Etimologi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Birdfeedservant (bicara | kontrib)
Ide dasar dalam etimologi: etimologi populer
Baris 8:
* Kata-kata biasanya dimulai dengan bentuk yang lebih panjang, kemungkinan juga lebih rumit, yang kemudian menjadi lebih sederhana atau lebih singkat. Misalnya, ''mesa'' (“kerbau”) dalam Bahasa Jawa Krama berasal dari Sansekerta ''mahisa''.
* Sebaliknya dengan butir di atas, kata-kata yang pendek dapat diperpanjang dengan penambahan [[imbuhan]] pada kata itu. Misalnya, kata, ''kedokteran'' berasal dari ''ke+dokter+an'' (''dokter'' berasal dari Bahasa Belanda).
* Kata-kata yang lebih panjang dapat pula dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau lebih. Misalnya ''Singapura'', dari kata ''sing'' (Sansekerta “batu”, bukan “singa”) dan ''pura'' (Sansekerta “negara”): “tempat yang berbatu-batu”. Kalau ''Singapura'' diduga berasal dari "singa", itu kadang-kadang disebutkan [[etimologi populer]], yaitu "etimologi palsu" yang dibikin oleh orang karena etimologi tersebut diduga mungkin, walaupun ternyata palsukeliru).
* Kata-kata ''slang'' (yang tidak resmi) dapat diterima menjadi bahasa resmi. Kadang-kadang yang sebaliknya juga terjadi, kata-kata yang resmi menjadi ''slang''.
* Kata-kata yang "kasar" atau "kotor" dapat menjadi [[eufemisme]] untuk kata-kata lain, dan kadang-kadang eufemisme menjadi "kasar".
Baris 15:
* Kata-kata dapat dimulai sebagai [[akronim]], seperti ''[[SIM]]'' (“'''S'''urat '''I'''zin '''M'''engemudi”).
*Bunyi dalam sesuatu perkataan bisa ''didissimilasikan''. Misalnya, ''laporan'' berasal dari “rapport” (Bahasa Belanda), tetapi pertama bunyi ''r'' sudah diganti menjadi ''l'' untuk membedakan bunyi itu dari ''r'' nomor dua.
*Bunyi juga bisa ''diasimilasikan'', yaitu disamakan: mislanya, perkataan internasional ''i'''m'''por'' terdiri dari ''in'' dan ''por(t)''.
*Bunyi bisa ditambah kedalam satu perkataan, sesuai dengan [[morfologi]] Bahasa Indonesia: ''Maret'' (Bahasa Belanda: “Maart”) atau dihilangkan (''bius'' dari Bahasa Parsi “bihausi”).
*Bunyi asing bisa diindonesiakan, seperti ''petuah'' (Bahasa Arab: “'''f'''atwa”).