Gazal: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 7:
== Sejarah ==
Secara historis, Gazal diyakini berasal dari wilayah Arab pada abad ke-7 Masehi, perkembangan dari [[Kasidah]], yang mana merupakan bentuk puisi Arab pra-Islam yang jauh lebih tua. Kasidah biasanya merupakan puisi yang lebih panjang, hingga 100 bait. Secara tematis, Kasidah tidak menyertakan topik bernuansa asmara, dan biasanya merupakan pidato atau kidung pujian untuk suatu suku atau penguasa, dan juga dapat berupa cercaan, ataupun prinsip moral. Namun demikian, pendahuluan pembukaan Kasidah, yang disebut ''Nasib'', biasanya bertema nostalgia dan/atau romantisme, dan bentuknya sangat dihias dan diberi penggayaan khas. Belakangan, ''Nasib'' mulai ditulis sebagai puisi pendek yang berdiri sendiri, yang kemudian menjadi Gazal. Gazal muncul sebagai genre puisi pada era Bani Umayah (661–750 Masehi) dan terus berkembang dan berkembang pada awal era Abasiyah. Gazal Arab mewarisi struktur syair formal Kasidah, khususnya kepatuhan yang ketat terhadap meteran dan penggunaan ''Kafiyah'', sajak akhir yang umum pada setiap bait (disebut bayt dalam bahasa Arab dan sher dalam bahasa Persia). Sifat Gazal juga berubah untuk memenuhi tuntutan penyajian musik, menjadi lebih singkat. Meteran puisi yang lebih ringan, seperti ''Kafif'', ramal, dan ''Muqtarab'' lebih disukai, daripada meteran yang lebih panjang dan berat yang disukai untuk Kasidah (seperti ''Kamil'', ''Basit'', dan ''Rajaz''). Secara topikal, fokus Gazal juga berubah dari kenangan nostalgia tanah air dan orang-orang tercinta, ke arah tema romantis ataupun erotis. Ini termasuk sub-genre dengan tema cinta sopan (''Udari''), erotisme (''Hisi''), homoerotisisme (''Mudakar''), dan sebagai pengantar untuk puisi yang lebih besar (''Tamhidi'').
=== Diperkenalkan ke Indonesia ===
Walaupun Gazal aslinya berasal dari wilayah Arab, Gazal diperkenalkan ke Indonesia melalui wilayah Persia oleh para pedagang Persia yang datang ke wilayah Indonesia (Sumatra Barat atau Jawa Barat) untuk menjalin hubungan bisnis atau perdagangan. Seiring berjalannya waktu, istilah ''Gazal'' di Indonesia tergantikan atau tersubstitusikan dengan istilah ''Pantun'' yang merupakan bentuk adaptasi terjemahan dari Gazal itu sendiri.
== Referensi ==
|