Di Bawah Lentera Merah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
==[[Gambar:DibawahLenteraMerah.jpg]]==
'''Di Bawah Lentera Merah''' adalah buku karangan [[Soe Hok Gie]] yang menarasikan satu periode krusial dalam sejarah [[Indonesia]] yaitu ketika benih-benih gagasan kebangsaan mulai disemaikan, antara lain lewat upaya berorganisasi. Melalui sumber data berupa kliping-kliping koran antara tahun [[1917]]-[[1920]]-an dan wawancara autentik yang berhasil dilakukan terhadap tokoh-tokoh sejarah yang masih tersisa, penulisnya mencoba melacak bagaimana bentuk pergerakan [[Indonesia]], apa gagasan substansialnya, serta upaya macam apa yang dilakukan oleh para tokoh [[Sarekat Islam]] [[Semarang]] pada kurun waktu [[1917]]-an.▼
▲'''Di Bawah Lentera Merah''' adalah buku karangan [[Soe Hok Gie]] yang menarasikan satu periode krusial dalam sejarah [[Indonesia]] yaitu ketika benih-benih gagasan kebangsaan mulai disemaikan, antara lain lewat upaya berorganisasi. Melalui sumber data berupa kliping-kliping [[koran]] antara tahun [[1917]]-[[1920]]-an dan wawancara autentik yang berhasil dilakukan terhadap tokoh-tokoh sejarah yang masih tersisa, penulisnya mencoba melacak bagaimana bentuk pergerakan [[Indonesia]], apa gagasan substansialnya, serta upaya macam apa yang dilakukan oleh para tokoh [[Sarekat Islam]] [[Semarang]] pada kurun waktu [[1917]]-an.
Di bawah pimpinan [[Semaoen]], para pendukung [[Sarekat Islam]] berasal dari kalangan kaum buruh dan rakyat kecil. Pergantian pengurus itu adalah wujud pertama dari perubahan gerakan [[Sarekat Islam]] [[Semarang]] dari gerakan kaum menangah menjadi gerakan kaum buruh dan tani. Saat itu menjadi sangat penting artinya bagi sejarah modern Indonesia karena menjadi tonggak kelahiran gerakan kaum [[Marxis]] pertama di [[Indonesia]].
Pertimbangan lain mengapa Di Bawah Lentera Merah menjadi penting adalah karena buku ini memotret bagaimana gagasan transformasi modernisasi berproses dari wacana tradisional ke wacana modern. Lebih khusus lagi [[Soe Hok Gie]], melalui buku ini, mengajak kita mencermati bagaimana para tokoh tradisionalis lokal tahun [[1917]]-an mencoba menyikapi perubahan pada abad ke-20 yang dalam satu dan lain hal, punya andil menjadikan wajah bangsa
== Pranala luar ==
|