Pengabdi Setan 2: Communion: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel, removed stub tag
Rudyindarto (bicara | kontrib)
Baris 54:
 
== Alur ==
Pada tahuntanggal 195517 diApril Lembang, Bandung Barat, [[Jawa Barat]]1955, Budiman Syailendra diminta oleh Heru Kusuma, seorang komandan polisi yang merupakan sahabat lamanya, untuk meliput penemuan puluhan mayat dengan posisi bersujud pada gambar bertuliskan Raminom di [[Observatorium Bosscha]]. Heru tidak ingin mengusut penemuan ini secara resmi karena khawatir akan mengganggu kelancaran [[Konferensi Asia–Afrika]] di [[Bandung]]. Ia meminta Budiman untuk mencari tahu dan menyebarkan temuan ini diam-diam.
 
Di tahun 1984, tiga tahun setelah [[Pengabdi Setan (film 2017)|kejadian di rumah lama mereka]], Rini Suwono bersama dengan ayahnya, Bahri, dan adik-adiknya, Toni dan Bondi, menetap di lantai 8 [[rumah susun]] milik pemerintah di dataran rendah [[Jakarta Utara]], dekat laut. Tetangga sebelah Rini adalah Wisnu Hendrawan, yatim yang tinggal bersama dengan ibunya yang [[Ketulian|tuna rungu]] semenjak ayahnya meninggal karena kebakaran rumah. Bondi dan teman-temannya, Ari Gunawan dan Darto Suhaimi, menggali pekarangan rumah susun yang konon ada kuburannya, sebelum Ari disuruh ayahnya untuk pulang dan menjaga adiknya, Wina Endarti. Toni menaksir Tari Daryati, wanita yang tinggal di lantai 9, sementara Tari menampik rayuan Dino Suhendar, pemuda yang tinggal di lantai 13.
Di tahun 1984, Rini sekeluarga kini menetap di rumah susun milik pemerintah setelah [[Pengabdi Setan (film 2017)|kejadian di rumah mereka yang lama]]. [[Rumah susun]] ini terletak di dataran rendah Jakarta Utara dan dekat laut.
 
Pada tanggal 16 April 1984, terjadi tragedi kecelakaan [[lift]] yang menewaskan hampir seluruh orang di dalamnya, termasuk ibu Wisnu dan ayah Ari, berikut empat anak-anak yang memunguti uang logam dari salah seseorang yang menaiki lift. Satu-satunya korban yang selamat adalah Bahri. Para korban kemudian dikafani di unit masing-masing sebelum akan dikubur keesokan harinya. Pemberitahuan badai besar membuat sebagian besar penghuni rumah susun mengungsi. Listrik kemudian mati dan lantai bawah tenggelam oleh banjir, mengakibatkan penghuni yang menetap terjebak di rumah susun.
Malam sebelum kejadian itu, Rini membuang sampah di lantai 8 dan dilihat oleh penghuni kamar tersebut, usai membuang sampah disitu, ia dilihat penghuni lain dengan tatapan misterius. Usai membuang sampah, penghuni tersebut kembali ke unit masing-masing.
 
Sementara itu, Budiman mendapatkan kiriman paket dari Heru yang tewas karena bunuh diri. Kiriman tersebut berisi beberapa benda, termasuk foto-foto Bahri saat masih muda, rumah susun yang baru dibangun, dan alat penyiksa ''pear of anguish''. Ia menyadari ada bahaya di rumah susun itu dan bergegas ke sana, namun tidak ada seorang pun yang mau mengantarnya ke sana karena rumah susun itu dilanda banjir.
Di tempat yang sama, Wisnu juga membuang sampah disitu sama seperti Rini. Dan sampah tersebut pun mampet membuat Wisnu menggunakan tongkat pemungut sampah agar tidak mampet. Ia mendengar suara rintihan seseorang didalamnya dan Wisnu ditarik oleh suara misterius di lorong sampah,ia nyaris terjun ke bawah tetapi Wisnu berhasil keluar & menutup pintu lorong tersebut dengan keras. Suara tersebut mengatakan Wisnu harus membuka pintunya karena ia merasa kepanasan. Wisnu sangat ketakutan dengan suara tersebut, lalu sosok tersebut berpindah ke belakang Wisnu dengan suara lantang dan wajah yang menakutkan yang membuat Wisnu berlari karena ketakutan. Suara tersebut ternyata adalah suara almarhum ayahnya yang kerap memperlakukan Wisnu dan ibunya dengan kejam. Ayahnya tewas karena sebuah kebakaran yang terjadi di rumah mereka sementara Wisnu & ibunya selamat dari insiden tersebut.
 
Di tengah mati lampu, Ari dijemput oleh Bondi dan Darto, meninggalkan Wina dan ibu mereka di unit mereka di lantai 10. Wina dihantui oleh teman-temannya yang tewas saat lift jatuh. Dia mendengar suara ibunya dari lift yang entah kenapa bisa terbuka, dan masuk, sebelum menyadari bahwa lift tersebut tidak ada gerbongnya, dan dia sedang melayang di udara. Wina pun jatuh hingga tewas.
Pada tanggal 16 April, sebuah kecelakaan [[lift]] terjadi dan menewaskan seluruh orang di dalamnya berikut anak-anak yang memunguti uang logam dari salah seseorang yang menaiki lift kecuali Bapak. Wina terengah-engah karena lift akan jatuh ke tiga temannya ketika hendak memungut uang logam, dan ketiganya pun tewas mengenaskan dan darah muncrat ke Wina lalu ia berteriak histeris dan menangis karena ketiga temannya tertimpa lift yang terjatuh bersama para korban lain didalamnya. Para korban kemudian dikafani di unit masing-masing sebelum akan dikubur keesokan harinya. Pemberitahuan badai besar membuat sebagian besar penghuni rumah susun mengungsi, menyisakan Rini sekeluarga dan beberapa orang lain. Listrik rumah susun kemudian mati dan lantai bawah rumah susun tenggelam oleh banjir. Sementara itu, Budiman mendapatkan kiriman paket dari Heru yang tewas karena bunuh diri. Kiriman tersebut berisi beberapa benda, salah satunya foto Bapak saat masih muda, foto rumah susun yang baru dibangun, dan [[Pear Of Anguish|Pear of Anguish]]. Ia menyadari ada bahaya di rumah susun itu dan bergegas ke sana. Namun, tiada seorang pun yang mau mengantarnya ke sana karena rumah susun itu dilanda banjir.
 
Toni membetulkan radio Tari yang rusak, namun Tari menyerahkannya kembali ketika radio tersebut menyiarkan percakapan mencekam oleh wanita yang terjebak di liang lahat. Setelah membuang radio tersebut, Toni membantu [[Ustaz]] Mahmud untuk menutup jendela unit-unit yang terbuka. Sesampainya di lantai 13, dia diminta Dino untuk mengambil garpu yang jatuh ke unit sebelah. Di unit sebelah, Toni menemukan album foto berisi rumah susun yang masih baru, orang-orang yang dahulu sering dia lihat saat ibunya pentas, dan gambar Raminom yang sangat mirip dengan ibunya. Kaget, dia bergegas keluar, disusul oleh Dino, untuk menjemput Tari yang baru saja diteror oleh pocong saat dia [[salat]].
Bondi memasuki unit Wina sambil membawa makanan dan melihat ibu Wina yang sedih melihat jasad suami dan ayah Wina dan Ari yang menjadi korban kecelakaan lift. Tak lama kemudian listrik tiba-tiba mati, dan mereka mendengar suara misterius yang berbicara dengan [[bahasa Bali]], Ari awalnya mengira bahwa itu suara ibunya tetapi ibunya mengatakan suara tersebut bukan darinya dan Wina mengatakan bahwa suara tersebut berasal dari diluar pintu. Bondi bersama Ari dan Darto memeriksa diluar pintu tetapi tidak ada seorang pun di sana.
 
Setelah mengambil koper yang selalu Bahri bahwa saat dia kerja, Rini dan Wisnu mengunjungi unit Ari dan menemukan jasad ibu Ari yang tewas gantung diri. Bertemu dengan Toni, Dino, dan Tari, Rini membuka koper Bahri yang ternyata berisikan puluhan jari manusia. Dino dan Tari memutuskan untuk pergi dari rumah susun, berpisah dengan Rini, Toni, dan Wisnu yang hendak mencari Bondi terlebih dahulu. Tari berubah pikiran berbalik ke atas, namun dia dihantui oleh Ustaz Mahmud yang dibunuh dan dijadikan arwah gentayangan. Bersembunyi di tempat sampah, dia dikagetkan oleh radionya yang terkutuk dan sesosok pocong korban kecelakaan lift hingga dia terperosok dan tewas. Dino juga berakhir tewas ketika dia dikejutkan oleh Raminom hingga lehernya tertusuk garpu rumput.
Wina mendengar ibunya berada diluar & di kamarnya. Ia sambil membawa sebuah korek api untuk menerangi [[Rumah susun|rusun]] yang mati total. Wina ketakutan mendengar suara ibunya serta ia melihat sosok arwah tiga temannya bermain. Korek api Wina pun mati berkali-kali, dan ia kaget teriak histeris karena ia didekati tiga arwah temannya yang tertimpa lift tadi, lalu kabur dan bersembunyi dalam lift, dimana ketika ia berada di dalamnya, pintu lift pun macet dan tiba-tiba arwah ibunya mengagetkannya. Wina yang menyadari bahwa ia melayang di lorong lift yang sudah tidak lagi beroperasi, terjatuh hingga ke lantai dasar dan tewas.
 
Ari, Bondi, dan Darto memasuki unit Ketua RT di lantai 2 dan melihat foto yang membuktikan bahwa rumah susun dibangun di atas pemakaman. Mereka juga menyadari bahwa rumah susun itu terdiri dari 15 lantai, tetapi tidak ada tangga yang mengarah ke lantai 15. Di lantai 14, mereka bertemu dengan Ian, anak bungsu Suwono yang diculik oleh pengabdi setan tiga tahun yang lalu, di unit yang tidak dikunci. Saat Rini dan Wisnu sampai, Wisnu dapat berbicara denga Ian melalui [[bahasa isyarat]]. Rini memutuskan untuk membawa serta Ian ke bawah, namun mereka dihadang oleh Bahri. Saat Bahri melihat Ian, dia menyerang dan lampu semprong yang Rini bawa mati. Di tengah kegelapan, mereka lari berhamburan dan dikejar mayat-mayat kecelakaan lift yang bangkit, sementara para pengabdi setan yang berjubah hitam menampakkan diri di sepenjuru rumah susun. Rini lalu dipukul dan jatuh pingsan oleh sosok hitam tersebut.
Rini membantu Wisnu, anak yang kini yatim piatu setelah ibunya turut menjadi korban kecelakaan lift. Wisnu bercerita ia dan ibunya kerap diperlakukan dengan kejam oleh ayahnya yang tewas dalam kebakaran rumahnya. Wisnu dan ibunya berbicara dengan bahasa isyarat rahasia yang mereka pelajari dari sebuah buku yang mereka temukan di dalam koper milik ayahnya. Toni membantu Ustadz Mahmud untuk memeriksa keadaan unit korban kecelakaan yang tinggal sendiri dan berkenalan dengan penghuni lain yaitu Dino dan Tari. Saat di unit Dino, Toni masuk ke unit sebelahnya dan menemukan album foto berisi rumah susun yang masih baru dan orang-orang yang sama yang suka Toni temui saat menemani ibunya pentas. Bondi bersama temannya Ari dan Darto berkeliling rumah susun dan menyadari bahwa semua unit kosong. Mereka memasuki unit Ketua RT dan melihat foto saat rumah susun dibangun, yang dulunya merupakan kawasan pemakaman. Mereka juga menyadari rumah susun itu terdiri dari 15 lantai, tetapi mereka tidak kunjung menemukan tangga ke lantai itu.
 
Rini terbangun di lantai 15 yang tersembunyi., Ia melihatdimana Ian tengahsedang mengorkestrasimemandu sosok-sosokorkestra berjubahpara hitampengabdi setan dengan bahasa isyarat rahasia. Di belakang mereka berdiri IbuRaminom dan mayat-mayat yang bangkit kembali di sampingnya. Ian menyuapi Rini dengan [[Peterseli|daun parsleypeterseli]] yang membuatnya terlena dalam mimpi indah, tetapi Rini sadar dan memuntahkan daun itu. Rini melihat BapakBahri dieksekusi dengan ditarik oleh empat ekor kuda dari empat arah yang berbeda hingga tewas terbelah menjadi beberapa bagian. Saat Toni diikat, Budiman dan Wisnu datang ke lantai tersebut. Budiman menembakkan pistol ke sosok-sosokpara berjubahpengabdi hitam sertasetan, melemparkan biji saga hitam ke arah kelompok pocong agar tidak menyerang, dan mengarahkan Pear''pear Ofof Anguishanguish'' ke Raminom/Ibu sehingga terlempar ke atas. Rini tersadar danSetelah memukul Ian, laluRini turun ke lantai bawahterbawah bersama dengan Budiman, Wisnu, Toni, dan Bondi, dibantu oleh Ari dan Darto menuju perahu untuk berusaha kabur. Saat di perahu, Budiman bercerita bahwa Bahri bergabung dengan pemuja Raminom, dan mengajak istrinya, Mawarni, untuk bergabung agar dia dapat melahirkan anak-anak mereka dan agar dia menjadi penyanyi terkenal. Bahri kemudian ingin menyudahi kesepakatan dengan sekte pemuja setan, namun syaratnya ia harus membunuh 1000 jiwa, sehingga ia akhirnya berkarier sebagai [[Penembakan misterius|penembak misterius]]. Ia juga berkata sebenarnya Bahri adalah target sekte itu, bukan Mawarni.
Ucapan Wisnu tentang koper membuat Rini penasaran dengan koper yang selalu Bapak bawa saat bekerja dan dikunci di lemari saat pulang. Rini dan Wisnu bertemu dengan Toni, Dino, dan Tari dan berkumpul di unit Dino untuk menceritakan hasil temuan mereka. Toni memperlihatkan sebuah gambar yang mirip ibu mereka, tetapi dengan tulisan Raminom dan Rini bercerita bahwa ibu mereka berganti penampilan secara drastis setelah merilis lagu [[Kelam Malam]]. Saat membuka koper Bapak, mereka terkejut dan lari karena mereka melihat ada banyak potongan jari manusia di dalamnya. Di saat yang sama, di lantai 14 Bondi dan kawan-kawan menemukan unit yang tidak terkunci dan menemukan Ian, adik bungsunya, sedang duduk di sana dan mengaku tidak tahu mengapa bisa di sana.
 
Keesokan harinya, saatDarminah badaidan sudahBatara mengunjungi rumah redasusun, Darminahdimana dandiungkapkan Batarabahwa kembalimereka keadalah pemilik unit mereka di sebelah unit Dino. Darminah berkatamenyesali seharusnyaketidakhadiran mereka hadirdi padaperistiwa malam tersebutsebelumnya, tetapinamun Batara mengatakanmeyakinkannya bahwa merekakejadian memang harus membiarkan peristiwa semalam terjadi karenatersebut sesuai dengan rencana mereka. Mereka berbicara bahwa orang-orang tak mengetahui mereka berada di pihak mana dan kemudian berdansa. Kamera bergerak ke sebuah foto bertuliskan "[[Konferensi Asia–Afrika|Bandung, 1955]]", ketikayang dihadiri oleh Darminah dan Batara ada di sana. Wajah mereka tampak sama seperti tak dimakan usia.
Tari dan Dino yang berlari terpencar dan masing-masing tewas setelah diganggu oleh sosok pocong dan Ibu, begitupun dengan Ustadz Mahmud. Ketiganya tewas dengan cara yang berbeda, Dino tewas tertusuk garpu rumput usai terkejut melihat Raminom/Ibu karena ketika ia menggunakan selendang miliknya untuk digunakan untuk menyebrangi rusun yang kini dibanjiri oleh air dan di aliri listrik dan membuatnya jatuh dari tangga lalu ia tertusuk garpu rumput dibawahnya. Ustad Mahmud juga ikut menjadi sasaran ketika ia bertemu Tari yang ketakutan usai melihat pocong, ustad Mahmud awalnya tidak percaya ketika Tari mengatakan bahwa ia baru saja melihat pocong dan mengatakan bahwa pocong itu tidak ada. Ia kemudian memeriksa untuk mengetahui kebenarannya tetapi ia malah tewas dengan kondisi leher yang dipatahkan. Dan Tari pun terengah-engah karena ia ketakutan dikejar pocong & ibu, dan ia bersembunyi di lorong sampah tempat dimana Rini membuang sampah disitu yang dilihat oleh penghuni kamar tersebut dengan tatapan misterius, Toni membuang radio disitu & Wisnu membuang sampah lalu diteror oleh almarhum ayahnya yang wafat pasca tewas dalam kebakaran di rumahnya. Didalam lorong sampah tersebut, Tari merasa ketakutan. Ia kaget mendengar suara radio yang usai Toni membuangnya karena berisi suara mengerikan & ejekan yaitu mendengar percakapan antara penyiar radio & suara Tari bahwa ia bergabung di neraka karena suara radio Tari sebelum dibuang tidak begitu karena seolah olah berubah dengan sendirinya. Usai mendengar radio misterius yang dibuang oleh Toni, Tari merasa ketakutan & menengok keatas lalu kaget ada pocong yang berasal dari pintu lorong yang tempat bersembunyi mengeluarkan bayi disitu lewat mulutnya, Tari berteriak histeris usai kaget, dan Tari jatuh terjun langsung ke lorong, dan kedua kakinya terlipat & patah ke punggungnya dan Tari tewas didalam lorong tersebut, seperti yang diramalkan suara misterius di radio bahwa ia tersiksa dalam kuburan sempit (lorong pembuangan sampah) dan tubuhnya digerogoti belatung.
 
Rini, Toni, dan Wisnu bertemu dengan Bondi dan Ian. Wisnu dan Ian ternyata dapat berbicara melalui bahasa isyarat rahasia. Rini memutuskan untuk membawa Ian serta ke bawah, namun dihadang oleh Bapak. Bapak mencoba menjelaskan yang ia lakukan adalah untuk melindungi mereka. Saat Bapak melihat Ian, Bapak menyerang dan lampu semprong yang Rini bawa mati. Di tengah kegelapan, mereka lari berhamburan dan dikejar mayat-mayat kecelakaan lift yang bangkit. Sosok-sosok berjubah hitam menampakkan diri. Rini lalu dipukul dan jatuh pingsan oleh sosok hitam tersebut.
 
Rini terbangun di lantai 15 yang tersembunyi. Ia melihat Ian tengah mengorkestrasi sosok-sosok berjubah hitam dengan bahasa isyarat rahasia. Di belakang mereka berdiri Ibu dan mayat-mayat yang bangkit. Ian menyuapi Rini dengan [[Peterseli|daun parsley]] yang membuatnya terlena dalam mimpi indah, tetapi Rini sadar dan memuntahkan daun itu. Rini melihat Bapak dieksekusi dengan ditarik oleh empat ekor kuda dari empat arah yang berbeda hingga tewas terbelah menjadi beberapa bagian. Saat Toni diikat, Budiman dan Wisnu datang ke lantai tersebut. Budiman menembakkan pistol ke sosok-sosok berjubah hitam serta melemparkan biji saga hitam ke arah kelompok pocong agar tidak menyerang, dan mengarahkan Pear Of Anguish ke Raminom/Ibu sehingga terlempar ke atas. Rini tersadar dan memukul Ian, lalu turun ke lantai bawah dibantu Ari dan Darto menuju perahu untuk berusaha kabur.
 
Saat di perahu, Budiman bercerita bahwa dulu Bapak adalah seorang polisi. Ketika bapak sedang bertugas ia menemukan para pemuja Raminom. Bapak kemudian mengajak ibu untuk bergabung agar Rini dan adik-adiknya lahir dan agar ibu terkenal. Bapak kemudian ingin menyudahi kesepakatan dengan sekte pemuja setan, namun syaratnya ia harus membunuh 1000 jiwa dan menjadi eksekutor penembakan misterius. Ia juga berkata sebenarnya Bapak adalah target sekte itu, bukan Ibu.
 
Keesokan harinya saat badai sudah reda, Darminah dan Batara kembali ke unit mereka di sebelah unit Dino. Darminah berkata seharusnya mereka hadir pada malam tersebut tetapi Batara mengatakan bahwa mereka memang harus membiarkan peristiwa semalam terjadi karena sesuai dengan rencana mereka. Mereka berbicara bahwa orang-orang tak mengetahui mereka berada di pihak mana dan kemudian berdansa. Kamera bergerak ke sebuah foto bertuliskan "[[Konferensi Asia–Afrika|Bandung, 1955]]", ketika Darminah dan Batara ada di sana. Wajah mereka tampak sama seperti tak dimakan usia.
 
== Pemeran ==