Grand Prix Australia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 77:
Grand Prix Australia menjadi babak Kejuaraan Dunia Formula Satu FIA pada tahun 1985 dengan balapan terakhir musim ini diadakan di [[Sirkuit Jalan Raya Adelaide|sirkuit jalan raya]] di kota [[Adelaide]]. [[Sirkuit Jalan Raya Adelaide]], yang terakhir kali mengadakan balapan Formula Satu pada {{F1|1995}}, dikenal sebagai sebuah sirkuit yang menantang, menuntut, dan rumit, yang sering menghasilkan balapan yang menguras tenaga, dan keseluruhan acara balapan tersebut sangat populer di kalangan pembalap, tim, dan juga penggemar. Setiap kali tim datang ke kota Adelaide, mereka menikmati suasana pesta.<ref>{{Cite web|url=http://www.adelaidereview.com.au/archives.php?subaction=showfull&id=1111107077&archive=1112321192&start_from=&ucat=2&|archive-url=https://web.archive.org/web/20080722071648/http://www.adelaidereview.com.au/archives.php?subaction=showfull&id=1111107077&archive=1112321192&start_from=&ucat=2&|title=The Adelaide Review : Archives<!-- Bot generated title -->|archive-date=22 July 2008}}</ref>
 
Grand Prix Australia yangpertama yang dimasukkan sebagai bagian dari Kejuaraan Dunia Formula Satu juga merupakan AGP yang ke-50. [[Sirkuit Jalan Raya Adelaide]] yang baru sepanjang 3,78km menampilkan [[Ayrton Senna]] asal Brasil di posisi terdepan, dengan catatan waktu 1:19.843, dalam sebuah mobil [[Team Lotus|Lotus]]–[[Renault dalam Formula Satu|Renault]]. Balapan itu sendiri merupakan pertarungan antara Senna dan pembalap asal Finlandia, yaitu [[Keke Rosberg]], yang mengendarai mobil [[Williams Grand Prix Engineering|Williams]]–[[Honda dalam Formula Satu|Honda]] untuk yang terakhir kalinya. Dijalankan dalam kondisi yang sangat panas, balapan terakhir musim {{F1|1985}} berjalan hingga batas waktu 2 jam, meskipun semua 82 putaran yang dijadwalkan telah dijalankan. Rosberg pada akhirnya berhasil menang dengan finis 43 detik di depan pembalap [[EquipeÉquipe Ligier|Ligier]]–[[Renault dalam Formula Satu|Renault]] asal Prancis, yaitu [[Jacques Laffite]] dan [[Philippe Streiff]], yang justru bertabrakan di tikungan yang tajam di akhir Brabham Lurus dengan hanya satu putaran saja yang tersisa, ketika Streiff mencoba untuk melakukan gerakan menyalip yang mengakibatkan suspensi mobilnya rusak, meskipun tidak cukup parah hingga menyebabkan pensiun. Juara Dunia sebanyak tiga kali dari negara Austria, yaitu [[Niki Lauda]], mengendarai balapan Formula Satu untuk yang terakhir kalinya di acara balapan ini. Setelah start dari posisi ke-16 dengan tim [[McLaren]], ia berhasil memimpin jalannya lomba ini pada putaran ke-57, namun kurangnya rem menyebabkan dia menabrak tembok yang mengakhiri karier Formula Satunya dengan menyedihkan. Negara Australia memiliki pembalapnya sendiri di dalam balapan ini, dengan Juara Dunia musim {{F1|1980}}, yaitu [[Alan Jones]], yang mengendarai mobil [[Lola THL1|Lola]]–[[Brian Hart Ltd.|Hart]]. Jones, yang start dari posisi ke-19, terhenti di awal, tetapi berjuang untuk mencapai posisi keenam pada putaran ke-20 sebelum mundur pada putaran berikutnya karena mobilnya mengalami kerusakan listrik. Acara balapan pada tahun 1986 adalah perlombaan tiga arah untuk memperebutkan gelar Kejuaraan Dunia Pembalap. [[Nigel Mansell]] asal Inggris dan [[Nelson Piquet]] asal Brasil di [[Williams Grand Prix Engineering|tim Williams]]–[[Honda dalam Formula Satu|Honda]] dan pembalap asal Prancis, yaitu [[Alain Prost]], yang secara komparatif membalap untuk tim [[McLaren]]–[[Teknik d'Avant Garde|TAG/Porsche]] yang kurang bertenaga, bersaing untuk memperebutkan gelar juara dunia pembalap. Mansell hanya membutuhkan posisi ketiga untuk menjamin gelar juara dunia, sementara Prost dan Piquet perlu menang dan Mansell finis di posisi keempat atau lebih rendah untuk merebut gelar juara dunia. Pembalap asal Finlandia, yaitu Keke Rosberg, memimpin jalannya lomba ini selama 62 putaran, sebelum terjadi kebocoran ban yang menyebabkan kerusakan pada mobil McLaren-nya; balapan ini adalah balapan Formula Satu yang terakhir bagi sang juara dunia tahun 1982. Pada saat berada di posisi tiga teratas dengan 20 putaran tersisa, mobil Williams yang dikendarai oleh Mansell mengalami kerusakan mekanis yang parah, dengan ban belakang bocor pada kecepatan {{Convert|180|mph|km/h|0|abbr=on}} di Brabham Straight, menciptakan percikan api yang sangat besar saat lantai kendaraan terseret di sepanjang permukaan aspal. Mansell berjuang untuk mengendalikan mobil yang membelok dengan keras itu, dan mengarahkannya hingga berhenti dengan aman. Prost memimpin jalannya lomba ini, karena rekan setim Mansell, yaitu Piquet, masuk ke dalam pit sebagai tindakan pencegahan, dan pembalap asal Prancis itu berhasil memenangkan perlombaan dan gelar kejuaraan dunia. Prost harus melawan setelah mengalami kebocoran di tengah balapan, dan berhenti segera setelah finis agar tidak membuang-buang bahan bakar, sesuatu yang telah dia lakukan di setiap balapan yang dia selesaikan sejak didiskualifikasi dari [[Grand Prix F1 San Marino 1985|Grand Prix San Marino 1985]] karena menjadi kekurangan berat badan setelah mobil McLaren-nya kehabisan bahan bakar pada putaran lambat setelah melewati garis finis terlebih dahulu. Pada tahun 1987, Gerhard Berger berhasil menang dengan mobil Ferrarinya, sementara Ayrton Senna finis di posisi kedua, tetapi kemudian didiskualifikasi karena penyimpangan teknis pada balapan terakhirnya untuk tim Lotus; Rekan setim Berger, yaitu Michele Alboreto, kemudian naik ke posisi kedua untuk membuat hasil akhir menjadi 1–2 untuk tim Ferrari.
 
[[Grand Prix F1 Australia 1988|Grand Prix Australia 1988]], Grand Prix yang terakhir di era turbo, menyaksikan Alain Prost berhasil memenangkan balapan ketujuhnya di musim ini dari rekan setimnya di McLaren dan Juara Dunia yang baru dinobatkan, yaitu Ayrton Senna, dengan juara keluar, yaitu Nelson Piquet, yang finis di posisi ketiga untuk Lotus, memberikan ketiga posisi podium untuk mesin Honda turbo. Balapan ini juga merupakan kemenangan yang ke-15 dan posisi terdepan yang ke-15 dalam 16 balapan di musim ini, di mana tim McLaren-Honda mendominasi total, sebuah dominasi yang belum pernah terlihat sebelumnya atau sejak di dalam ajang Formula Satu. Balapan pada tahun 1989 dilanda hujan lebat, dan para pembalap, terutama Prost, tidak mau memulai balapan karena kondisi yang sangat basah, terutama di lintasan lurus Brabham. Balapan ini terjadi setelah balapan yang kontroversial 2 minggu sebelumnya di Grand Prix Jepang di Suzuka, di mana Prost menabrak rekan setimnya yang dibenci, yaitu Senna, dan Senna kembali melaju dan finis pertama di akhir balapan, tetapi setelah diskusi politik didiskualifikasi karena memotong tikungan sebelum pit langsung di Suzuka; dampaknya muncul pada perlombaan. Tim McLaren telah memutuskan untuk mengajukan banding atas diskualifikasi Senna; jadi Senna masih punya peluang untuk menjadi juara dunia. Perlombaan sempat tertunda beberapa saat dan ada diskusi mengenai apakah balapan ini harus dimulai atau tidak. Senna lolos dengan posisi terdepan, dan memiliki niat untuk memulai balapan. Sirkuit masih diguyur hujan dan terendam air, namun para pembalap, termasuk Prost, mengalah dan pada akhirnya memulai balapan. Akan tetapi, Prost yang tidak yakin masuk setelah satu putaran dan mundur; dan Senna- yang masih dalam kondisi mental buruk sejak balapan sebelumnya, segera mulai membalap secepat yang dia bisa. Pada akhir putaran pertama, karena Minardi yang dikendarai oleh Pierluigi Martini menahan laju dua mobil Williams yang lebih cepat dari pembalap asal Belgia, yaitu [[Thierry Boutsen]], dan pembalap asal Italia, yaitu [[Riccardo Patrese]], Senna unggul sembilan detik dari Martini; mobil Williams segera melewati Martini, tetapi pada akhir putaran ketiga, Senna unggul 23 detik dari Boutsen yang berada di posisi kedua. Namun, bahkan dengan keunggulan besar yang ia perpanjang lebih jauh lagi, Senna terus berusaha keras mengambil peluang yang sangat berani bahkan untuk dirinya sendiri; dominasi psikologis yang dipancarkan oleh F1 terhadap pembalap asal Brasil itu membuat ia dikenal suka mengambil risiko yang tidak dilakukan oleh sebagian besar pembalap yang lain. Turun lurus ke Brabham pada putaran ke-13, Senna muncul di belakang mobil Brabham-Judd yang dikendarai oleh pembalap asal Inggris, yaitu Martin Brundle, dan Brundle memutuskan untuk pindah untuk membiarkan Senna lewat. Namun Senna dibutakan oleh cipratan air yang tebal; dan pembalap asal Brasil itu tidak lepas landas, dan menyebabkan dia menabrak bagian belakang mobil Brundle, merobek roda kiri depan dan suspensinya dan mengakibatkan pembalap asal Brasil itu pensiun. Ini secara efektif memberikan Prost gelar Kejuaraan Dunia Pembalap ketiganya; Permohonan banding tim McLaren belum diputuskan, namun karena Senna gagal mencetak poin, ia secara matematis tidak mampu mengejar Prost meskipun seandainya kemenangannya di Grand Prix Jepang tetap berlaku, dan hal itu tidak hanya dibatalkan, namun Senna menerima denda sebesar $100.000 dan larangan bermain selama enam bulan, yang mana keduanya dibatalkan. Boutsen berhasil memenangkan perlombaan ini dalam kondisi yang tidak membaik, dan balapan ini dibatalkan setelah mencapai batas waktu dua jam.