Teuku Umar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jungan1104 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 87:
[[Berkas:Jeurat Teuku Umar.JPG|jmpl|kiri|250px|Makam Teuku Umar di [[Mugo Rayeuk, Panton Reu, Aceh Barat|Mugo Rayek]], [[Panton Reu, Aceh Barat|Panton Reu]], [[Aceh Barat]].]]
 
Pada suatu hari di [[Lampisang]], Teuku Umar mengadakan Pertemuan rahasia yang dihadiri para pemimpin pejuang Aceh, membicarakan rencana Teuku Umar untuk kembali memihak Aceh dengan membawa lari semua senjata dan perlengkapan perang milik Belanda yang dikuasainya. Cut Nyak Dhien pun sadar bahwa selama ini suaminya telah bersandiwara dihadapandi hadapan Belanda untuk mendapatkan keuntungan demi perjuangan Aceh. Bahkan gaji yang diberikan Belanda secara diam-diam dikirim kepada para pemimpin pejuang untuk membiayai perjuangan.<ref name=acehprov/>
 
Pada tanggal [[30 Maret]] [[1896]], Teuku Umar keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir [[peluru]], 500&nbsp;kg [[amunisi]], dan uang 18.000 dollar.
 
Berita larinya Teuku Umar menggemparkan Pemerintah Kolonial Belanda. Gubernur Deykerhooff dipecat dan digantikan oleh Jenderal [[Vetter]]. Tentara baru segera didatangkan dari [[Pulau Jawa]]. Vetter mengajukan ultimatum kepada Umar, untuk menyerahkan kembali semua senjata kepada Belanda. Umar tidak mau memenuhi tuntutan itu. makaMaka pada tanggal [[26 April]] [[1896]] Teuku Johan Pahlawan dipecat sebagai Uleebalang [[Leupung, Aceh Besar|Leupung]] dan Panglima Perang Besar Gubernemen Hindia Belanda.
 
Teuku Umar mengajak uleebalang-uleebalang yang lain untuk memerangi Belanda. Seluruh komando perang Aceh mulai tahun 1896 berada di bawah pimginanpimpinan Teuku Umar. la dibantu oleh istrinya Cut Nyak Dhien dan Panglima Pang Laot, dan mendapat dukungan dari [[Panglima Polem|Teuku Panglima Polem Muhammad Daud]]. Pertama kali dalam [[sejarah]] [[perang Aceh]], tentara Aceh dipegang oleh satu komando.
 
Pada bulan [[Februari]] [[1898]], Teuku Umar tiba di wilayah VII Mukim [[Pidie]] bersama seluruh kekuatan pasukannya lalu bergabung dengan Panglima Polem. Pada tanggal [[1 April]] [[1898]], Teuku Panglima Polem bersama Teuku Umar dan para Uleebalang serta para ulama terkemuka lainnya menyatakan sumpah setianya kepada raja Aceh [[Sultan Muhammad Daud Syah]].