Bank Duta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 23:
== Sejarah ==
Bank Duta pada awalnya bernama Bank Dharma Ekonomi. Bank ini didirikan pada tahun 1966 oleh [[Suhardiman]], [[Thomas Suyatno]], [[Njoo Han Siang]] dan Edi Cahyadi,<ref>[https://books.google.co.id/books?id=uVnUDwAAQBAJ&pg=PA255&dq=bank+duta+dharma+ekonomi&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi2iJaTieGDAxXbwTgGHcevDqoQ6AF6BAgNEAI#v=onepage&q=bank%20duta%20dharma%20ekonomi&f=false Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa Di Indonesia]</ref> dengan fokus usaha pada pembiayaan sektor industri.<ref name=sej/> Pada usianya yang kedua (1968), bank ini mengalami kebangkrutan dan diselamatkan oleh PT PP [[Berdikari]] (PT Perusahaan Pilot Project Berdikari) yang kemudian menjadi pemilik tunggal dari bank tersebut. Di tahun 1971, bank ini kembali mengalami krisis. Krisis ini berakibat hilangnya dana Bulog yang disimpan di bank tersebut,
Perubahan nama (di tahun 1972, menjadi Bank Duta Ekonomi)<ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=ifLsAAAAMAAJ&dq=bank+duta+dharma+ekonomi&focus=searchwithinvolume&q=dharma Pembangunan ekonomi nasional: suatu pendekatan pemerataan, keadilan, dan ekonomi kerakyatan]</ref> dan pergantian pemimpin bank merupakan langkah pertama dari perubahan besar yang terjadi pada bank ini. Langkah selanjutnya adalah keterlibatan [[Bustanil Arifin]] yang ditugaskan untuk memimpin PT PP Berdikari di mana kemudian menjadi [[komisaris]] bank pada tahun 1973. Setahun kemudian, Bank Duta Ekonomi memperoleh tambahan modal dari dua yayasan, yaitu [[Yayasan Dharma Bhakti Sosial]] (Dharmais) dan [[Yayasan Supersemar]]. Disusul kemudian oleh [[Yayasan Dana Abadi Karya Bakti]] (Dakab), ketiganya kemudian memegang 72,4% saham bank ini.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=o9oh45hmGzEC&pg=PA57&dq=bank+duta+1966&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiJ1tuhp-GDAxUK3TgGHdrNBr84HhDoAXoECAwQAg#v=onepage&q=bank%20duta%201966&f=false Reorganising Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in an Age of Markets]</ref> (Secara resmi, ketiga yayasan diwakili secara individu oleh Zahid Hussein, Affandi dan Hedijanto).<ref>[https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&hl=id&id=ZiFXAAAAMAAJ&dq=bank+duta+hedijanto&focus=searchwithinvolume&q=+hedijanto Panji masyarakat, Volume 3]</ref><Ref>[https://repository-feb.unpak.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/2638/1995%20PERANAN%20INTERNAL%20AUDITING%20SBG%20ALAT%20BANTU%20MANAJEMEN%20DLM%20PENGENDALIAN%20INTERN%20PENERIM..%20EVAN%20PORGAN%20022188046.pdf?sequence=1&isAllowed=y Peranan internal...]</ref> Tambahan dana tersebut ditujukan agar membantu Bank Duta Ekonomi menjadi bank devisa, yang akhirnya tercapai pada 3 Januari 1978.<ref name=kasuet/> Selanjutnya, pada 1975 dan 1976 Bank Duta melakukan penggabungan dengan dua bank lainnya, yaitu [[Bank Dwikora]] dan [[Bank Sarma]].<ref name=sej>[https://web.archive.org/web/19970626154909fw_/http://www.bankduta.co.id/html/brief.htm Brief history]</ref>
Baris 33:
Bustanil, yang diberi tanggung jawab mengelola [[Bank Bukopin]] pada periode 1980-an selanjutnya lebih mengalihkan fokusnya ke bank tersebut, sehingga Bank Duta mulai mengalami penurunan profitabilitas.<ref name=efisien/> Tersebutlah nama [[Dicky Iskandardinata]], wakil direktur bank ini yang tertarik mencari peruntungan lewat bermain [[valas]] sejak Agustus 1989. Bukannya untung, justru permainan valas itu berbuah petaka, dengan Dicky terus-menerus mengalami kekalahan sehingga Bank Duta mengalami kerugian besar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=wXtfwKzHA2EC&pg=PA100&dq=bank+duta+1990&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi7nqSX-uCDAxVkzjgGHcB0BjAQ6AF6BAgNEAI#v=onepage&q=bank%20duta%201990&f=false The Politics of Economic Liberalization in Indonesia: State, Market and Power]</ref> Namun, awalnya masalah tersebut seperti berusaha ditutupi, dengan Bank Duta mengklaim masih memperoleh untung Rp 22,6 miliar di tahun 1990. Bahkan pada 12 Juni 1990<ref>[http://rebaf.library.perbanas.ac.id/form/import_lap_keu/listing_data.php?currentPage=10&recPerPage=10&listing_data_kode_emiten=--&btnSearch=+++Cari+++ Listing data]</ref> Bank Duta ''go public'' di [[Bursa Efek Jakarta]] dengan melepas 20% sahamnya (kode emiten BDTA). Masalah itu baru terbongkar ketika [[Bank Indonesia]] pada 4 September 1990 menyingkirkan seluruh direksi bank ini (termasuk Dicky) dari kursinya. Sebulan kemudian, Bank Duta mengumumkan bahwa mereka telah merugi hingga US$ 419 juta akibat ulah Dicky tersebut.<ref name=banker>[https://books.google.co.id/books?id=GnKZBQAAQBAJ&pg=PA284&dq=bank+duta+dicky&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjF3qfG_OCDAxWkzDgGHY2PBHEQ6AF6BAgNEAI#v=onepage&q=bank%20duta%20dicky&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia]</ref>
Skandal tersebut jelas mempermalukan rezim Orde Baru, mengingat sebelumnya orang menganggap Bank Duta aman secara politis, bahkan ada yang menyebutnya sebagai bank semi-[[BUMN]].<ref name=banker/> Dicky saat itu juga merupakan menantu Bustanil, orang kepercayaan Soeharto. Konon, sang presiden sangat marah akibat tindakannya, sehingga Bustanil dipaksa untuk menceraikan Dicky dan putrinya, serta selanjutnya sang eks-bankir diberi hukuman selama 8 tahun plus denda Rp 800 miliar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=AF9nDwAAQBAJ&pg=RA1-PA90&dq=bank+duta+dicky&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjF3qfG_OCDAxWkzDgGHY2PBHEQ6AF6BAgMEAI#v=onepage&q=bank%20duta%20dicky&f=false DARI SOEKARNO SAMPAI SBY]</ref> Bustanil kemudian juga didepak dari kursi komisaris utama bank ini.<ref>[https://www.nytimes.com/1990/09/23/world/bank-scandal-embarrasses-indonesia-s-elite.htmlBank Scandal Embarrasses Indonesia's Elite]</ref> Untuk mencegah krisis tersebut meluas, Soeharto secara rahasia meminta
Meskipun bisa selamat, namun nasib Bank Duta setelah itu tetap bermasalah. Manajemen yang masih tidak profesional, membuat Bank Duta terus-menerus disuntik kredit likuiditas dari Bank Indonesia, ditambah aliran dana ilegal dari yayasan-yayasan Soeharto sebagai pemiliknya.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=7uHSDwAAQBAJ&pg=PA88&dq=bank+duta+bob&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj1_76-guGDAxWmcmwGHde7DmkQ6AF6BAgKEAI#v=onepage&q=bank%20duta%20bob&f=false Abdurrahman Wahid : dan Penegakan Hukum Terhadap Keluarga Cendana]</ref><ref>[https://news.detik.com/berita/d-3930418/antara-soeharto-supersemar-dan-bank-duta Antara Soeharto, Supersemar dan Bank Duta]</ref> Pada tahun 1995, Soeharto mengizinkan cukong lamanya yang lain untuk menolong Bank Duta: [[Bob Hasan]], yang duduk di kursi komisaris utama.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=FC5zDwAAQBAJ&pg=PA61&dq=bank+duta+1990&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwi7nqSX-uCDAxVkzjgGHcB0BjAQ6AF6BAgGEAI#v=onepage&q=bank%20duta%201990&f=false Asian States, Asian Bankers: Central Banking in Southeast Asia]</ref> Sama seperti bank-bank lain yang saat itu di bawah kepemilikan/pengelolaan Bob (Bukopin, [[Bank Umum Nasional]], [[Bank Muamalat]] dan [[Bank Syariah Mega Indonesia|Bank Umum Tugu]]),<ref>[https://books.google.co.id/books?id=4KuNAAAAMAAJ&q=bank+tugu+bob&dq=bank+tugu+bob&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwj9mIv9hOGDAxU4SmwGHfHGCO8Q6AF6BAgHEAI Dari Soeharto ke Habibie: guru kencing berdiri, murid kencing berlari : kedua puncak korupsi, kolusi, dan nepotisme rezim Orde Baru]</ref> Bob menggunakan Bank Duta untuk kepentingan pribadinya, dengan menyalurkan kredit ke usaha sendiri. Akibatnya, nasib bank ini tidak jauh berbeda dari sebelumnya: terlihat besar di luar, namun keropos di dalam.<ref name=rise>[https://books.google.co.id/books?id=3mmuttCrCesC&pg=PA65&dq=bank+duta+bob&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjbt6fIguGDAxUye2wGHcS0DpM4ChDoAXoECAwQAg#v=onepage&q=bank%20duta%20bob&f=false The Rise of the Corporate Economy in Southeast Asia]</ref>
|