First Media: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dani1603 (bicara | kontrib)
Dani1603 (bicara | kontrib)
Baris 55:
Kombinasi dan konsolidasi antara penyedia TV berlangganan dan penyedia jasa internet tersebut dilakukan seiring makin kuatnya bisnis berbasis ''triple play'' dibanding masing-masing produk secara individu. Adapun layanan HomeCable juga dipasarkan oleh PT LinkNet, di samping memasarkan produk sendiri (FastNet dan DataComm). Selain itu ketiganya juga dipaketkan dalam paket-paket yang dipasarkan dalam bendera First Media.<ref name=fdok/><ref name=em/><ref>[https://ir.linknet.co.id/static-files/de5ec7d4-ddef-4d89-b983-df27c0043655 LapTahunan LINK 2014]</ref> Sebagai contoh, pada Mei 2015, diluncurkan paket Combo Ultimate X1 HD dengan kecepatan 100 Mbps dan Combo Infinite X1 HD untuk kecepatan 200 Mbps, serta meningkatkan paket Combo Maxima X1 HD dengan layanan ''dual broadband''.<ref>{{Cite web |url=http://autotekno.sindonews.com/read/1007043/133/link-net-first-media-luncurkan-combo-hd-packs-terbaru-1432960097 |title=Link Net-First Media Luncurkan Combo HD Packs Terbaru |access-date=2015-06-19 |archive-date=2016-09-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160914202912/http://autotekno.sindonews.com/read/1007043/133/link-net-first-media-luncurkan-combo-hd-packs-terbaru-1432960097 |dead-url=no }}</ref> Semakin lama, pembedaan antara merek dan layanan HomeCable dan FastNet semakin ditinggalkan, digantikan layanan ''triple play'' di bawah bendera First Media. Hal ini terjadi meskipun layanan tersebut tidak dijalankan oleh PT First Media Tbk secara langsung, melainkan oleh LinkNet, anak usahanya.
 
Sayangnya, upaya reorganisasi dan ekspansi ke sektor-sektor baru tidaklah berefek positif bagi kinerja perusahaan. Di tahun 2014 saja, sekitar 80% pendapatan KBLV masih disumbang oleh LinkNet.<ref>[https://market.bisnis.com/read/20140502/192/223991/ipo-listing-2-juni-link-net-lepas-10-saham-milik-first-media IPO: Listing 2 Juni, Link Net Lepas 10% Saham Milik First Media]</ref> Ketika saham KBLV di LinkNet terus terdilusi (menjadi 27,42%) pasca-IPO di tahun 2014, maka kinerja perusahaan ini terus merosot.<ref name=tirto>[https://tirto.id/first-media-satu-lagi-bisnis-lippo-group-yang-berdarah-darah-dabp First Media, Satu Lagi Bisnis Lippo Group yang Berdarah-darah]</ref> Usaha lainnya di bidang media massa dan komunikasi nirkabel justru tidak membuahkan hasil yang positif. Baik merek [[WiMAX]] dan [[4G]] sebagai penerusnya yang dikembangkan lewat merek [[Sitra (WiMAX)|Sitra]]<ref name=duabelas>[https://live.firstmedia.com/uploads/FM_AR2012_small.pdf LapTahunan KBLV 2012]</ref> dan BOLT! hanya berusia pendek, bahkan BOLT! harus berakhir tragis karena dihentikan izin pengoperasiannya oleh pemerintah.<ref name=em/> Tutupnya BOLT! ikut memangkas pendapatan perusahaan, di saat 80% persen pendapatannya berasal dari sana.<ref>[https://industri.kontan.co.id/news/first-media-klbv-kami-belum-mau-mati-karena-rugi First Media (KLBV): Kami belum mau mati karena rugi]</ref> Sementara itu upaya terjun ke televisi berita premium lewat BeritaSatu juga tidak memuaskan, begitu juga dengan TV satelit BiG TV, sejalan dengan tidak positifnya kinerja lini bisnis media massa keluarga Riady lainnya. Putra mahkota penerus imperium bisnis Lippo, [[John Riady]] bahkan menyebut bisnis media tidak mampu menghasilkan uang.<ref name=oligarch>[https://books.google.co.id/books?id=YePaDwAAQBAJ&pg=PA37&dq=beritasatu&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjT2u-_0fX6AhXI73MBHSDKDRYQ6AF6BAgJEAI#v=onepage&q=beritasatu&f=false Media Power in Indonesia: Oligarchs, Citizens and the Digital Revolution]</ref>

Memasuki pertengahan 2010-an, kinerja KBLVPT First Media Tbk justru semakin merosot. Pada tahun 2015 perusahaan merugi Rp 1,5 triliun, lalu pada 2018 naik menjadi Rp 2,9 triliun,<ref name=tirto/> dan pada 2022 masih merugi sebesar Rp 270 miliar.<Ref>[https://www.emitennews.com/news/defisit-makin-bengkak-tahun-lalu-first-media-kblv-masih-rugi-rp270-miliar Defisit Makin Bengkak, Tahun Lalu First Media (KBLV) Masih Rugi Rp270 Miliar]</ref> Hal ini terjadi meskipun jumlah pelanggan yang berlangganan di bawah LinkNet naik dari 580.000 di tahun 2012<ref name=duabelas/> menjadi 816.000 di tahun 2020.<ref>[https://www.indotelko.com/read/1604808160/laba-link-net-105 Laba Link Net turun 10,5%]</ref>
 
=== Penjualan bisnis ke Axiata dan perubahan usaha ===