Kerajaan Kadiri: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arwinar (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Arwinar (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 231:
[[Chau Ju-kua|Chou Ju-kua]] ({{zh|p=''Zhào Rǔguò''}}; 1170-1231) seorang pegawai resmi [[Dinasti Song]] menuliskan dalam bukunya'' [[Zhu Fan Zhi|Zhu-fan-zhi]]'' ({{zh|s=諸蕃志|w=''Chu-fan-chi''|}}) menggambarkan bahwa, di kepulauan [[Asia Tenggara]] ada dua kerajaan yang kuat dan kaya: Sriwijaya dan Jawa (Panjalu). Di Jawa ia menemukan bahwa orang-orang menganut dua agama, [[Buddha]] dan agama Brahmana (Hindu). Orang Jawa adalah pemberani dan pemarah, mereka berani untuk melawan. Waktu luangnya dipergunakan untuk mengadu binatang, hiburan favoritnya adalah [[sabung ayam]] dan adu babi. Mata uangnya dibuat dari campuran [[tembaga]], [[perak]] dan [[timah]].
 
Dalam kitab Chu-fan-chi menyebut bahwa maharaja Jawa mempunyai wilayah jajahan: Pai-hua-yuan ([[Pacitan]]), Ma-tung ([[Medang]]), Ta-pen (Tumapel, sekarang [[Kabupaten Malang|Malang]]), Hi-ning ([[Dataran Tinggi Dieng|Dieng]]), Jung-ya-lu (Hujung Galuh, sekarang [[Surabaya]]), Tung- ki (Jenggi, [[Papua Barat]]), Tak-kang ([[Sumba]]), Huang-ma-chu ([[Papua|Papua Barat Daya]]), Ma-li ([[Bali]]), Kulun (Gurun, diidentifikasi sebagai Gorong atau [[Kabupaten Sorong|Sorong]] di Papua Barat atau sebuah pulau di [[Nusa Tenggara]]{{Fact|tanggal=Januari 2023}}), Tan-jung-wu-lo ([[Kalimantan Barat|Tanjungpura]] di Kalimantan), Ti-wu ([[Timor]]), Pingya-i ([[Kabupaten Banggai|Banggai]] di Sulawesi), dan Wu-nu-ku ([[Kepulauan Maluku|Maluku]]).<ref>{{cite book |author=Soekmono |first=R. |url=http://staffnew.uny.ac.id/staff/131782844 |title=''Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2'', 2nd ed. |publisher=Penerbit Kanisius |year=1988 |location=Yogyakarta |page=60 |language=indonesian |orig-date=Originally printed in 1973}}</ref><ref>Friedrich Hirth & W.W.Rockhill, 1911, ''Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi, St Petersburg.</ref><ref>{{cite book|last=Hirth|first=F.|year=1911|title=Chao Ju-kua, His Work on the Chinese and Arab Trade in the Twelfth and Thirteen centuries, entitled Chu-fan-chi|publisher=St Petersburg|authorlink=|coauthors=Rockhill, W.W.}}.</ref><ref name="Muljana2">{{cite book|last=Muljana|first=Slamet|year=2006|title=Sriwijaya|url=https://archive.org/details/Sriwijaya|location=|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|editor=F.W. Stapel|pages=|id=ISBN 978-979-8451-62-1|authorlink=Slamet Muljana}}</ref><ref name="Soekmono2">{{cite book|last=Soekmono|first=R.|year=2002|title=Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia 2|publisher=Kanisius|id=ISBN 979-413-290-X|authorlink=Soekmono}}</ref>
 
Mengenai Sriwijaya, Chou-Ju-kua melaporkan bahwa Kien-pi (''[[Pulau Kampai|Kampe]]'', di Sumatera bagian utara) dengan pemberontakan bersenjatanya telah membebaskan diri dari pengaruh Sriwijaya, dan menobatkan raja mereka sendiri. Nasib yang sama menimpa beberapa koloni Sriwijaya di Semenanjung Malaya yang membebaskan diri dari dominasi Sriwijaya. Namun Sriwijaya masih negara terkuat dan terkaya di bagian barat Nusantara. Koloni Sriwijaya adalah: Pong-fong ([[Pahang]]), Tong-ya-nong ([[Trengganu]]), Ling-ya-ssi-kia ([[Langkasuka]]), Kilan-tan ([[Kelantan]]), Fo-lo-an, Ji-lo-t'ing ([[Penang|Jelutong]]), Ts'ien-mai (?), Pa-t'a ([[Kuala Paka|Paka]]), Tan-ma -ling ([[Tambralinga]], Ligor atau [[Nakhon Si Thammarat]]), Kia-lo-hi ([[Grahi]], bagian utara Semenanjung Malaya), Pa-lin-fong ([[Palembang]] ), Sin-t'o ([[Kerajaan Sunda|Sunda]]), Lan-wu-li (Lamuri di [[Aceh]]), dan Si-lan. Menurut sumber ini, pada awal abad ke-13 Sriwijaya masih menguasai Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Jawa bagian barat ([[Kerajaan Sunda|Sunda]]). Mengenai Sunda, buku tersebut merinci bahwa pelabuhan Sunda (Sunda Kelapa) sangat bagus dan letaknya strategis, serta [[lada hitam]] dari Sunda termasuk yang kualitasnya terbaik. Masyarakatnya bekerja di bidang pertanian; rumah mereka dibangun di atas tiang kayu (rumah panggung). Namun negara itu penuh dengan perampok dan pencuri.