Aleksander Agung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan gambar rusak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Dikembalikan gambar rusak Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 312:
Helenisasi adalah istilah yang dikemukakan oleh sejarawan Jerman [[Johann Gustav Droysen]]. Istilah ini merujuk pada penyebaran bahasa, budaya, dan penduduk Yunani ke daerah-daerah yang berhasil ditaklukkan oleh Aleksander.<ref name=gxii/> Para sejarawan sepakat bahwa penyebaran ini memang terjadi, karena bukti-buktinya dapat dilihat di kota-kota besar Helenistik, contohnya [[Aleksandria]] (satu dari sekitar dua puluhan kota yang didirikan oleh Aleksander<ref>{{cite web|url=http://www.livius.org/aj-al/alexander/alexander_z2.html|title=Alexander the Great: his towns|publisher=livius.org|accessdate=13-12-2009|archive-date=2015-05-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20150503150242/http://www.livius.org/aj-al/alexander/alexander_z2.html|dead-url=yes}}</ref>), [[Antiokia]]<ref name=g56/> dan [[Seleukia]] (di selatan [[Baghdad]] modern).<ref>"[https://archive.today/20120527081841/http://www.umich.edu/~kelseydb/Excavation/Seleucia.html Seleucia on the Tigris, Iraq]", University of Michigan.</ref> Namun, mengenai seberapa luas dan seberapa dalam penyebaran ini, dan sampai sejauh mana proses itu merupakan kebijakan yang disengaja, masih banyak diperdebatkan. Aleksander sudah jelas melakukan langkah-langkah yang disengaja untuk memasukkan unsur-unsur Yunani ke dalam [[kebudayaan Iran]] dan dalam beberapa hal ia berusaha menggabungkan budaya Yunani dan Iran, yang berujung pada cita-citanya untuk menyatukan penduduk Asia dan Eropa. Akan tetapi, para penerusnya terang-terangan menolak kebijakan semacam itu setelah kematian Aleksander. Namun demikian, Helenisasi tetap saja terjadi di seluruh wilayah bekas kekuasaan Aleksander, dan terlebih lagi, diikuti oleh ''Orientalisasi'', proses oleh negara-negara penerus Aleksander yang berbeda dan berlawanan dengan Helenisasi itu sendiri.<ref name=g56/><ref name=g21/>
 
[[Berkas:Alexander Aramaic coin.jpg|jmpl|230px|Koin Aram Aleksander Agung.]]
 
Berdasarkan asal-usulnya, inti dari budaya Helenistik pada dasarnya adalah [[Athena (kota)|Athena]].<ref name=g56/><ref name=murphy/> Dialek [[Bahasa Yunani Koine|Koine]] Athena telah diadopsi untuk keperluan resmi lama sebelum masa Filipus II, dan dengan demikian telah tersebar ke seluruh penjuru dunia Helenistik, serta menjadi [[lingua franca]] melalui penaklukan Aleksander. Lebih jauh lagi, [[Perencanaan kota]], pendidikan, pemerintahan lokal, dan seni pada periode Helenistik semuanya didasarkan pada gagasan-gagasan Yunani Klasik, dan berevolusi menjadi bentuk yang baru dan berbeda, yang secara umum dikelompokkan sebagai Helenistik.<ref name=g56/> Aspek-aspek budaya Helenistik tetap ada dalam tradisi Kekaisaran Romawi Timur sampai pertengahan abad ke-15.<ref>{{cite book|last=Gabriel|first=Richard A.|title=The Great Armies of Antiquity|publisher=Greenwood Publishing Group|year=2002|page=277|chapter=The army of Byzantium|isbn=0275978095|url=http://books.google.com/?id=y1ngxn_xTOIC&printsec=frontcover&q=romano-Hellenistic}}</ref><ref>{{cite book|last=Baynes|first=Norman G.|title=Byzantium: An Introduction to East Roman Civilization|publisher=Baynes Press|year=2007|page=170|chapter=Byzantine art|isbn=978-1406756593|url=http://books.google.com/?id=HdHiVlZ3ErIC&pg=PA170&dq=hellenistic+culture+in+byzantine+traditions&cd=39#v=onepage&q=hellenistic%20culture%20in%20byzantine%20traditions}}</ref>