 orang Batak yang sudah dibaptis di Protestan mencapai lebih kurang 450.000 orang. Lembaga pendidikan dan kesehatan sudah berada di tangan [[Zending]]. Zending juga sudah mempunyai kader-kader yang tangguh baik dalam masyarakat maupun dalam pemerintahan. Dalam situasi seperti itulah misi Katolik masuk ke [[Tano Batak|tanah Batak]].
Baris 250 ⟶ 244:
Tiap etnis Batak memiliki salam khasnya masing masing. Beberapa salam yang biasa dituturkan oleh tiap etnis adalah:{{Citation-needed}}
# [[Suku Angkola|Angkola]] dan [[Suku Mandailing|Mandailing]]: “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
# [[Suku Pakpak|Pakpak]]: “Njuah-juah Mo Banta Karina!”
# [[Suku Simalungun|Simalungun]]: “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
Baris 282 ⟶ 275:
## Marsanina Ningon Pakkei, Manat
## Marboru Ningon Elek, Pakkei
# Daliken Sitelu ([[Suku Pakpak|Batak Pakpak]]):
## Sembah Merkula-kula
Baris 357 ⟶ 346:
! i
! u
| align="center" |[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=A]]▼
| align="center"|[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=Ha]]▼
| align="center" | [[Berkas:Batak Ha-1, Ka-1.svg|30px|link=|alt=Ka]] ▼
| align="center" |[[Berkas:Batak Ba-2.svg|30px|link=|alt=Ba]]▼
| align="center" |[[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]] ▼
|- style="length:10%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Angkola<br>Mandailing
Baris 389 ⟶ 353:
| align="center" |[[Berkas:Batak Ba-1.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Na.svg|30px|link=|alt=Na]]<hr>[[Berkas:Batak Na-2.svg|30px|link=|alt=Na]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Wa-1.svg|30px|link=|alt=Wa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ga-1.svg|30px|link=|alt=Ga]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ra-1.svg|30px|link=|alt=Ra]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ma-1.svg|30px|link=|alt=Ma]]
Baris 397 ⟶ 363:
| align="center" |[[Berkas:Batak Sa-3.svg|30px|link=|alt=Sa]]<hr>[[Berkas:Batak Sa-2.svg|30px|link=|alt=Sa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ya-1.svg|30px|link=|alt=Ya]]
| align="center" |[[Berkas:Batak La-1.svg|30px|link=|alt=La]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ca-2, Nya.svg|30px|link=|alt=Nya]]
Baris 402 ⟶ 369:
! rowspan="4" |
! rowspan="4" |
|- style="length:10%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Pakpak
Baris 464 ⟶ 433:
{| class="wikitable"
|-
! No!! Penanggalan (Toba
|-
| 1 || Sipaha sada
|-
| 2 || Sipaha dua
|-
| 3 || Sipaha tolu
|-
| 4 || Sipaha opat
|-
| 5 || Sipaha lima
|-
| 6 || Sipaha onom
|-
| 7 || Sipaha pitu
|-
| 8 || Sipaha ualu
|-
| 9 || Sipaha sia
|-
| 10 || Sipaha sampulu
|-
| 11 || Sipaha li
|-
| 12 || Sipaha hurung
|-
| 13 || ''Lamadu''
|-
| colspan=
|}
Baris 498 ⟶ 467:
{| class="wikitable"
|-
! Hari !! Penamaan hari (Toba
|-
| 1
|-
| 2
|-
| 3 || Anggara
|-
| 4 || Muda
|-
| 5 || Boraspati
|-
| 6 || Singkora
|-
| 7 || Samisara
|-
| 8 || Artia ni Aek
|-
| 9 || Suma ni Mangadop
|-
| 10 || Anggara Sampulu
|-
| 11 || Muda ni Mangadop
|-
| 12 || Boraspati ni Mangadop
|-
| 13 || Singkora ni Purnama
|-
| 14 || Samisuru ni Purasa
|-
| 15
|-
| 16 || Suma ni Holom
|-
| 17 || Anggara ni Holom
|-
| 18 || Muda ni Holom
|-
| 19 || Boraspati ni Holom
|-
| 20 || Singkora Maraturun
|-
| 21 || Samisara Maraturun
|-
| 22 || Aditia ni Angga
|-
| 23 || Suma ni
|-
| 24 || Anggara ni Begu
|-
| 25 || Muda ni Mate
|-
| 26 || Boraspati ni Gok
|-
| 27 || Singkora Dudu
|-
| 28 || Samisara Bulan Mate
|-
| 29 || Hurung
|-
| 30 || Ringkar
|}
== Kontroversi ==
Sebagian orang
Di pesisir timur laut [[Sumatra]], khususnya di [[Kota Medan]], perpecahan ini sangat terasa. Terutama dalam hal pemilihan pemimpin politik dan perebutan sumber-sumber ekonomi. Sumber lainnya menyatakan kata Batak ini berasal dari rencana Gubernur [[Thomas Stamford Raffles|Jenderal Raffles]] yang membuat etnik [[Kekristenan|Kristen]] yang berada antara [[Kesultanan Aceh]] dan [[Kerajaan Pagaruyung|Kerajaan Islam Minangkabau]], di wilayah [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]] pedalaman, yang dinamakan Batak. Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing, Angkola dan Karo, umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Demikian juga di Angkola, yang terdapat banyak pengungsi muslim yang berasal dari wilayah sekitar [[Danau Toba]] dan [[Kabupaten Samosir|Samosir]], akibat pelaksanaan dari pembuatan Afdeling Bataklanden oleh pemerintah [[Hindia Belanda]], yang melarang penduduk [[muslim]] bermukim di wilayah tersebut.{{Citation-needed}}
Baris 568 ⟶ 537:
Konflik terbesar adalah pertentangan antara masyarakat bagian utara Tapanuli dengan selatan Tapanuli, mengenai identitas Batak dan Mandailing. Bagian utara menuntut identitas Batak untuk sebagain besar penduduk Tapanuli, bahkan juga wilayah-wilayah di luarnya. Sedangkan bagian selatan menolak identitas Batak, dengan bertumpu pada unsur-unsur budaya dan sumber-sumber dari Barat. Penolakan masyarakat Mandailing yang tidak ingin disebut sebagai bagian dari etnis Batak, sempat mencuat ke permukaan dalam kasus syarikat Tapanuli (1919-1922), kasus pekuburan Sungai Mati (1922),<ref>{{cite book | last =Perret | first =Daniel | authorlink = | coauthors = | title =La Formation d'un Paysage Ethnique: Batak & Malais de Sumatra Nord-Est | publisher =École Française d'Extrême-Orient | date = | location = Paris | url = | doi = | isbn = | page = 316-325 }}</ref> dan kasus pembentukan Provinsi Tapanuli (2008–2009).{{Citation-needed}}
Dalam [[Sensus|Sensus Penduduk]] tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan [[Suku Angkola|Angkola]], [[Suku Karo|Karo]], [[Suku Mandailing|Mandailing]], [[Suku Pakpak|Pakpak]], [[Suku Simalungun|Simalungun]], dan [[Suku Batak Toba|Toba]] sebagai etnis Batak.<ref>{{en}} Leo Suryadinata, Evi Nurvidya arifin, Aris Ananta, [http://books.google.co.id/books?id=nFckUneBbRIC&dq=Indonesia%27s+Population:+Ethnicity+and+Religion+in+a+Changing+Political+Landscape&printsec=frontcover&source=bl&ots=C_BK8d_8vs&sig=4_QnkNN1VlxjKnTP_T7tYzTlhZ8&hl=id&ei=8FIaSqPEOY6CkQXD9kQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1#v=onepage&q=&f=false ''Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape''], Institute of Southeast Asian Studies, Singapura, hal.48.</ref> Komunitas suku Karo telah meminta agar Pemerintah tidak lagi mengklasifikasikan Karo bagian Batak.
== Pakaian ==
Baris 583 ⟶ 552:
<gallery mode="packed">
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bruidspaar uit Pakantan Tapanuli Noord-Sumatra TMnr 10002962.jpg|<center>Pakaian tradisional [[Suku Batak Mandailing|Batak Mandailing]]</center>
Berkas:AdatSimalungun.jpg|<center>Pakaian tradisional [[Suku Batak Simalungun|Batak Simalungun]]</center>
</gallery>
|