Kholil al-Bangkalani: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh Daeng Hanif (bicara) ke revisi terakhir oleh Manshoer Tag: Pengembalian |
|||
Baris 245:
== Karamah ==
Berikut adalah karamah yang dengan kehendak Allah dimiliki oleh Syekh Kholil al-Bangkalani:<ref>{{citeweb|last=SM|first=Said|url=https://daerah.sindonews.com/read/1154349/29/kisah-karomah-kiai-kholil-bangkalan-1478771438|title=Kisah Karomah Kiai Kholil Bangkalan|website=daerah.sindonews.com|date=2016-11-11|language=id-ID|accessdate=2017-05-11}}</ref><ref>{{citeweb|last=Zahasfan|first=Alvian Iqbal|date=2016-01-22|title=Silsilah Syaikhona Kholil|url=https://
=== Ke Mekkah naik kerocok ===
Suatu sore di pinggir pantai daerah [[Bangkalan]], Syekh Kholil ditemani oleh Kiai Syamsul Arifin ayahanda dari [[As'ad Samsul Arifin|Kiai As’ad]] [[Situbondo]]. Bersama sahabatnya itu, mereka berbincang-bincang tentang pengembangan pesantren dan persoalan umat [[Islam]] di daerah [[Pulau Jawa]] dan [[Pulau Madura|Madura]]. Persoalan demi persoalan dibicarakan, tak terasa saking asyik berdiskusi matahari hampir terbenam. Padahal mereka belum melaksanakan shalat [[Asar]], sementara waktunya hampir habis sehingga tidak mungkin melaksanakan shalat asar dengan sempurna dan khusyuk. Akhirnya Syekh Kholil memerintah Kiai Syamsul Arifin untuk mengambil ''kerocok'' (sejenis daun aren yang dapat mengapung di atas air) untuk dipakai perjalanan menuju [[Makkah]]. Setelah mendapatkan kerocok, lantas Syekh Kholil menatap ke arah Makkah, tiba-tiba kerocok yang ditumpanginya berjalan dengan cepat menuju Makkah. Sesampainya di Makkah, azan asar baru saja dukumandangkan. Setelah mengambil wudlu, Syekh Kholil dan Kiai Syamsul Arifin segera menuju shaf pertama untuk melaksanakan shalat asar berjamaah di [[Masjidil Haram]].<ref>{{cite book
|