Tari tanggai: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Sir Arya SPd (bicara | kontrib)
k →‎Sejarah: merapikan tulisan
Tag: kemungkinan spam pranala halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Sir Arya SPd (bicara | kontrib)
k →‎Sejarah: merapikan tulisan
Tag: kemungkinan spam pranala halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 45:
'''Ibu Elly Rudy Maestro Tari Palembang, Sumatera Selatan, Pencipta Tari Tanggai Tahun 1965'''
 
Dikutip dari laman ( https://www.ketikpos.com/pariwisata-kebudayaan/95911699088/eksplorasi-mendalam-keindahan-dan-kearifan-lokal-dalam-tari-tanggai-dan-tari-lilin-siwa ) Sudah jelas bahwa Ibu Elly Rudy Maestro Tari [[Kota Palembang|Palembang]], Sumatera Selatan adalah pencipta Tari Tanggai pada tahun 1965. Sedangkan pendapat, anggapan atau penyebutan sebagian orang dengan istilah (Tari Tanggai versi ..... atau Tari Tanggai seribu versi) inilah yang membuatberujung seolah-olah menimbulkan polemik sendiri, karena istilahtidak inibisa retorik,membedakan mana Tari Tanggai dan mana Tari Memakai Tanggai lain yang namanya bukan Tari Tanggai. jumlahJumlah kotamadya dan kabupaten di Sumatera Selatan pun tidak mencapai angka seribu. Ada yang mengatakan seribu versi karena membandingkan jumlah Sanggar Tari di [[Kota Palembang|Palembang]] atau di Sumatera Selatan. Silahkan saja beranggapan demikian. Kalaupun sekarang Tari Tanggai ditarikan berbeda-beda, silakan memahami perbedaan itu karena itulah dinamika yang berkembang dalam masyarakat.
 
Sejak jaman kolonial, di Sumatera Selatan sudah dikenal banyak tarian yg membawa tepak dan memakai tanggai, yg berfungsi sebagai Tari Sambut, namun judul, gerak dan irama tari disesuaikan dengan daerah masing-masing. Ibu Ana Kumari menciptakan Tari Tepak Kraton memakai tanggai dan membawa tepak, Ibu Maimunah Hasbullah Bandar Nata menciptakan Tari Tepak, yang juga membawa tepak dan memakai tanggai yang gerakannya diambil dari Tari Gending Sriwijaya. Sedangkan Ibu Elly Rudy, menciptakan tari yg berjudul Tari Tanggai yang diangkat dari adat [[Kota Palembang|Palembang]]''' "Rasan Tuo"''' yang juga membawa tepak dan memakai tanggai. Tari Tanggai ini berfungsi juga sebagai Tari Sambut atas inisiatif dua budayawan [[Kota Palembang|Palembang]] almarhum Raden Husin Natodirajo dan Mgs Nungcik Asaari yang bertemu langsung dengan Ibu Elly Rudy di Jakarta pada tahun 1965 dikarenakan tari Gending Sriwijaya saat itu tidak boleh ditampilkan karena alasan politik. Hal ini sudah diperkuat oleh budayawan [[Kota Palembang|Palembang]] almarhum R. Johan Hanafiah.