Orang Tionghoa-Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 110:
Catatan [[Ma Huan]], ketika turut serta dalam ekspedisi [[Cheng Ho]], menyebut secara jelas bahwa pedagang Tionghoa muslim menghuni ibu kota dan kota-kota bandar [[Majapahit]] (abad ke-15) dan membentuk satu dari tiga komponen penduduk kerajaan itu.<ref>Arismunandar A 2007. ''Kerajaan Majapahit abad XIV dan XV''. Artikel pada laman [http://www.majapahit-kingdom.com/cms/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=7 Majapahit Kingdom] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20220312171401/http://www.majapahit-kingdom.com/cms/index.php?option=com_content&task=view&id=16&Itemid=7 |date=2022-03-12 }}</ref> Ekspedisi Cheng Ho juga meninggalkan jejak di Semarang, ketika orang keduanya, [[Wang Jinghong]], sakit dan memaksa rombongan melepas sauh di Simongan (sekarang bagian dari [[Kota Semarang]]). Wang kemudian menetap karena tidak mampu mengikuti ekspedisi selanjutnya. Ia dan pengikutnya menjadi salah satu cikal-bakal warga Tionghoa Semarang. Wang mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut "Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong"), serta membangun [[kelenteng Sam Po Kong]] atau Gedung Batu.<ref>Ada yang berpendapat kelenteng ini dibangun oleh orang dari [[Tuban]], suatu pelabuhan penting di pantai utara Jawa Timur pada masa lalu.[http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg36771.html]</ref> Di komplek ini Wang juga dikuburkan dan dijuluki "Mbah Jurumudi Dampo Awang".<ref>{{Cite web |url=http://permai1.tripod.com/chengho.html |title=Zulkifli AA. ''Laksamana Cheng Ho pernah singgah di Surabaya'' |access-date=2012-07-15 |archive-date=2012-07-15 |archive-url=https://archive.today/20120715043914/permai1.tripod.com/chengho.html |dead-url=no }}</ref>
 
Sejumlah sejarawan juga menunjukkan bahwa [[Raden Patah|Supadi]], pendiri [[Kesultanan Demak]], memiliki darah Cina selain keturunan Majapahit. Beberapa wali penyebar agama Islam di Jawa juga memiliki darah Cina, meskipun mereka memeluk Islam dan tidak lagi secara aktif mempraktikkan kultur Tionghoa.<ref name="Muljana">{{id}} {{cite book|url=http://books.google.co.id/books?id=j9ZOKjMxVdIC&lpg=PA78&dq=suma%20oriental&pg=PA63#v=onepage&q=suma%20oriental&f=false|title=Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara|last=Muljana|first=Slamet|publisher=PT LKiS Pelangi Aksara|year=2005|isbn=9798451163|pages=63}}</ref>
 
Kitab Sunda ''Tina Layang Parahyang'' menyebutkan kedatangan rombongan Tionghoa ke muara [[Ci Sadane]] (sekarang [[Teluknaga, Tangerang|Teluknaga]]) pada tahun 1407, pada masa daerah itu masih di bawah kekuasaan [[Kerajaan Sunda]] (Pajajaran). Pemimpinnya adalah ''Halung'' dan mereka terdampar sebelum mencapai tujuan di [[Sunda Kelapa|Kalapa]].