Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 12:
== Definisi ==
[[File:YobitoTorii.jpg|thumb|right|Sebuah gerbang ''torii'' menuju Kuil Yobito ({{lang|ja-Latn|Yobito-jinja}}) di Kota Abashiri, Hokkaido]]
Shinto tidak memiliki definisi yang disepakati secara universal.{{sfnm|1a1=Bocking|1y=1997|1p=viii|2a1=Rots|2y=2015|2p=211}} Namun, penulis Joseph Cali dan John Dougill menyatakan bahwa jika terdapat "satu definisi tunggal yang luas mengenai Shinto" yang dapat dikemukakan, "Shinto merupakan kepercayaan pada ''{{lang|ja-Latn|[[Kami (mitologi)|kami]]}}''", entitas supernatural yang menjadi inti agama tersebut.{{sfn|Cali|Dougill|2013|p=13}} Ahli budaya Jepang [[Helen Hardacre]] menyatakan bahwa "Shinto meliputi doktrin, institusi, ritual, dan kehidupan kelompok berdasarkan penyembahan kepada ''{{lang|ja-Latn|kami}}''".{{sfn|Hardacre|2017|p=1}} Selain itu, cendekiawan agamakeagamaan Inoue Nobutaka mengamati istilah "Shinto" "sering digunakan" dalam "rujukan kepada penyembahan ''kami'' serta teologi, ritual, dan praktik yang terkait."{{sfn|Inoue|2003|p=1}} Berbagai cendekiawan menyebut praktisi Shinto sebagai ''penganut Shinto'' walau istilah ini tidak memiliki terjemahan langsung dalam [[bahasa Jepang]].{{sfn|Picken|1994|p=xviii}}
 
Para cendekiawan memperdebatkan waktu yang tepat dalam sejarah untuksebagai mulaititik berbicaradi mengenaimana Shinto sebagaidianggap sebgai fenomena tertentu. SarjanaCendekiawan agamakeagamaan [[Ninian Smart]] misalnya menyarankan bahwa seseorang dapat "berbicara mengenai agama di Jepang ''{{lang|ja-Latn|kami}}'', hidup bersimbiosis dengan Buddhisme yang terorganisir, dan baru kemudian dilembagakan sebagai Shinto."{{sfn|Smart|1998|p=135}} Meskipun berbagai institusi dan praktik yang sekarang terkait dengan Shinto berada di Jepang pada abad ke-8,{{sfn|Hardacre|2017|p=18}} berbagai cendekiawan berpendapat bahwa Shinto sebagai agama yang berbeda pada dasarnya "diciptakan" pada abad ke-19, selama [[Zaman Meiji]] di Jepang.{{sfn|Breen|Teeuwen|2010|p=7}} Sarjana agama Brian Bocking menekankan bahwa, terutama ketika berhadapan dengan periode sebelum zaman Meiji, istilah "Shinto" harus "didekati dengan hati-hati".{{sfn|Bocking|1997|p=174}} Inoue Nobutaka menyatakan bahwa "Shinto tidak dapat dianggap sebagai sistem agama tunggal yang ada dari zaman kuno hingga zaman modern",{{sfn|Inoue|2003|p=5}} sedangkan sejarawan [[Toshio Kuroda]] mencatat bahwa "sebelum zaman modern Shinto tidak muncul sebagai agama yang berdiri sendiri".{{sfn|Kuroda|1981|p=3}}
 
=== Kategorisasi ===