Suku Mongondow: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan kata dan kalimat
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Penambahan kata dan kaliamat
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 32:
Pada zaman pemerintahan raja Cornelius Manoppo, raja ke-16 ([[1832]]), agama [[Islam]] masuk daerah [[Bolaang Mongondow]] melalui [[Palu]] dan [[Gorontalo]] yang dibawa oleh [[Syarif]] ([[Ejaan Republik|Aloewi]]) atau [[Syarif]] Alwi Al-gaus<ref>{{Cite journal|date=2021-06-30|url=http://dx.doi.org/10.22515/isnad.v2i1|journal=Al-Isnad: Journal of Islamic Civilization History and Humanities|volume=2|issue=1|doi=10.22515/isnad.v2i1|issn=2798-3110}}</ref>, menurut dari kalam para keluarga keturunan syarif Alwi algaus bahwa kekek mereka (Syarif Alwi algaus) tidak memiliki pusar, wallahu a'lam. dan depercaya banyak karamat nya. dan di dalam Journal Ariel C. Lopez, pada “Conversion and Colonialism: Islam and Christianity in North Sulawesi, c. 1700-1900”<ref>{{Cite web|title=Islam and Christianity in South-East Asia 1600-1700|url=http://dx.doi.org/10.1163/2451-9537_cmrii_com_30306|website=Christian-Muslim Relations 1500 - 1900|access-date=2024-01-10}}</ref>.
 
ejaan penulisan marga Al-gaus adalah Alghout atau Alghawht dari Al Hasani (bersambung ke sayyidina Hasan) itu dibuktikan dengan adanya [[Naskah beriluminasi|manuscript]] silsilah keluarga merekayang menggunakan penulisan Arab Pegon<ref>{{Cite journal|last=Wijaya|first=Lukman Hakim|last2=Zulkarnain|first2=Ismail Abdurrazzaq|last3=Nurfitri|first3=Khoiru|date=2021-04-07|title=PEGON-GLIPH GAME PENGENALAN DAN PEMBELAJARAN ARAB PEGON BERBASIS ANDROID|url=http://dx.doi.org/10.24269/jkt.v5i1.685|journal=KOMPUTEK|volume=5|issue=1|pages=77|doi=10.24269/jkt.v5i1.685|issn=2614-0977}}</ref> yang bersambung kepada Sayyidina Hasan r.a yangdan memang tidak semua orang di perlihatkan manuscript tersebut. hanya saja keturunan [[Syarif]] ini banyak dari mereka menyembunyikan diri serta berbaur dan menikah dengan masyarakat lokal lainnya, dan banyak dari mereka tidak ingin di ketahui atau di hormati apalagi untuk membanggakan leluhurnya, datuk' datuk' mereka menyampaikan dan mengajarkan pada mereka (anak cucu nya) bahwa mereka masih [[Syarif]] dan tidak boleh sembarangan berucap apalagi sampai bersumpah serapah, dalam pesan kakek mereka semua manusia sama di mata Allah swt, yang membedakan hanyalah ketaqwaan, dan wasiat itu turun temurun dari orang tua mereka sampaikan kepada anak cucunya, sampai dengan sekarang. di samping itu marga Algaus atau [[Al ghawth]] atau al ghauts adalah tabaruk kepada Wali Qutub atau al-Ghauts. Syarif Alwi yang menikah dengan putri raja bernama Bua' Sarah itu tahun [[1866|(1866]]) dan melahirkan anak bernama [[Syarif]] Hasan bin Alwi Algaus Kotabagon, masyarakat kotabangon mengenal nya dengan nama Tuan Syarif<ref>{{Cite book|last=Kohnstamm|first=Rita|date=2011|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-90-313-8157-9_1|title=Ieder mensenkind wordt te vroeg geboren|location=Houten|publisher=Bohn Stafleu van Loghum|isbn=978-90-313-8156-2|pages=8–11}}</ref> yang dimakamkan di desa Langgagon. [[Berkas:Makam_Syarif_Hasan_bin_Syarif_Alwi_Algaus.jpg|jmpl|ka|Makam Syarif Hasan bin Syarif Alwi Algaus]]
Tuan Syarif Hasan bin Alwi Algaus memkliki 4 orang anak yang melanjutkan dengan marga istri nya yaitu Bua' Zaenab Makalalag.