Suku Batak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
SBSembiring (bicara | kontrib)
k Karo bukan Batak
Tag: Dikembalikan VisualEditor
Baris 1:
{{Contains special characters|special=[[Surat Batak]]}}
 
'''Suku Batak''' merupakan [[kelompok etnik]] terbesar ketiga di [[Indonesia]], berdasarkan [[sensus]] dari [[Badan Pusat Statistik]] pada tahun [[2010]]. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Pantai Barat dan Pantai Timur di provinsi [[Sumatera Utara]]. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah [[Suku Angkola|Angkola]], [[Suku Karo|Karo]], [[Suku Mandailing|Mandailing]], [[Suku Pakpak|Pakpak]]-[[Suku Batak Dairi|Dairi]], [[Suku Simalungun|Simalungun]], [[Suku Batak Toba|Toba]] dan Pardembanan.<ref>{{Cite book|last=Tobing|first=Philip Oder Lumban|date=1963|url=https://books.google.co.id/books?id=GFbWAAAAMAAJ&q=structure+of+the+toba+batak&dq=structure+of+the+toba+batak&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&redir_esc=y|title=The Structure of the Toba-Batak Belief in the High God|publisher=South and South-East Celebes Institute for Culture|pages=13|language=en|url-status=live}}</ref> Batak adalah rumpun suku-suku yang mendiami sebagian besar wilayah [[Sumatera Utara]].
 
{{ethnic group|group=Suku Batak <br>
{{small|'''[[Surat Batak#Bentuk|Toba]]''':
{{btk|ᯅᯖᯂ᯲}}}} <br>
{{small|'''[[Surat Batak#Bentuk|Karo]]''':
{{btk|ᯆᯗᯂ᯳}}}} <br>
{{small|'''[[Surat Batak#Bentuk|Simalungun]]''':
{{btk|ᯅᯖᯃ᯳}}}} <br>
Baris 112 ⟶ 110:
 
== Identitas Batak ==
''Identitas Batak'' populer dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan tergabungnya para pemuda dari [[Suku Angkola|Angkola]], [[Suku Mandailing|Mandailing]], [[Suku Karo|Karo]], [[Suku Pakpak|Pakpak]], [[Suku Simalungun|Simalungun]], dan [[Suku Batak Toba|Toba]] di organisasi yang di namakan [[Jong Batak]] tahun [[1926]], tanpa membedakan agama dalam satu kesepahaman: ''Bahasa Batak kita begitu kaya akan Puisi, Pepatah dan Pribahasa yang mengandung satu dunia kebijaksanaan tersendiri, Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi terbagi jelas dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri, Aksara sendiri, Seni Bangunan yang tinggi mutunya yang sepanjang masa tetap membuktikan bahwa kita mempunyai nenek moyang yang perkasa, Sistem marga yang berlaku bagi semua kelompok penduduk negeri kita menunjukkan adanya tata negara yang bijak, kita berhak mendirikan sebuah persatuan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingan kita dan melindungi budaya kuno itu'' <ref>{{cite book |title =Dengan Semangat Berkobar |author = Hans Van Miert |publisher = Hasta Mitra-Pustaka Utan Kayu-KITLV |page = 475 |isbn = 9799665736 |year = 2003}}</ref>
 
[[R.W Liddle]] mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar.<ref>{{cite book | last =Liddle | first =R.W | authorlink = | coauthors = | title =Ethnicity, party, and national integration: an Indonesian case study | year =1970 | publisher =New Haven: Yale University Press | location = | url =https://archive.org/details/ethnicitypartyna00lidd| doi = | isbn = | page = }}</ref> Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial.<ref>{{cite book | last =Castles | first =L | authorlink = | coauthors = | title =Statelesness and Stateforming Tendencies Among the Batak before Colonial Rule | publisher =Monograph no 6 of MBRAS | date = | location = Kuala Lumpur | url = | doi = | isbn = | page = 67-66 }}</ref> Dalam disertasinya [[J. Pardede]] mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, [[Siti Omas Manurung]], seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, tidak semua orang baik [[Karo]] maupun [[Simalungun]] mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa [[Pusuk Buhit]], salah satu puncak di barat [[Danau Toba]], adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari [[Samosir]].{{Citation-needed}}
 
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh [[J.H Neumann]], berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu ''[[Pustaka Kembaren]]'' dan ''[[Pustaka Ginting]]''. Menurut ''Pustaka Kembaren'', daerah asal marga Kembaren dari [[KerajaanBerkas:Etnis Pagaruyung|Pagaruyung]] di MinangkabauBatak. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari [[Bahasa Tamil]]. [[Suku Tamilpng|Orangjmpl|250px|ka|Kabupaten-orangkabupaten daridi SukuSumatera Tamil]]Utara yang menjadi pedagang di pantai baratdiwarnai, larimemiliki kemayoritas pedalamanpenduduk Sumatra akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai BarusBatak.<ref>{{cite book | last =Tideman | first =J. | authorlink = | coauthors = | title =Hindoe-Invloed in Noordelijk Batakland | publisher =Uitgave van het Bataksche Institut no 23 | date = | location = Amsterdam | url = | doi = | isbn = | page = 56 }}</ref>]]
 
== Sebaran di wilayah Indonesia ==
[[Berkas:Etnis Batak.png|jmpl|250px|ka|Kabupaten-kabupaten di Sumatera Utara yang diwarnai, memiliki mayoritas penduduk Batak.]]
[[Berkas:Batak.png|jmpl|250px|ka|[[Ulos]] dan [[Ruma Bolon]]. ]]
 
Orang Batak kebanyakan berada di [[Sumatera Utara]], dan sebagai suku asli di provinsi tersebut. Berdasarkan data dari [[Sensus Penduduk Indonesia 2010]], jumlah penduduk Indonesia dari suku Batak sebanyak 8.446.969 jiwa, atau 3,58% dari seluruh penduduk [[Indonesia]], dan berada di urutan ke tiga, setelah suku [[Suku Jawa|Jawa]] dan [[Suku Sunda|Sunda]]. Suku Batak mencakup semua sub-suku, yakni [[Suku Angkola|Angkola]], [[Suku Karo|Karo]], [[Suku Mandailing|Mandailing]], [[Suku Pakpak|Pakpak]], [[Suku Simalungun|Simalungun]], dan [[Suku Batak Toba|Toba]]. Berikut ini jumlah orang Batak di Indonesia menurut provinsi berdasarkan Sensus [[2010]]:<ref name="SUKU">{{Cite web|url=http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama, Bahasa 2010|website=demografi.bps.go.id|publisher=[[Badan Pusat Statistik]]|year=2010|format=PDF|accessdate=28 Oktober 2021|pages=23, 31, 36-41|archive-date=2017-07-12|archive-url=https://web.archive.org/web/20170712140438/http://demografi.bps.go.id/phpfiletree/bahan/kumpulan_tugas_mobilitas_pak_chotib/Kelompok_1/Referensi/BPS_kewarganegaraan_sukubangsa_agama_bahasa_2010.pdf|dead-url=yes}}</ref>
 
{| class="wikitable sortable" style="font-size:90%;"
Baris 228 ⟶ 223:
=== Penyebaran agama ===
==== Masuknya Islam ====
Dalam kunjungannya pada tahun 1292, [[Marco Polo]] melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar" dan tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun [[Ibn Battuta]], mengunjungi Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan [[Sultan Al-Malik Al-Dhahir]], masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak.<ref name="Dobbin"/> Pada masa [[Perang Paderi]] di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola.<ref>[http://www.amazon.com/dp/0472101765 Kipp, 1990.]</ref> [[Kerajaan Aceh]] di utara, juga berperan dalam mengislamkan sebagian masyarakat [[Suku Karo|Karo]] dan [[Suku Pakpak|Pakpak]]. Sementara Simalungun banyak terkena pengaruh Islam dari masyarakat [[Suku Melayu-Indonesia|Melayu]] di pesisir Sumatra Timur
 
==== [[Daftar misionaris Kristen di Tanah Batak|Misionaris Kristen]] ====
Baris 242 ⟶ 237:
 
=== Gereja HKBP ===
Gereja [[Huria Kristen Batak Protestan]] (HKBP) telah berdiri di [[Balige, Toba Samosir|Balige]] pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, [[Gereja Batak Karo Protestan|Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)]] didirikan.<ref>{{Cite web |url=http://faculty.washington.edu/kushnick/kushnick_ch2.pdf |title=Kushnick, G. "Parent-Offspring Conflict Among the Karo of Sumatra," Doctoral dissertation, University of Washington, Seattle, 2006, p. 7. |access-date=2010-04-19 |archive-date=2011-03-31 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110331222601/http://faculty.washington.edu/kushnick/kushnick_ch2.pdf |dead-url=yes }}</ref>
 
=== Gereja Katolik di Tanah Batak ===
Misi Katolik masuk ke tanah Batak setelah [[Zending Protestan]] berada di sana selama 73 tahun. Daerah-daerah yang padat penduduknya serta daerah-daerah yang subur sudah menjadi “milik” [[Protestan]]. Menurut Sybrandus van Rossum dalam tulisannya berjudul “Matahari Terbit di Balige” bahwa pada tahun 1935 orang Batak yang sudah dibaptis di Protestan mencapai lebih kurang 450.000 orang. Lembaga pendidikan dan kesehatan sudah berada di tangan [[Zending]]. Zending juga sudah mempunyai kader-kader yang tangguh baik dalam masyarakat maupun dalam pemerintahan. Dalam situasi seperti itulah misi Katolik masuk ke [[Tano Batak|tanah Batak]].
 
Baris 250 ⟶ 244:
Tiap etnis Batak memiliki salam khasnya masing masing. Beberapa salam yang biasa dituturkan oleh tiap etnis adalah:{{Citation-needed}}
# [[Suku Angkola|Angkola]] dan [[Suku Mandailing|Mandailing]]: “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
# [[Suku Karo|Karo]]: “Mejuah-juah Kita Krina!”
# [[Suku Pakpak|Pakpak]]: “Njuah-juah Mo Banta Karina!”
# [[Suku Simalungun|Simalungun]]: “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
Baris 282 ⟶ 275:
## Marsanina Ningon Pakkei, Manat
## Marboru Ningon Elek, Pakkei
# Rakut Sitelu ([[Suku Karo|Batak Karo]]):
## Nembah Man Kalimbubu
## Mehamat Man Sembuyak
## Nami-nami Man Anak Beru
# Daliken Sitelu ([[Suku Pakpak|Batak Pakpak]]):
## Sembah Merkula-kula
Baris 357 ⟶ 346:
! i
! u
|- style="length:20%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Karo
| align="center" |[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=A]]
| align="center"|[[Berkas:Batak A-1, Ha.svg|30px|link=|alt=Ha]]
| align="center" | [[Berkas:Batak Ha-1, Ka-1.svg|30px|link=|alt=Ka]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ba-2.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Na.svg|30px|link=|alt=Na]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Wa-1.svg|30px|link=|alt=Wa]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ga-1.svg|30px|link=|alt=Ga]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Ja.svg|30px|link=|alt=Ja]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Da.svg|30px|link=|alt=Da]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ra-1.svg|30px|link=|alt=Ra]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ma-1.svg|30px|link=|alt=Ma]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Ta-1.svg|30px|link=|alt=Ta]]
| align="center"|[[Berkas:Batak Sa-1, Ca-1.svg|30px|link=|alt=Sa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ya-1.svg|30px|link=|alt=Ya]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak Nga.svg|30px|link=|alt=Nga]]
| align="center" |[[Berkas:Batak La-1.svg|30px|link=|alt=La]]
!
| align="center"|[[Berkas:Batak Ca-3.svg|30px|link=|alt=Ca]]<hr>[[Berkas:Batak Ca-2, Nya.svg|30px|link=|alt=Ca]]
|[[Berkas:Batak Nda.svg|30px|link=|alt=Nda]]
|[[Berkas:Batak Mba-1.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak I.svg|30px|link=|alt=I]]
| rowspan="5" align="center" |[[Berkas:Batak U.svg|30px|link=|alt=I]]
|- style="length:10%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Angkola<br>Mandailing
Baris 389 ⟶ 353:
| align="center" |[[Berkas:Batak Ba-1.svg|30px|link=|alt=Ba]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Pa-1.svg|30px|link=|alt=Pa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Na.svg|30px|link=|alt=Na]]<hr>[[Berkas:Batak Na-2.svg|30px|link=|alt=Na]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Wa-1.svg|30px|link=|alt=Wa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ga-1.svg|30px|link=|alt=Ga]]
| alignrowspan="center4" |[[Berkas:Batak A-1, HaJa.svg|30px|link=|alt=HaJa]]
| alignrowspan="center4" | [[Berkas:Batak Ha-1, Ka-1Da.svg|30px|link=|alt=KaDa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ra-1.svg|30px|link=|alt=Ra]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ma-1.svg|30px|link=|alt=Ma]]
Baris 397 ⟶ 363:
| align="center" |[[Berkas:Batak Sa-3.svg|30px|link=|alt=Sa]]<hr>[[Berkas:Batak Sa-2.svg|30px|link=|alt=Sa]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ya-1.svg|30px|link=|alt=Ya]]
| alignrowspan="center4" |[[Berkas:Batak Pa-1Nga.svg|30px|link=|alt=PaNga]]
| align="center" |[[Berkas:Batak La-1.svg|30px|link=|alt=La]]
| align="center" |[[Berkas:Batak Ca-2, Nya.svg|30px|link=|alt=Nya]]
Baris 402 ⟶ 369:
! rowspan="4" |
! rowspan="4" |
| alignrowspan="center4" |[[Berkas:Batak A-1, HaI.svg|30px|link=|alt=AI]]
| alignrowspan="center4" |[[Berkas:Batak Ba-2U.svg|30px|link=|alt=BaI]]
|- style="length:10%;"
! style="width:10%; text-align:center;" |Pakpak
Baris 464 ⟶ 433:
{| class="wikitable"
|-
! No!! Penanggalan (Toba) !! Penanggalan (Karo) !! Lama Hari
|-
| 1 || Sipaha sada || Paka sada (Kambing) || 30
|-
| 2 || Sipaha dua || Paka dua (Lembu) || 29
|-
| 3 || Sipaha tolu || Paka telu (Gaya) || 30
|-
| 4 || Sipaha opat || Paka empat (Padek) || 29
|-
| 5 || Sipaha lima || Paka lima (Arimo) || 30
|-
| 6 || Sipaha onom || Paka enem (Kuliki) || 29
|-
| 7 || Sipaha pitu || Paka pitu (Kayu) || 30
|-
| 8 || Sipaha ualu || Paka waluh (Tambok) || 29/30
|-
| 9 || Sipaha sia || Paka siwah (Gayo) || 29/30
|-
| 10 || Sipaha sampulu || Paka sepuluh (Baluat) || 29
|-
| 11 || Sipaha li || Paka sepuluh sada (Batu) || 30
|-
| 12 || Sipaha hurung || Paka sepuluh dua (Binurung) || 29
|-
| 13 || ''Lamadu'' || || ''(30)''
|-
| colspan=3"2" |'''Total''' || 353–355/''(383–384)''
|}
 
Baris 498 ⟶ 467:
{| class="wikitable"
|-
! Hari !! Penamaan hari (Toba) !! Penamaan hari (Karo) !! Penamaan hari (Simalungun)
|-
| 1 || Aditia || Aditia || Aditia
|-
| 2 || Suma || Suma || Suma
|-
| 3 || Anggara || Nggara || Anggara
|-
| 4 || Muda || Budaha || Mudaha
|-
| 5 || Boraspati || Beraspati || Boraspati
|-
| 6 || Singkora || Cukra Enem Berngi || Sihora
|-
| 7 || Samisara || Belah Naik || Samisari
|-
| 8 || Artia ni Aek || Aditia Naik || Aditia Turun
|-
| 9 || Suma ni Mangadop || Suma Siwah|| Suma ni Siah
|-
| 10 || Anggara Sampulu || Nggara Sepuluh || Anggara ni Sapuluh
|-
| 11 || Muda ni Mangadop || Budaha Ngadep || Mudaha ni Mangadop
|-
| 12 || Boraspati ni Mangadop || Beraspati Tangkep || Boraspati ni Takkop
|-
| 13 || Singkora ni Purnama || Cukra Dudu (Lau) || Sihora Duduk (Bah)
|-
| 14 || Samisuru ni Purasa || Belah Purnama Raya || Samisara Purnama Raya
|-
| 15 || Tula || Tula || Tula
|-
| 16 || Suma ni Holom || Suma Cepik || Suma ni Holom
|-
| 17 || Anggara ni Holom || Nggara Enggo Tula || Anggara ni Tula
|-
| 18 || Muda ni Holom || Budaha Gok || Mudaha (Gok)
|-
| 19 || Boraspati ni Holom || Beraspati 19 || Boraspati 19
|-
| 20 || Singkora Maraturun || Cukra Si 20 || Sihorasi 20
|-
| 21 || Samisara Maraturun || Belah Turun || Samisara Maraturun
|-
| 22 || Aditia ni Angga || Aditia Turun || Aditia Turun
|-
| 23 || Suma ni Mate || Sumana Mate || Suma ni Mate
|-
| 24 || Anggara ni Begu || Nggara Simbelin || Anggarana (Bod)
|-
| 25 || Muda ni Mate || Budaha Medem || Mudaha (Bod)
|-
| 26 || Boraspati ni Gok || Beraspati Medem || Boraspati (Bod)
|-
| 27 || Singkora Dudu || Cukrana Mate || Sihora 27
|-
| 28 || Samisara Bulan Mate || Mate Bulan || Matei ni Bulan
|-
| 29 || Hurung || Dalin Bulan || Dalan ni Bulan
|-
| 30 || Ringkar || Sami Sara || Rikkar
|}
 
== Kontroversi ==
Sebagian orang [[Suku Karo|Karo]], [[Suku Mandailing|Mandailing]], dan [[Suku Pakpak|Pakpak]] sempat tidak menyebut dirinya sebagai bagian dari suku Batak. Meski mayoritas masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak, wacana identitas itu sempat muncul disebabkan karena pada umumnya kategori "Batak" dipandang primitif dan miskin oleh etnik lain masa [[Orde Baru (Indonesia)|Orde Baru]]. Selain itu, perbedaan agama juga menyebabkan sebagian orang [[Tapanuli]] tidak ingin disebut sebagai Batak.{{Citation-needed}}
 
Di pesisir timur laut [[Sumatra]], khususnya di [[Kota Medan]], perpecahan ini sangat terasa. Terutama dalam hal pemilihan pemimpin politik dan perebutan sumber-sumber ekonomi. Sumber lainnya menyatakan kata Batak ini berasal dari rencana Gubernur [[Thomas Stamford Raffles|Jenderal Raffles]] yang membuat etnik [[Kekristenan|Kristen]] yang berada antara [[Kesultanan Aceh]] dan [[Kerajaan Pagaruyung|Kerajaan Islam Minangkabau]], di wilayah [[Barus, Tapanuli Tengah|Barus]] pedalaman, yang dinamakan Batak. Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing, Angkola dan Karo, umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Demikian juga di Angkola, yang terdapat banyak pengungsi muslim yang berasal dari wilayah sekitar [[Danau Toba]] dan [[Kabupaten Samosir|Samosir]], akibat pelaksanaan dari pembuatan Afdeling Bataklanden oleh pemerintah [[Hindia Belanda]], yang melarang penduduk [[muslim]] bermukim di wilayah tersebut.{{Citation-needed}}
Baris 568 ⟶ 537:
Konflik terbesar adalah pertentangan antara masyarakat bagian utara Tapanuli dengan selatan Tapanuli, mengenai identitas Batak dan Mandailing. Bagian utara menuntut identitas Batak untuk sebagain besar penduduk Tapanuli, bahkan juga wilayah-wilayah di luarnya. Sedangkan bagian selatan menolak identitas Batak, dengan bertumpu pada unsur-unsur budaya dan sumber-sumber dari Barat. Penolakan masyarakat Mandailing yang tidak ingin disebut sebagai bagian dari etnis Batak, sempat mencuat ke permukaan dalam kasus syarikat Tapanuli (1919-1922), kasus pekuburan Sungai Mati (1922),<ref>{{cite book | last =Perret | first =Daniel | authorlink = | coauthors = | title =La Formation d'un Paysage Ethnique: Batak & Malais de Sumatra Nord-Est | publisher =École Française d'Extrême-Orient | date = | location = Paris | url = | doi = | isbn = | page = 316-325 }}</ref> dan kasus pembentukan Provinsi Tapanuli (2008–2009).{{Citation-needed}}
 
Dalam [[Sensus|Sensus Penduduk]] tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan [[Suku Angkola|Angkola]], [[Suku Karo|Karo]], [[Suku Mandailing|Mandailing]], [[Suku Pakpak|Pakpak]], [[Suku Simalungun|Simalungun]], dan [[Suku Batak Toba|Toba]] sebagai etnis Batak.<ref>{{en}} Leo Suryadinata, Evi Nurvidya arifin, Aris Ananta, [http://books.google.co.id/books?id=nFckUneBbRIC&dq=Indonesia%27s+Population:+Ethnicity+and+Religion+in+a+Changing+Political+Landscape&printsec=frontcover&source=bl&ots=C_BK8d_8vs&sig=4_QnkNN1VlxjKnTP_T7tYzTlhZ8&hl=id&ei=8FIaSqPEOY6CkQXD9kQ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1#v=onepage&q=&f=false ''Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape''], Institute of Southeast Asian Studies, Singapura, hal.48.</ref> Komunitas suku Karo telah meminta agar Pemerintah tidak lagi mengklasifikasikan Karo bagian Batak.
 
== Pakaian ==
Baris 583 ⟶ 552:
 
<gallery mode="packed">
FileBerkas:Bajuadatbatakangkolatapsel.jpg|<center>Pakaian tradisional [[Suku Batak Angkola|Batak Angkola]]</center>
FileBerkas:Batak Karo Wedding.jpg|<center>Pakaian tradisional [[Suku Karo|Batak Karo]]</center>
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bruidspaar uit Pakantan Tapanuli Noord-Sumatra TMnr 10002962.jpg|<center>Pakaian tradisional [[Suku Batak Mandailing|Batak Mandailing]]</center>
Berkas:AdatSimalungun.jpg|<center>Pakaian tradisional [[Suku Batak Simalungun|Batak Simalungun]]</center>
FileBerkas:Halak_BatakHalak Batak.jpg|<center>Pakaian tradisional [[Suku Batak Toba|Batak Toba]]</center>
</gallery>