Orang Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Mengembalikan suntingan oleh Jesse redmans (bicara) ke revisi terakhir oleh Rahmatdenas
Tag: Pengembalian
Dyima Guszita (bicara | kontrib)
melengkapi informasi
Baris 69:
[[Berkas:Sumatra Ethnic Groups Map en.svg|jmpl|kiri|232px|Peta yang menunjukan wilayah penganut kebudayaan Minangkabau di pulau Sumatra.]]
 
Nama Minangkabau diyakini berasal dari dua kata, yaitu ''minang'' dan ''kabau''. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda yang dikenal di dalam [[Tambo Minangkabau|tambo]]. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing yang datang dari laut dan akan melakukan penaklukkan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu [[kerbau]]. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang masih menyusu lalu dikarantinakan serta dipuasakan beberapa hari sebelum pertempuan. Dalam pertempuran, anak kerbau dipasangkan tanduk runcing besi yang bernama ''Minang''. Anak kerbau yang masih menyusui tersebut menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama ''Minangkabau'',<ref name="Djamaris">{{cite book|last=Djamaris|first=Edwar|year=1991|title=Tambo Minangkabau|publisher=Balai Pustaka|location=Jakarta|pages=220-221|ISBN=978-979-1477-09-3}}</ref> yang berasal dari ucapan "''Manang kabau''" (menang kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam ''[[Hikayat Raja-raja Pasai]]'', hikayat menyebut kerajaan asing ini sebagai [[Majapahit]] dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama ''Pariangan'' menggunakan nama tersebut.<ref>{{cite book|last=Hill|first=A.H.|year=1960|title=Hikayat Raja-raja Pasai|publisher=Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland|location=London|ref=Pasai}}</ref> Selanjutnya penggunaan nama ''Minangkabau'' juga digunakan untuk menyebut sebuah [[nagari]], yaitu Nagari [[Minangkabau, Sungayang, Tanah Datar|Minangkabau]], yang terletak di [[Sungayang, Tanah Datar|Kecamatan Sungayang]], [[Kabupaten Tanah Datar]], [[Sumatera Barat]]. De Jong menawarkan kerajaan asing ini sebagai [[Kerajaan Singasari|Singasari]], dia merujuk kepada upaya Singasari dalam menaklukkan [[Dharmasraya]] saat [[ekspedisi Pamalayu]].<ref>{{Cite book|last=De Jong|first=P. E. de Josselin|year=1980|url=https://archive.org/details/minangkabauandnegrisembilan_201911/page/n103/mode/2up?q|title=Minangkabau and Negri Sembilan: Socio-Political Structure in Indonesia|location='S-Gravenhage|publisher=Martinus Nijhoff|pages=99–100|url-status=live}}</ref>
 
Dalam pujasastra [[Nagarakretagama]]<ref>{{cite book|last=Brandes|first=J.L.A.|year=1902|title=Nāgarakrětāgama; Lofdicht van Prapanjtja op Koning Radjasanagara, Hajam Wuruk, van Madjapahit, Naar Het Eenige Daarvan Bekende Handschrift, Aangetroffen in de Puri te Tjakranagara op Lombok|ref=Brandes}}</ref> yang bertanggal 1365, disebutlah nama "Minangkabau" sebagai salah satu dari negeri yang ditaklukan [[Majapahit]]. Selain itu, dalam Tawarikh [[Dinasti Ming|Ming]] tahun [[1405]], terdapat nama kerajaan ''Mi-nang-ge-bu'' dari enam kerajaan yang mengirimkan utusan menghadap kepada [[Kaisar Yongle]] di [[Nanjing]].<ref>Geoff Wade, translator, ''Southeast Asia in the Ming Shi-lu: an open access resource'', Singapore: Asia Research Institute and the Singapore E-Press, National University of Singapore.</ref> Di sisi lain, nama "Minang" ([[kerajaan Minanga]]) itu sendiri juga telah disebutkan dalam [[Prasasti Kedukan Bukit]] tahun 682 yang ber[[bahasa Sanskerta]]. Dalam [[prasasti]] itu, dinyatakan bahwa pendiri kerajaan [[Sriwijaya]] yang bernama [[Dapunta Hyang]] bertolak dari "Minānga".<ref>{{cite book|last=Cœdès|first=George|year=1930|title=Les Inscriptions Malaises de Çrivijaya|publisher=BEFEO|ref=Cœdès}}</ref> Beberapa ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris keempat (...minānga) dan kelima (tāmvan....) sebenarnya tergabung, sehingga menjadi "mināngatāmvan" dan diterjemahkan dengan makna ''sungai kembar''. Sungai kembar yang dimaksud diduga menunjuk kepada pertemuan (temu) dua sumber aliran [[Sungai Kampar]], yaitu ''Sungai Kampar Kiri'' dan ''Sungai Kampar Kanan''.<ref>{{cite book|last=Purbatjaraka|first=R.M. Ngabehi|year=1952|title=Riwajat Indonesia|publisher=Jajasan Pembangunan|location=Jakarta|ref=Purbatjaraka}}</ref> Namun pendapat ini dibantah oleh [[Johannes Gijsbertus de Casparis|Casparis]], yang membuktikan bahwa "tāmvan" tidak ada hubungannya dengan "temu", karena kata ''temu'' dan ''muara'' juga dijumpai pada prasasti-prasasti peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya.<ref>{{cite book|last=Casparis|first=J.G. De|year=1956|title=Prasasti Indonesia II|publisher=Masa Baru|location=Bandung|ref=Casparis}} Dinas Purbakala Republik Indonesia.</ref> Oleh karena itu, kata ''Minanga'' berdiri sendiri dan identik dengan penyebutan ''Minang'' itu sendiri.