Bhaskara (grup musik): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 6:
[[Grup musik]] ini tampil pertama kali di [[Taman Ismail Marzuki]], pada tanggal [[2 Juli|2]]-[[3 Juli]] tahun [[1985]] dengan formasi awal, [[Kiboud Maulana]] ([[gitar]]), Udin Zach [[saksofon]], Bambang Nugroho dan Didi Hadju sebagai [[kibor|keyboardis]], Karim Suweileh ([[drummer]]), [[Perry Pattiselanno]] pada [[bass]], [[Luluk Purwanto]] ([[biola]] dan [[vokal]]), [[Dullah Suweileh]] ([[perkusi]]), dan vokalis utamanya adalah [[Nunung Wardiman]] yang saat itu kebetulan sedang sekolah di [[Prancis]]. Mereka membawakan 12 lagu, antara lain “Live is Too Short To Worry”, “Japanese Child”, “Putri”, “Samba in Bali” dan “Es Lilin” dengan aransemen ulang. Kehadiran Bhaskara di tengah tahun [[1985]] itu tidak lepas dari peran [[Ireng Maulana]] yang bertindak sebagai produser pertunjukan dan supervisor [[grup musik|grup]] ini.
 
Pada tahun [[1985]] berangkatlah mereka ke North Sea Jazz Festival di [[Den Haag]], [[Belanda]]. Di bawah tanggung jawab [[Peter F. Gontha]] dari PT Bhaskara Music Production. Ternyata penampilan Bhaskara '85 dinilai cukup sukses hingga ketua panitia North Sea Jazz Festival, Paul Acket meminta band tersebut kembali mengikuti festival itu pada tahun berikutnya. Jadilah Bhaskara tampil di North Sea Jazz Festival tahun [[1986]]. Untuk kali kedua, formasi Bhaskara 86 mengalami sedikit perubahan. Beruntung Bhaskara 86 mendapat panggung yang lebih luas daripada tahun sebelumnya. [[Luluk Purwanto|Luluk]] kembali menjadi primadona pementasan mereka. Komposisi yang mereka bawakan dianggap telah memiliki dan mewakili warna musik kepribadian yang khas unsur ke[[Indonesia]]annyakeIndonesiaannya. Sepulang North Sea Jazz Festival, Bhaskara masuk ke dapur rekaman kembali disusul dengan show di berbagai kota di dalam negeri.
 
Formasi Bhaskara 86 lengkapnya terdiri dari Udin Zach ([[flute]] & [[saxophone]]), Djoko W.H. ([[gitar]]), A.S. Mates ([[bass]]), Bambang Nugroho ([[piano]]), Didi Hadju ([[kibor]]), [[Karim Suweileh]] ([[drum]]), [[Dullah Suweileh]] ([[perkusi]]), [[Luluk Purwanto]] ([[biola]] dan [[vokal]]) dan [[Vonny Sumlang]] ([[vokal]]). Di luar dugaan, album itu sukses dan terjual hingga 75,000 kaset.<ref>[http://kaltimjazzlovers.blogspot.com/2005/07/jazz-kami.html Bhaskara di Northsea], Kaltimjazzlovers, diakses 14 April 2011</ref> Sebuah angka yang sangat sulit dicapai oleh rekaman musisi [[jazz]] [[Indonesia]] pada masa itu. Lagu-lagu di album tersebut sangat populer, khususnya lagu-lagu seperti "Betawi", "Putri", "Life Is Too Short To Worry". Lagu "Betawi" dipakai menjadi lagu tema acara siaran berita [[Seputar Indonesia|Seputar Jakarta]] dari [[RCTI]] lagu penutup acara siaran berita [[Seputar Indonesia]] (sekarang dikenal sebagai [[Seputar iNews]]) dari [[RCTI]]. Gesekan biola [[Luluk Purwanto]] di lagu tersebut memang sangat menghidupkan nyawa dari lagu tersebut. Banyak orang yang hafal di ingatannya akan melodi lagu tersebut, walaupun tidak mengenal judul lagu apalagi musisi yang memainkannya. Lagu "Putri" yang populer merupakan ciptaan dari Yanti R., yang sebenarnya merupakan kependekan dari [[Siti Hardiyanti Rukmana]] (Mbak Tutut). Lagu ini direkam kembali pada album Bhaskara 91 dalam versi vokal. Lagu "Life Is Too Short To Worry" dengan vokal dari [[Vonny Sumlang]] saat ini terdapat dalam format CD, yaitu di dalam album kompilasi ''Best of Jazzy Vocals''.