Kesultanan Aceh: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Desy Cristalia (bicara | kontrib)
#1lib1ref
RadityaAnwar11 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 174:
# Sutera di Banda Aceh.
 
Selain itu di ibu kota juga banyak terdapat pandai [[emas]], [[tembaga]], dan [[suasaakik]] yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi. Sedang [[Pidie]] merupakan lumbung beras bagi kesultanan.<ref>{{cite book | last = Lombard | first = Denys | authorlink = | coauthors = | title = Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636) | publisher = Kepustakaan Populer Gramedia | date = 2008 | location = Jakarta | pages = 87 | url = | doi = | id = }}</ref> Namun di antara semua yang menjadi komoditas unggulan untuk diekspor adalah [[lada]].
 
Produksi terbesar terjadi pada tahun 1820. Menurut perkiraan Penang, nilai ekspor Aceh mencapai 1,9 juta dollar Spanyol. Dari jumlah ini $400.000 dibawa ke Penang, senilai $1 juta diangkut oleh pedagang Amerika dari wilayah lada di pantai barat. Sisanya diangkut kapal dagang India, [[Prancis]], dan Arab. Pusat lada terletak di pantai Barat yaitu Rigas, [[Teunom, Aceh Jaya|Teunom]], dan [[Meulaboh]].<ref name="asal mula"/>