Saparman Sodimejo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Faradiba Natsir (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Faradiba Natsir (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 26:
Namun karena sesuatu sebab nama itu kemudian berubah menjadi Sodimejo.
 
dia pertama kali dipanggil Gotho oleh bibinya, Waktu itu, bibinya mengajaknya ke sebuah hajatan. Karena suka akan ketampanan SuparmanSaparman, Bibinya memujinya dengan mengucapkan kata glontho (ganteng) yang kemudian berubah menjadi gotho.
 
Waktu muda, Gotho sering membantu ayahnya membajak sawah. Tapi momennya yang sangat berkesan waktu itu adalah saat dia menghadiri peresmian Pabrik Gula Kedungbanteng. Kini, keberadaan pabrik itu hanya menyisakan lapangan kosong.
Baris 33:
 
Gotho dan penduduk lainnya diperintahkan mengumpulkan kayu untuk membangun proyek jembatan. Ia melihat [[TNI|Tentara Indonesia]] ditembak [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|Tentara Belanda]], dia diminta untuk menggotong jenazah yang ia tak tahu siapa,
 
'''Perang Dunia I'''
 
Mbah Gotho sudah berusia 43 tahun pada awal [[Perang Dunia I]], Dampak [[Perang Dunia I]] yang dilecut pembunuhan putra mahkota [[Austria-Hungaria]] [[Franz Ferdinand dari Austria|Archduke Franz Ferdinand]] di [[Sarajevo]], ibu kota [[Bosnia dan Herzegovina|Bosnia]] pada 28 Juni 1914 -- tak begitu signifikan untuk [[Indonesia]].
 
Meski begitu, dampak krisis ekonomi yang diakibatkan Perang Besar membuat hidup para buruh di [[Nusantara]] kala itu kian sulit.
 
Ingatan Mbah Gotho sudah kabur. Apalagi untuk mengisahkan apa yang disaksikannya pada [[Perang Dunia I]]. Kala itu, ia mungkin bahkan tak tahu perihal gonjang-ganjing zaman yang terjadi di [[Eropa]].
 
Namun, masih ada ingatan yang masih tersisa soal penjajahan [[Imperium kolonial Belanda|Belanda]].
 
'''Perang Dunia II'''
 
Mbah Gotho sudah berusia 70 tahun pada [[Perang Dunia II]], [[Perang Dunia II]] berdampak luar biasa bagi [[Indonesia]]. Persaingan dua kekuatan, Sekutu dan [[Poros (Perang Dunia II)|Poros]] (Axis) mengubah sejarah RI. Kala itu terjadi pergantian [[penjajah]] dari [[Imperium kolonial Belanda|Belanda]] ke [[Kekaisaran Jepang|Jepang]], Ketika [[Kekaisaran Jepang|Jepang]] di ambang kekalahan dalam [[Perang Dunia II]], momentum kekosongan kekuasaan dimanfaatkan para pejuang untuk memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
 
== Referensi ==