Dewan Kesenian Jakarta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 36:
Melalui ketentuan tersebut, terdapat beberapa perubahan mendasar dalam keorganisasian DKJ. Pertama, jumlah anggotanya yang semula 25 orang, menjadi 33 orang yangterdiri atas 30 anggota biasa yang terbagi dalam 6 komite (masing-masing komite beranggotan 5 orang) dan 3 orang anggota ''ex-officio'' yang berasal dari unsur Pemprov DKI Jakarta. Kemudian, pemilihan anggota biasa tidak lagi sepenuhnya merupakan kewenangan mutrak Akademi Jakarta, tapi sudah melibatkan masyarakat kesenian Jakarta melului forum Musyawarah Kesenian Jakarta. Terakhir yang juga penting adalah penegasan mengenai status DKJ dalam nomenklatur Pemprov DKI Jakarta yang selama ini cenderung tidak jelas menjadi lebih jelas dan tegas yakni, sebagai lembaga nonstruktural Pemprov DKI Jakarta di bidang kesenian yang dibentuk oleh Gubernur DKI Jakarta.
== Pidato Kebudayaan ==
Pidato Kebudayaan adalah sebuah program tahunan yang dikelola oleh DKJ (Dewan Kesenian Jakarta). Pidato ini merupakan agenda penting DKJ dan digelar setiap tanggal 10 November, bertepatan dengan ulang tahun Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Setiap tahun sejak 1969, Pidato Kebudayaan menampilkan pidato umum dari tokoh nasional terpilih, untuk memaparkan soalan-soalan sosial budaya yang penting dan aktual yang memberi manfaat bagi sendi-sendi kehidupan dan peradaban masyarakat Indonesia.
Dengan tagline "Suara Jernih dari Cikini", Pidato Kebudayaan berupaya menyediakan ruang untuk keragaman pemikiran, terutama pemikiran-pemikiran otonom yang terbebas dari belenggu dan dominasi kekuasaan politis, sosial, dan budaya tertentu.
=== Penyaji ===
{{Col|2}}
* 1972: Nurcholish Madjid
* 1977: Mochtar Lubis — "[[Manusia Indonesia]]"
* 1989: Umar Kayam
* 1991: Emil Salim
* 1992: Nurcholish Madjid
* 1993: BJ Habibie
* 1994: Mochtar Kusumaatmadja
* 1995: Fuad Hasan
* 1996: Ginandjar Kartasasmita
* 1997: WS Rendra
* 1998: Amien Rais
* 1999: Ali Sadikin
* 2000: Todung Mulya Lubis
* 2001: Azyumardi Azra
* 2002: Sri Sultan Hamengkubuwono X
* 2003: Todung Mulya Lubis
* 2004: Hidayat Nur Wahid
* 2005: Taufik Ismail
* 2006: Herry Priyono
* 2007: Zawawi Imron
* 2008: I Gusti Agung Ayu Ratih
* 2009: Ignas Kleden
* 2010: Rocky Gerung
* 2011: Busyro Muqqodas
* 2012: Mahfud MD
* 2013: Karlina Supelli
* 2014: Hilmar Farid
* 2015: Nirwan A. Asuka
* 2016: Lukman Hakim Saifuddin & Premana W Permadi
* 2017: Roby Muhamad
* 2018: Seno Gumira Ajidarma — "Kebudayaan dalam Bungkus Tusuk Gigi"
* 2019: Saras Dewi — "sembaHYANG Bhuvana"
* 2020: Melani Budianta — "Lumbung Budaya di Sepanjang Gang"
* 2021: Merlyna Lim — "Ritme dan Algoritme Kebudayaan"
* 2022: Ade Darmawan — "Berakar dan Menjalar: Lumbung Sebagai Model Ekonomi dan Estetika Organisasi Seni"
* 2023: William Wongso — "Gastrodiplomasi Nasi Bungkus untuk Menaklukkan Lidah Dunia"<ref>https://dkj.or.id/berita/gastrodiplomasi-nasi-bungkus-untuk-menaklukkan-lidah-dunia/</ref>
{{EndDiv}}
== Referensi ==
|