Kabupaten Aceh Tamiang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membatalkan 1 suntingan by 2001:448A:11A6:1473:556D:A437:34C5:A0A3 (bicara): Tanpa rujukan (TW) Tag: Pembatalan halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
k Update data, Merapihkan infobox |
||
Baris 2:
{{coor title dm|4|14|N|97|58|E|region:ID-AC_type:adm2nd|display=title}}
{{Dati2
|
|
|
▲| nama = Kabupaten Aceh Tamiang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|nama
|sekretaris daerah = Asra
|
| kodearea = 0641▼
|
| kodepos = 24471-24478▼
|bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Aceh|Aceh Tamiang]]
| nomor_polisi = BL ''xxxx'' U**▼
|IPM
| pad = Rp 141.815.373.710,-<ref name="APBD 2018"/>▼
| dau = Rp 504.489.012.000,-▼
| dauref = ([[2021]])<ref>{{cite web|url=http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2020/09/DAU_rotated.pdf|title=Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2021|website=www.djpk.kemenkeu.go.id|date=(2021)|accessdate=8 Desember 2021|page=1|format=pdf|archive-date=2021-12-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20211207084638/http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2020/09/DAU_rotated.pdf|dead-url=no}}</ref>▼
|apbd
▲| agama = [[Islam]] 98,98%<br> [[Buddha]] 0,50%<br> [[Kristen]] 0,28%<br>- [[Protestan]] 0,25%<br>- [[Katolik]] 0,03%<br> Lain-lain 0,24%<ref name="AGAMA">{{cite web|url=https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kabupaten+Aceh+Tamiang&wid=1114000000&lang=id|title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kabupaten Aceh Tamiang|website=www.sp2010.bps.go.id|accessdate=21 Januari 2021|archive-date=2023-02-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20230220045207/https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kabupaten+Aceh+Tamiang&wid=1114000000&lang=id|dead-url=no}}</ref>
▲|
|flora
|fauna
|zona waktu = [[WIB]]
|
}}
Baris 53 ⟶ 54:
== Sejarah ==
=== Sebelum kemerdekaan ===
Kerajaan Tamiang pernah mencapai puncak kejayaannya dibawah pimpinan seorang Raja Muda Setia yang memerintah selama tahun 1330–1366 M.
# Sungai Raya/Selat Malaka di bagian Utara
# Besitang di bagian Selatan
Baris 59 ⟶ 60:
# Gunung Segama (Gunung Bendahara/''Wilhelmina Gebergte'') di bagian Barat.
Pada masa [[Kesultanan Aceh]], Kerajaan Tamiang telah mendapat ''cap Sikureung'' dan ''hak Tumpang Gantung'' (Zainuddin, 1961: 136-137) dari Sultan Aceh Darussalam atas wilayah Negeri Karang dan Negeri Kejuruan Muda. Sementara negeri Sultan Muda Seruway, Negeri Sungai Iyu, Negeri Kaloy, dan Negeri Telaga Meuku merupakan wilayah-wilayah yang belum mendapat ''cap SIkureung''. Karena itu negeri-negeri tersebut dijadikan sebagai wilayah pelindung bagi wilayah yang telah mendapat ''cap SIkureung''.
Pada tahun 1908, dengan berlakunya Staatblad No.112 tahun 1878, maka wilayah Tamiang dimasukkan ke dalam ''Geuverment Aceh en Onderhoorigheden''. Maksudnya adalah, Tamiang berada dibawah status hukum '' Onderafdelling''.
# ''Landschap'' Karang
# ''Landschap'' Seruway/Sultan Muda
Baris 70 ⟶ 71:
=== Asal kata "Tamiang" ===
Nama Tamiang tumbuh dari legenda "''Te-Miyang''" atau "''Da-Miyang''" yang berarti tidak kena gatal atau kebal gatal dari miang bambu. Hal tersebut berhubungan dengan cerita sejarah tentang Raja Tamiang yang bernama ''Pucook Sulooh''. Ketika masih bayi, ia ditemukan dalam rumpun bambu betong (istilah Tamiang adalah ''bulooh'') oleh seorang raja berjulukan "''Tamiang Pehok''". Menginjak dewasa, ''Pucook Sulooh'' dinobatkan menjadi Raja Tamiang bergelar "''Pucook Sulooh Raja Te-Miyang''", yang artinya "seorang raja yang ditemukan di rumpun rebong, tetapi tidak kena gatal atau kebal gatal".
Menurut sumber lain, kata Tamiang berasal dari kata “Da Miang”. Sejarah menunjukkan tentang eksistensi wilayah Tamiang melalui prasasti [[Sriwijaya]]. Tak kurang pula sastra tulis Cina karya ''Wee Pei Shih'' mencatat pula keberadaan negeri ''Kan Pei Chiang'' (Tamiang), atau ''Tumihang'' dalam Kitab Negara Kertagama. Daerah ini juga berjuluk ''Bumi Muda Sedia'', sesuai dengan nama Raja Muda Sedia yang memerintah wilayah ini selama 6 tahun (1330-1336). Raja ini mendapatkan cap Sikureung dan hak Tumpang Gantung dari Sultan Aceh atas wilayah Karang dan Kejuruan Muda kala itu.
1. Prasasti Sriwijaya yang diterjemahkan oleh Prof. Nilkanta Sastri dalam ''The Great Tamralingga (capable of) Strong Action in dangerous Battle'' (Moh. Said, 1961:36).
Baris 84 ⟶ 85:
5. Benda-benda peninggalan budaya yang terdapat pada situs Tamiang (Penemuan ''T. Yakob'', ''Meer Muhr'', serta ''Sartono'', dkk).
Berkaitan dengan data-data tersebut dan ditambah penelitian terhadap penemuan fosil sejarah, maka nama Tamiang dipakai menjadi usulan bagi pemekaran status wilayah Pembantu Bupati Aceh Timur Wilayah-III, yang meliputi wilayah bekas Kewedanaan Tamiang.
=== Pemekaran ===
Tuntutan pemekaran daerah di Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebenarnya telah dicetuskan dan diperjuangkan sejak 1957 awal masa Propinsi Aceh ke-II, termasuk eks-Kewedanaan Tamiang diusulkan menjadi Kabupaten Daerah Otonom. Usulan tersebut lantas mendapat dorongan semangat yang lebih kuat lagi sehubungan dengan keluarnya ketetapan MPRS hasil Sidang Umum ke-IV tahun 1966 tentang pemberian otonomi seluas-luasnya. Dalam usulnya mengenai pelaksanaan otonomi secara riil dengan Memorandum Nomor B-7/DPRD-GR/66, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-Gotong Royong (DPRD-GR) Propinsi Daerah Istimewa Aceh mengusulkan sebagai berikut bekas Daerah "Kewedanaan Tamiang" menjadi Kabupaten Aceh Tamiang dengan ibu kotanya Kualasimpang.
Sebagian besar usulan tersebut sudah menjadi kenyataan namun usulan mengenai Tamiang belum dikabulkan. Sebagai tindak lanjut dari cita-cita masyarakat Tamiang, maka pada era reformasi, sesuai Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka keinginan Tamiang untuk menjadi daerah otonomi terbuka kembali dan mendapat dukungan melalui:
▲Sebagian besar usulan tersebut sudah menjadi kenyataan namun usulan mengenai Tamiang belum dikabulkan. Sebagai tindak lanjut dari cita-cita masyarakat Tamiang, maka pada era reformasi, sesuai Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka keinginan Tamiang untuk menjadi daerah otonomi terbuka kembali dan mendapat dukungan melalui:<ref name="BPS"/>
# Bupati Aceh Timur dengan surat No. 2557/138/tanggal 23 Maret 2000 ke DPRD Kabupaten Aceh Timur tentang usul peningkatan status Pembantu Bupati Wilayah-III Kuala Simpang menjadi Kabupaten Aceh Tamiang.
# DPRD Kabupaten Aceh Timur dengan surat No. 1086/100-A/2000, tanggal 9 Mei 2000, tentang persetujuan peningkatan status Kabupaten Aceh Tamiang.
Baris 126 ⟶ 128:
== Pariwisata ==
[[Berkas:Kuala Paret by Ican2.jpg|
Kabupaten Aceh Tamiang memiliki beberapa tempat wisata yang hingga saat ini perlu penataan yang serius dan dikelola dengan baik. Air Terjun Tujuh Tingkat, Air Terjun Sangka Pane, Gua Sarang Burung Walet, Pantai Kupang adalah beberapa contoh tempat wisata di Aceh Tamiang yang perlu mendapatkan perhatian untuk dapat dikelola menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah.{{cn}}
▲[[Berkas:Kuala Paret by Ican2.jpg|300px|jmpl|Kuala Paret, salah satu tujuan wisata alam di Aceh Tamiang]]
Berikut adalah objek wisata yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang:
{| {{Prettytable}}
|- bgcolor="#99ccss"
Baris 219 ⟶ 222:
||42.||Wisata Hutan Manggrove||[[Seruway, Aceh Tamiang|Seruway]]
|}
== Referensi ==
{{reflist|2}}
== Lihat pula ==
Baris 238 ⟶ 233:
* {{id}} [http://www.bappedatamiang.go.id/ Situs Bappeda Aceh Tamiang] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20081027070559/http://bappedatamiang.go.id/ |date=2008-10-27 }}
* {{id}} [http://www.acehtamiangkab.go.id Situs Resmi Kabupaten Aceh Tamiang]
{{wikisource|Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2002}}
{{Kabupaten Aceh Tamiang}}
|