KAI Commuter: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 141:
== Masalah Umum ==
[[Berkas:Commuter_train_KRL.JPG|thumb|left|Tipikal keadaan KRL Ekonomi yang sedang penuh penumpang.]]
KRL Ekonomi adalah salah satu kereta paling sibuk di Indonesia, dengan jadwal komuter yang biasa dipenuhi oleh penumpang karena tarifnya lebih murah dibanding KRL kelas Ekspres / Eksekutif (lihat gambar). Penumpang bergelantungan di pintu gerbong, di sambungan antar gerbong, dan di atas gerbong yang tentu membahayakan nyawa mereka, demi untuk terhindar dari petugas pengecek karcis. Tidak jarang penumpang KRL Ekonomi tewas karena melakukan hal-hal tersebut. Selain itu, di KRL Ekonomi juga banyak sekali pencopet dan pedagang asongan yang menggangu.
Rute komuter termasuk sering bermasalah, seperti kacaunya jadwal perjalanan, mogoknya KRL, dan terkadang terjadi pula kasus kecelakaan seperti anjloknya KRL, tabrakan di pintu perlintasan, dan tewasnya penumpang yang naik di atas gerbong. Kereta sering dipenuhi oleh pedagang asongan dan pencopet.
 
Sementara, masalah lainnya adalah kurangnya perawatan terhadap unit kereta. Fasilitas penunjang seperti palang pintu perlintasan pun kadang sudah rusak, sehingga tidak bisa menutup. Kurangnya disiplin para pengendara kendaraan bermotor mengakibatkan banyak mobil atau motor pribadi ditabrak oleh kereta. Kelalaian petugas atau masinis juga kadang membahayakan kereta dan juga pengendara kendaraan bermotor. Contohnya lupa menutup palang perlintasan kereta, ataupun pelanggaran sinyal.
 
Fasilitas stasiun seperti tempat duduk, penerangan, dan keamanan sangat tidak memadai. Pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari, banyak penumpang yang berdiri. Selain itu, stasiun juga sering dipenuhi oleh warga tuna wisma yang memanfaatkan stasiun sebagai tempat tinggal mereka. Banyaknya stasiun yang tidak berpagar serta tidak adanya petugas yang memeriksa penumpang di pintu masuk/keluar stasiun, mengakibatkan banyaknya penumpang KRL yang tidak membeli karcis. Banyak stasiun di jalur Jatinegara-Jakarta Kota tidak memiliki peron yang cukup tinggi sehingga menyulitkan penumpang untuk menaiki kereta. Seperti di stasiun Rajawali, Gang Sentiong, dan Pondokjati.