Surau Al Irhaash: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Cagar budaya di Indonesia menggunakan HotCat |
|||
Baris 22:
== Sejarah ==
Surau Al Irhaash dibangun pada 1925, pada masa Kolonial Belanda.<ref>{{Cite web|last=antaranews.com|title=Mengunjungi surau tertua di Pekanbaru, markas pejuang kemerdekaan|url=https://www.antaranews.com/video/2964245/mengunjungi-surau-tertua-di-pekanbaru-markas-pejuang-kemerdekaan|website=Antara News|language=id|access-date=2024-01-16}}</ref> Pembangunan surau ini diinisiasi oleh masyarakat setempat sebagai tempat ibadah, syiar Islam, dan mengaji. Proses pembangunan dilakukan secara gotong royong dengan biaya swadaya dari masyarakat. Surau ini dibangun di atas tanah wakaf masyarakat.<ref>{{Cite web|last=bpcbsumbar|date=2017-06-13|title=Surau Al Irhash, Kota Pekanbaru|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/surau-al-irhash-kota-pekanbaru/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat|language=en-US|access-date=2024-01-16}}</ref> Model bangunannya persegi empat bergaya bangunan kolonial dengan atap berbentuk limas dan ventilasi berukir dari kayu.<ref name=":0" />
Saat perang melawan penjajahan pecah di Senapelan, pusat keramaian Pekanbaru pada masa kolonial, Surau Al Irhaash dijadikan sebagai markas besar tentara Fisabilillah, yaitu pasukan yang melawan kolonial Belanda.<ref name=":2">{{Cite web|last=MelayuPedia|title=Dahulu Digunakan Sebagai Markas Perang, Kini Jadi Surau Tua Bersejarah - melayupedia.com|url=https://www.melayupedia.com/berita/1263/dahulu-digunakan-sebagai-markas-perang-kini-jadi-surau-tua-bersejarah|website=www.melayupedia.com|language=Indonesia|access-date=2024-01-16}}</ref> Selain itu, surau ini juga dijadikan gudang senjata
Saat perang melawan penjajah usai, surau ini tetap digunakan sebagai tempat ibadah hingga sekarang.<ref>{{Cite web|title=Mengunjungi surau tertua di Pekanbaru, markas pejuang kemerdekaan|url=https://jambi.antaranews.com/rilis-pers/2964245/mengunjungi-surau-tertua-di-pekanbaru-markas-pejuang-kemerdekaan|website=jambi.antaranews.com|access-date=2024-01-16}}</ref> Bangunan masih kokoh dengan ciri khas kolonialnya yang
== Kelonton dan Sumur Tua ==
Sebagai tempat syiar Islam pada masanya, masyarakat ketika itu membuat sebuah alat pemanggil dari bahan kayu yang dinamakan kelontong.<ref name=":2" /> Alat ini juga dipakai sebagai penanda waktu salat sudah masuk. Saat renovasi pada 1970, kelontong ini diganti dengan tabuh berbahan drum yang dilapisi kulit rusa. Meski kelontong itu kini sudah tidak, namun terdapat peninggalan dari bangunan ini, yakni sumur tua. Usia sumur tua ini tak jauh berbeda dengan surau ini. Dibangun pula pada 1925, kala itu sumur tua ini difungsikan sebagai sumber air. Kini sumur tersebut tidak lagi dipakai. Terkadang sebagian orang menganggapnya keramat dan menjadikannya sebagai obat.
== Referensi ==
|