Bank Duta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 31:
Meskipun demikian, Bank Duta juga dikenal mengembangkan banyak segmen usaha (ritel, korporasi dan konsumer), seperti merupakan salah satu operator [[kartu kredit]] pertama di Indonesia di tahun 1983.<ref name=sej/><ref name=eizai>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=16BLAQAAIAAJ&dq=bank+duta+palapa&focus=searchwithinvolume&q=palapa Asian Company Handbook]</ref> Bank ini juga sempat memiliki banyak [[anak perusahaan]] di bidang keuangan, seperti [[Bank IBJ Indonesia]], AMRO Duta Leasing, [[Bank Interim Indonesia|RaboBank Duta]], [[TelkomProperty|Graha Sarana Duta]], Mitra Duta Sekuritas, Staco Duta Agung Leasing, dan lainnya.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=TQHyCAAAQBAJ&pg=PA19&dq=bank+duta+ibj+rabobank&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjS1v2IiOGDAxUKcGwGHekADxoQ6AF6BAgMEAI#v=onepage&q=bank%20duta%20ibj%20rabobank&f=false Perusahaan Besar Timur Jauh dan Australasia 1991/92: Volume 1: Selatan ...]</ref><ref>[https://web.archive.org/web/19970626155022fw_/http://www.bankduta.co.id/html/affil.htm Affiliates]</ref> Pada tahun 1985, Bank Duta Ekonomi menyederhanakan namanya menjadi Bank Duta saja, yang disertai penggunaan logo baru dan kantor pusat baru di Gedung Bank Duta (kini [[Menara Multimedia]]) Jakarta.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=vX4MAQAAMAAJ&q=bank+duta+ekonomi+1986&dq=bank+duta+ekonomi+1986&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjX3P6KieGDAxXk9DgGHYLXBvsQ6AF6BAgEEAI Presiden RI ke II Jenderal Besar H.M. Soeharto dalam berita: 1985-1986]</ref>
Bustanil, yang diberi tanggung jawab mengelola [[Bank Bukopin]] pada periode 1980-an selanjutnya lebih mengalihkan fokusnya ke bank tersebut, sehingga Bank Duta mulai mengalami penurunan profitabilitas.<ref name=efisien/> Tersebutlah nama [[Dicky Iskandardinata]], wakil
Skandal tersebut jelas mempermalukan rezim Orde Baru, mengingat sebelumnya orang menganggap Bank Duta aman secara politis, bahkan ada yang menyebutnya sebagai bank semi-[[BUMN]].<ref name=banker/> Dicky saat itu juga merupakan menantu Bustanil, orang kepercayaan Soeharto. Konon, sang presiden sangat marah akibat tindakannya, sehingga Bustanil dipaksa untuk menceraikan Dicky dan putrinya, serta selanjutnya sang eks-bankir diberi hukuman selama 8 tahun plus denda Rp 800 miliar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=AF9nDwAAQBAJ&pg=RA1-PA90&dq=bank+duta+dicky&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjF3qfG_OCDAxWkzDgGHY2PBHEQ6AF6BAgMEAI#v=onepage&q=bank%20duta%20dicky&f=false DARI SOEKARNO SAMPAI SBY]</ref> Untuk mencegah krisis lebih luas lagi, Soeharto secara rahasia meminta dua bantuan [[cukong]] kepercayaannya, [[Soedono Salim]] dan [[Prajogo Pangestu]] untuk menyuntikkan modal ke Bank Duta yang masing-masing dibagi secara rata dengan total US$ 419,6 miliar. Secara resmi, dana dari keduanya diumumkan berasal dari "[[hibah]]" yayasan-yayasan sang presiden sebagai pemilik bank ini.<ref name=banker/> Akibatnya, walaupun Bank Duta mengalami masalah yang sebenarnya berat, seakan-akan masalah tersebut tidak berdampak sama sekali baik pada bank ini maupun sistem perbankan nasional.
|