Latto-latto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Serigala Sumatera (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Serigala Sumatera (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 22:
 
== Etimologi ==
Dalam bahasa Indonesia, istilah "latto-latto" sendiri berasal dari [[Bahasa Makassar]] yaitu ''lattoʼ-lattoʼ'' ({{lang-mak|ᨒᨈᨚᨒᨈᨚ|Lattoʼ-Lattoʼ|lit=letuk-letuk, ketuk-ketuk}} {{IPA-mak|lat:oʔ ˈlat:oʔ}}). Berasal dari kata ''lattoʼ'' yang bermakna suara letuk atau retak (mis. pada suara jentikan jari, kelereng yang jatuh, atau memecahkan buah pinang). Kata ''lattoʼ'' masih kognat dengan kata [[Bahasa Indonesia]] ''letuk''<ref>{{Cite web|title=letuk|url=https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/letuk|website=KBBI Daring|access-date=2023-01-11}}</ref> yang merupakan dari turunan [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia]] ''*lətuk'', turunan [[Bahasa Proto-Austronesia|Proto-Austronesia]] ''*-tuk₂/*tuquk?<ref name="ACD">{{cite web|last1=Blust|first1=Robert|last2=Trussel|first2=Stephen|date=2010|title=*-''tuk''₂|url=https://acd.clld.org/formsets/Root-30116|website=Austronesian Comparative Dictionary|publisher=Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology|access-date=7 Januari 2023}}</ref><ref name=":3">{{cite book|last=Mills|first=Roger Frederick|year=1975|title=Proto South Sulawesi and Proto Austronesian Phonology|publisher=University of Michigan|page=734}}</ref>.'' Untuk daerah penutur Bahasa Bugis, lebih dikenal dengan istilah ''kettoʼ-kettoʼ. Sama dengan bahasa Makassar, kata ''kettoʼ-kettoʼ'' dalam bahasa Bugis merupakan bunyi onomatopeia. Secara etimologi, kata ''kettoʼ'' masih kognat dengan kata Bahasa Indonesia ''ketuk'' yang yang merupakan dari turunan [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia]] ''*kətuk'', yang juga merupakan turunan [[Bahasa Proto-Austronesia|Proto-Austronesia]] ''*-tuk₂/*tuquk?<ref name="ACD" /><ref name=":3" />''
 
Dari segi pengucapan, kedua bahasa bahasa tersebut terdapat geminasi konsonan tt [t:] dan [[Konsonan letup celah-suara|hentian glotal]] [ʔ]. Kehadiran geminasi konsonan pada [[Rumpun bahasa Sulawesi Selatan|Rumpun Bahasa Sulawesi Selatan]] salah satu cirinya merupakan realisasi kehadiran bunyi ê pepet "/ə/" pada vokal sebelumnya misalnya dari kata [[Bahasa Proto-Melayu-Polinesia|Proto-Melayu-Polinesia]] ''*gənəp'' [gənəp] akan menjadi ''*gənnəp'' [gən:əp] dalam [[Rumpun bahasa Sulawesi Selatan|Proto-Sulawesi Selatan]]<ref name="mills">{{Cite book|last=Mills|first=Frederick Roger|date=1975|title=Proto South Sulawesi and proto Austronesian phonology|location=Ann Arbor, MI|publisher=University of Michigan|isbn=|page=52-53|pages=|url-status=live}}</ref>, begitu pula kata Proto-Melayu-Polinesia ''*lətuk'' dan ''*kətuk'' akan direalisasikan menjadi ''*ləttuk'' dan ''*kəttuk'' pada Proto-Sulawesi Selatan. Hampir semua bahasa pada Rumpun Sulawesi Selatan, bunyi *ə (e pepet) dalam Proto-Sulawesi Selatan direalisasikan menjadi /a/ (''*ləttok'' menjadi ''lattoʼ'' dalam Bahasa Makassar), kecuali Bugis yang masih mempertahankan bunyi e pepet tersebut (*kəttok menjadi ''kettoʼ'' [kəttoʔ] dalam Bahasa Bugis). Namun pada beberapa dialek bahasa Bugis, terdapat absensi kehadiran bunyi /ə/, misalnya pada dialek Sawitto, yang otomatis akan menyebut ''kettoʼ'' [kəttoʔ] menjadi ''kattoʼ'' [kattoʔ]. Pada kata yang diakhiri [[konsonan letup]] seperti *-p, *-t, *-k, akan direalisasikan sebagai bunyi [[hentian glotal]] pada bahasa Makassar dan Bugis, misalnya *''gənəp pada'' Proto-Melayu Polinesia akan direalisasikan menjadi ''gannaʼ'' (Makassar) ''genneʼ'' (Bugis).