Prasasti Siwagrha: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rizkydns (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ghersyd (bicara | kontrib)
menambahkan pranala dalam
Baris 14:
'''Prasasti Siwagrha''' {{Sanskerta|शिवगृह|Śivagṛha}} atau '''Prasasti Wantil''' adalah prasasti yang berasal dari [[Jawa Tengah]], tertulis ''[[candrasengkala]]'' ''”Wwalung gunung sang wiku”'' yang bermakna angka tahun 778 Śaka (856 Masehi). Prasasti ini dikeluarkan oleh [[Rakai Kayuwangi|Śrī Mahārāja Rake Kayuwangi Dyaḥ Lokapāla Śrī Sajjanotsawatuṅga]] raja penerus [[Rakai Pikatan|Śrī Mahārāja Rakai Pikatan Dyaḥ Saladu Saŋ Prabhu Jātiniṅrat]]. Prasasti ini menyebutkan deskripsi kelompok candi agung yang dipersembahkan untuk dewa [[Siwa]] disebut ''Shivagrha'' ([[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: rumah Siwa) yang cirinya sangat cocok dengan kelompok candi [[Prambanan]].<ref>{{cite book|author= Drs. R. Soekmono,|title= ''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed|publisher = Penerbit Kanisius|year= 1973, edisi cetak ulang ke-5 1988|location =Yogyakarta|page =46 }}</ref>
 
Proyek air umum untuk mengubah aliran sungai di dekat [[Kuil]] Shivagrha juga disebutkan dalam prasasti ini. Sungai yang bernama [[Sungai Opak]] itu kini mengalir dari utara ke selatan di sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan berpendapat bahwa awalnya sungai itu melengkung lebih jauh ke timur dan dianggap terlalu dekat dengan candi utama. Proyek ini dilakukan dengan memotong sungai sepanjang sumbu utara ke selatan di sepanjang dinding luar kompleks Candi Shivagrha. Bekas aliran sungai ditimbun dan diratakan untuk menciptakan ruang yang lebih luas untuk perluasan candi, ruang untuk barisan candi-candi ''pervara'' (pelengkap).
 
Disebutkan juga bahwa Raja (Pikatan) adalah seorang [[Siwa]], berbeda dengan permaisuri [[Pramodhawardhani]], yang adalah seorang [[Buddha]]. Prasasti tersebut menyebutkan pertempuran untuk suksesi kerajaan melawan Jatiningrat ([[Rakai Pikatan]]), pemberontak yang telah membuat benteng dari ratusan batu untuk perlindungan. Benteng ini terhubung dengan situs [[Ratu Boko]]. Secara tradisional [[Balaputradewa]] dianggap sebagai orang yang memimpin perang melawan Pikatan. Namun, teori ini ditinjau kembali karena kemungkinan besar Rakai Walaing [[Mpu Kumbhayoni]]-lah yang menantang otoritas Pikatan sebagai raja baru [[kerajaan Medang]] Mataram. [[Rakai Walaing]] adalah seorang tuan tanah sakti yang mengaku sebagai keturunan raja yang pernah memerintah Jawa.