Perang Tiongkok–Jepang Pertama: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 142:
[[File:Een elektrisch zoeklicht gebruiken bij de aanval op Pyongyang-Rijksmuseum RP-P-2010-310-14.jpeg|thumb|Serangan Jepang ke Pyongyang, Korea. Ukiran kayu berwarna menunjukkan tentara Jepang menggunakan lampu sorot untuk menemukan sasarannya. |344x344px]]
Pada awal September, Li Hongzhang memutuskan untuk memperkuat pasukan Tiongkok di Pyongyang dengan menggunakan armada Beiyang untuk mengawal angkutan ke muara [[Sungai Taedong]].{{sfn|Olender|2014|p=60}} Sekitar 4.500 tentara tambahan yang ditempatkan di Zhili akan dikerahkan kembali. Pada tanggal 12 September, setengah dari pasukan berangkat di Dagu dengan lima angkutan sewaan khusus dan menuju ke [[Dalian]] di mana dua hari kemudian pada tanggal 14 September, mereka bergabung dengan 2.000 tentara lainnya. Awalnya, Laksamana [[Ding Ruchang]] ingin mengirim angkutan di bawah pengawalan ringan hanya dengan beberapa kapal, sedangkan kekuatan utama Armada Beiyang akan mencari dan beroperasi langsung melawan Armada Gabungan untuk mencegah Jepang mencegat konvoi tersebut. Namun kemunculan kapal penjelajah Jepang ''Yoshino'' dan ''Naniwa'' dalam serangan pengintaian di dekat Weihaiwei menggagalkan rencana ini. Pihak Tiongkok telah salah mengira mereka sebagai armada utama Jepang. Akibatnya, pada 12 September, seluruh Armada Beiyang berangkat dari Dalian menuju Weihaiwei, tiba di dekat Semenanjung Shandong keesokan harinya. Kapal perang Tiongkok menghabiskan sepanjang hari menjelajahi daerah tersebut, menunggu Jepang. Namun, karena tidak ada penampakan armada Jepang, Laksamana Ding memutuskan untuk kembali ke Dalian, mencapai pelabuhan pada pagi hari tanggal 15 September. Ketika pasukan Jepang bergerak ke utara untuk menyerang Pyongyang, Laksamana Ito dengan tepat menebak bahwa Tiongkok akan berusaha memperkuat pasukan mereka di Korea melalui laut. Pada tanggal 14 September, Armada Gabungan Jepang berlayar ke utara untuk mencari pantai Korea dan Tiongkok guna membawa Armada Beiyang ke medan pertempuran.{{sfn|Evans|Peattie|1997|p=42}}
Kemenangan Jepang di Pyongyang telah berhasil mendorong pasukan Tiongkok ke utara menuju [[Sungai Yalu]], sekaligus mengusir seluruh kehadiran militer Tiongkok yang efektif di Semenanjung Korea. Sesaat sebelum keberangkatan pasukan, Laksamana Ding menerima pesan mengenai pertempuran di Pyongyang yang memberitahukan kepadanya tentang kekalahan tersebut. Selanjutnya pengerahan pasukan ke muara sungai Taedong tidak diperlukan lagi. Laksamana Ding kemudian dengan tepat berasumsi bahwa garis pertahanan Tiongkok berikutnya akan didirikan di Sungai Yalu, dan memutuskan untuk mengerahkan kembali tentara yang berangkat ke sana.{{sfn|Olender|2014|p=60}} Pada tanggal 16 September, konvoi lima kapal pengangkut berangkat dari Teluk Dalian di bawah pengawalan kapal Armada Beiyang yang mencakup dua kapal perang tangguh ''Dingyuan'' dan ''Zhenyuan''.{{sfn|Olender|2014|p=60}} Sesampainya di muara Sungai Yalu, angkutan tersebut menurunkan pasukan dan operasi pendaratan berlangsung hingga keesokan paginya.
Pada tanggal 17 September 1894, Armada Gabungan Jepang menghadapi Armada Beiyang Tiongkok di muara Sungai Yalu. Pertempuran laut yang berlangsung dari pagi hingga senja, menghasilkan kemenangan Jepang.{{sfn|Evans|Peattie|1997|p=42}} Meskipun Tiongkok berhasil mendaratkan 4.500 tentara di dekat Sungai Yalu saat matahari terbenam, armada Beiyang berada di ambang kehancuran total – sebagian besar armada telah melarikan diri atau tenggelam dan dua kapal terbesar ''Dingyuan'' dan ''Zhenyuan'' hampir kehabisan amunisi. Angkatan Laut Kekaisaran Jepang menghancurkan delapan dari sepuluh kapal perang Tiongkok, memastikan komando Jepang di Laut Kuning. Faktor utama kemenangan Jepang adalah keunggulannya dalam kecepatan dan daya tembak.{{sfn|Evans|Peattie|1997|p=44}} Kemenangan tersebut menghancurkan moral angkatan laut Tiongkok.{{sfn|Paine|2003|p=82}} Pertempuran Sungai Yalu adalah pertempuran angkatan laut terbesar dalam perang tersebut dan merupakan kemenangan propaganda besar bagi Jepang.{{sfn|Paine|2003|pp=182–183}}<ref name ="JC Perry 1964">{{cite journal |first1=John Curtis |last1=Perry |author-link=John Curtis Perry |date=1964 |title=The Battle off the Tayang, 17 September 1894 |journal=The Mariner's Mirror |volume=50 |issue=4 |pages=243–259 |doi=10.1080/00253359.1964.10657787 }}</ref>
== Lihat pula ==
|