Timor Timur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 24815599 oleh 125.167.59.11 (bicara) salah provinsi
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
JayaGood (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 126:
Pada awal November 1975, Menteri Luar Negeri Portugal [[Ernesto Melo Antunes]] dan Menteri Luar Negeri Indonesia [[Adam Malik]] bertemu di [[Roma]], [[Italia]] untuk membahas penyelesaian konflik.<ref>[https://kalipaksi.wordpress.com/2009/03/10/reviewreviewreview-adam-malik-dan-cerita-sebuah-kamera/amp/ Adam Malik dan Cerita Sebuah Kamera]</ref> Meskipun tidak ada pemimpin dari Timor Timur yang diundang ke pembicaraan, Fretilin mengirim pesan yang menyatakan keinginan mereka untuk bekerja sama dengan Portugal. Pertemuan berakhir dengan kedua pihak sepakat bahwa Portugal akan bertemu dengan para pemimpin politik di Timor Timur, tetapi pertemuan itu tidak pernah terjadi. Frustrasi oleh kelambanan Portugal, para pemimpin dari Fretilin percaya bahwa mereka dapat menangkis kemajuan yang dicapai Indonesia dengan lebih efektif jika mereka mendeklarasikan Timor Timur yang merdeka. Komisaris Politik Nasional [[Marí Alkatiri]] melakukan perjalanan diplomatik ke [[Afrika]], mengumpulkan dukungan dari pemerintah di sana dan di tempat lain. Menurut Fretilin, upaya ini menghasilkan jaminan dari dua puluh lima negara, termasuk [[Tiongkok]]; [[Uni Soviet]]; [[Mozambik]]; [[Swedia]]; dan [[Kuba]] untuk mengakui negara baru yang akan didirikan.
 
Fretilin menurunkan bendera Portugal dan memproklamirkan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak pada tanggal 28 November 1975, menyebutnya sebagai ''República Democrática de Timor-Leste'' (bahasa Portugis untuk "Republik DemokratisDemokratik Timor Leste") dan mengangkat [[Francisco Xavier do Amaral]] sebagai [[Daftar presiden Timor Leste|Presiden]]. Proklamasi yang belakangan didukung oleh Portugal ini tidak diakui oleh pemerintah Indonesia yang sebelumnya telah mencapai kesepakatan dengan pihak Portugal dalam pertemuan di Roma.<ref>[https://kisahtimortimur.wordpress.com/2015/04/08/setelah-proklamasi-sepihak-itu/ Setelah Proklamasi Sepihak Itu]</ref> Sejurus selepas itu, partai pro-integrasi, yakni Apodeti; UDT; Trabalhista; dan KOTA segera mengadakan [[Deklarasi Balibo|proklamasi tandingan di Balibo]] pada tanggal 30 November 1975 yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia. Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh [[Arnaldo dos Reis Araújo]] (Apodeti) dan Francisco Xavier Lopes da Cruz (UDT). Pernyataan sikap politik keempat partai diiringi dengan persiapan pembentukan pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi yang jumlahnya sekitar 40 ribu orang. Dari perbatasan Timor Barat, pasukan yang terdiri dari para pengungsi ini kembali ke Timor Timur dan menyerang kedudukan pasukan Fretilin secara bergerilya. Beberapa pihak dari kalangan pro-kemerdekaan kemudian menuduh deklarasi yang diadakan oleh kalangan pro-integrasi di Balibo dan pasukan-pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi sengaja dirancang oleh [[intelijen militer|intelijen]] Indonesia, dengan maksud untuk memperkuat legitimasi Indonesia menyerbu wilayah Timor Timur.
 
[[Berkas:Timor - Indonesian Invasion.png|jmpl|ki|280px|Peta yang menunjukkan daerah-daerah yang diinvasi Indonesia dalam [[Operasi Seroja]].]]