Gempa bumi Spitak 1988: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dwianto08 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Dwianto08 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 50:
Pemodelan bentuk gelombang menetapkan bahwa patahan berasal dari kedalaman 5 km (3,1 mil) dengan pusat gempa di [[patahan dorong Alavar]] di lereng [[pegunungan Kaukasus Kecil]] di utara [[Gunung Aragats]]. Gempa utama menghasilkan pecahnya permukaan dan menyebar ke barat dengan sub-kejadian strike-slip terpisah yang terjadi dua detik kemudian yang menyebar ke tenggara. Ke arah barat sesar terbagi menjadi dua cabang, sesar naik ke utara (cabang utara) dan sesar geser kanan (cabang selatan), tetapi tidak ada yang menghasilkan pecah permukaan. Sebanyak lima sub-event terjadi dalam sebelas detik pertama dan gempa susulan berkekuatan 5,8 (magnitudo lokal) terjadi empat menit dua puluh detik kemudian.
 
==Dampak dan korban==
===Kerusakan===
[[File:1988 Spitak earthquake - Collapse of Floors, Leninakan, Armenia.tif|thumb|left|250px230px|Bangunan yang terkena dampak di Leninakan]]
Beberapa guncangan terkuat terjadi di kawasan industri dengan pabrik pengolahan [[kimia]] dan [[makanan]], [[gardu listrik]], dan [[pembangkit listrik]]. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Metsamor, sekitar 75 km (47 mil) dari pusat gempa, hanya mengalami guncangan kecil dan tidak terjadi kerusakan di sana, tetapi akhirnya ditutup selama enam tahun karena masalah kerentanan. Pembangkit listrik tersebut dibuka kembali pada tahun 1995 untuk membebaskan Armenia dari blokade energi besar yang diberlakukan oleh Azerbaijan karena [[Perang Nagorno-Karabakh]] Pertama, di tengah kritik kurangnya pelatihan, ketidakstabilan politik di wilayah Kaukasus, dan tuduhan bahwa pabrik itu dari desain yang tidak memadai.
 
Baris 60 ⟶ 61:
Sebuah tim ahli gempa dan teknik dari [[Amerika Serikat]] menghabiskan beberapa waktu di Armenia pada bulan Desember 1988 dan Januari 1989. Kelompok tersebut, termasuk seorang insinyur struktural yang berspesialisasi dalam desain tahan gempa, setuju bahwa kekurangan bangunan adalah alasan utama mengapa Gempa bumi yang kuat (tetapi tidak besar) sangat merusak, meskipun suhu beku juga berperan dalam jumlah kematian yang luar biasa tinggi. Korban tewas akibat gempa sejauh ini merupakan yang tertinggi di dunia pada tahun 1980-an dan tertinggi ketiga di dunia pada periode 1971–2003 (33 tahun). Para insinyur yang meneliti bangunan yang rusak dan pekerja penyelamat yang telah membongkar bangunan sambil mengevakuasi orang yang selamat menganggap kekurangan desain dan metode konstruksi yang tidak tepat sebagai penyebab kegagalan bangunan. Soviet telah memodifikasi gaya konstruksi mereka untuk mengakomodasi risiko seismik yang diketahui di daerah tersebut, tetapi mereka mengakui kepada tim bahwa banyak bangunan tidak dibangun untuk menahan gempa sebesar itu. Seorang insinyur dengan tim tersebut menyatakan bahwa peraturan untuk area tersebut mengamanatkan bahwa bangunan harus tahan terhadap peristiwa berukuran tujuh atau delapan pada [[skala Medvedev–Sponheuer–Karnik]] dua belas derajat. Efek gempa dinilai sepuluh pada skala seismik itu.
 
[[Berkas:Destroyed building crumbling after Spitak Earthquake.pdf|thumb|250px230px|Bangunan berbahan batu yang rusak parah di Spitak]]
[[File:Memorial earthquake 1988.jpg|thumb|230px|Monumen peringatan gempa di [[Gyumri]], orang Armenia menyebutnya sebagai tahun bencana]]
 
Tiga kota terdekat dengan patahan mengalami tingkat kerusakan yang berbeda. Baik Leninakan dan Kirovakan kira-kira berjarak sama dari guncangan, namun Leninakan memiliki kerusakan yang lebih besar. Hal ini dapat disebabkan oleh lapisan sedimen setebal 300–400 m (980–1.310 kaki) yang ada di bawah kota. Tim dari lembaga [[Earthquake Engineering Research Institute]] membandingkan kerusakan bangunan di setiap kota dan mengamati hasil yang sama ketika membandingkan bangunan berbahan batu setinggi empat lantai atau kurang, tetapi untuk bangunan batu rangka yang lebih tinggi, 62% hancur di Leninakan sementara hanya 23% yang runtuh di Kirovakan. Saat berada di lokasi selama pemantauan gempa susulan, tim peneliti AS memverifikasi keberadaan efek amplifikasi tanah ketika perbedaan yang nyata dalam pembacaan diamati bila dibandingkan dengan situs batuan terdekat. Distribusi energi seismik yang tidak merata mungkin juga berkontribusi terhadap fluktuasi kerusakan.