Kerajaan Padang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib) |
Touminciba (bicara | kontrib) Memperbaiki artikel |
||
Baris 38:
== Sejarah Kerajaan Padang ==
Pada tahun 1607 di bawah kepemimpinan Iskandar Muda, Aceh semakin sukses. Dia menaklukkan Sumatera, Malaya Timur hingga Melaka dan mendominasi ekspor tanaman. Banyak pejabat kerajaan seperti Ulèëbalang dikirim ke wilayah Sumatera Timur. Saat itu mereka mengirim dua orang, yang satu adalah bangsawan Aceh yang kemudian menjadi salah satu keturunan Ulèëbalang Datuk Paduka Raja Batangkuis Serdang, yaitu ''uleebalang Lumu, dan'' seorang pemuda bangsawan mendarat di Bandar Khalifah bernama Umar. Tak cukup untuk menaklukkan Bandar Khalifah, Umar pun turun ke pedalaman di hulu Kerajaan dan berjumpa dengan penguasa Tongkah bernama Raja Saragih yang berburu ngengat di hutan Tongkah, Sekarang Tongkah ini disebut Kampung Muslimin dekat Nagaraja, Kecamatan Tapian Dolok (Perbatasan Serdang Bedagai dan Simalungun). Anjing pemburu saat itu berusaha menggigit Umar, namun Umar mampu menaklukkan anjing itu. Raja sangat terkesan melihat sosok Umar, lalu membesarkannya menjadi anak angkat, karena Raja belum memiliki keturunan ''Rumpun bambu'' (istilah lain untuk menyebutkan anak angkat bukan dari pemberian orang tua kandung secara langsung, tapi dianggap anak yang diutus oleh Tuhan)'', rupanya kehadiran Umar terbawa Beruntung, istri raja akhirnya melahirkan.'' Anak yang lahir tersebut diberi nama ''
== Silsilah Raja Kerajaan Padang ==
Dari salinan data yang berasal dari naskah tua dari Zuriat Kerajaan Padang, yang aslinya ditulis dengan aksara
raya. Pada zaman dahulu ada seorang bangsawan
bernama ''Guk Guk'', dia pergi
Baris 49:
yang dapat, tetapi ketika hendak pulang ke kampung, anjing pemburunya tiba-tiba
menyalak melihat batang buluh beruas besar. Buluh itu kemudian dibawa pulang ke rumah. Saat itu juga Raja Guk Guk melihat isterinya melahirkan anak lelaki. Kemudian diberi nama ''Raja Betuah Pinang Seri''. Secara bersamaan Raja Guk Guk dikejutkan dengan kemunculan anak lelaki yang ada di dalam bambu besar yang dibawanya tadi. Anak yang ada di
dalam bambu itu kemudian diberi nama ''Umar Baginda Saleh'' (pendiri Kerajaan Padang).
''WHM Schadee'' dalam ''Geschiedenis van Sumatra’s Ooskust, deel I (Sumatra Instituut Amsterdam 1918)'' hal 104,.
Baris 60:
= 1664. Jadi berkisar tahun 1664 Kejeruan Padang sudah ada dan sudah dikenali.
Kita tidak menemukan nama kejeruan Padang seperti penjelasan WHM Schadee,
selain Padang di Tebing Tinggi sekitarnya pada masa itu. Anderson juga menjelaskan
John Anderson, tentang Kuala Padang
menulis: ''a considerable sized river. This is an independent state.Radja Bidir Alum, the present chief, has reigned nineteen years. His son is Radja Muda Etam. The two principle villages are Bandar Khalifah, containing 500 inhabitants, and Bundar Dalam, 600 Malays. There are about 3000 triebe Kataran in the country. The first village is half a tide up.'''
Baris 66:
Kerajaan Padang bahkan telah mempengaruhi tamadun negeri berhampiran, sebut saja Tuanku Umar Baginda Saleh(1630); menurut buku Perbaikkan Konsep Sejarah Deli Serdang 1987), memiliki
putera yang bernama ''Marah Ali Maluddin''
yang bernobat di kampong Perbatu di negeri Padang, putranya bernama ''Marah Jana'' mendirikan Tanjung Merawa –Senembah (makamnya di Kampung Batu Bedimbar). Cucunya dari ''Marah Dewa'', bernama ''Datuk Raja Paterum gelar Johan Pahlawan'' (Raja Tanjung Merawa) menikah dengan puteri
Meskipun secara usianya Kerajaan Padang di
Tebing Tinggi lebih tua dari Kesultanan Serdang, hingga tahun 1854 Padang serta Bedagai pernah menjadi negeri jajahan Serdang. Pada 6 Oktober 1865, residen Riau yaitu E Netscher atas nama Gubernemen mengeluarkan akta yang menetapkan
|