Tamjidillah I: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Baris 356:
 
[[Willem Adriaan van Rees]] menulis dalam "De bandjermasinsche krijg van 1859-1863" (1865:7) menyebutkan bahwa Sultan Tamjidillah 1 (Sultan Sepuh) dan Sultan ilhamidillah (Sultan Kuning) adalah anak Sultan Tahmidillah 1.<ref name="bandjermasinsche krijg 1"/>
<blockquote>In 17851745 overleed de regerende sulthan Tahhmid Illah 1, nalatende twee zonen, de oudste sulthan Ilhamid lllah of Sulthan Koening, de jongste sulthan Tamdjid lllah I ook sulthan Sepoh genaamd. Sulthan Koening stierf niet lang na zijne troonsbeklimming, en daar zijn zoon sulthan Mohamad Amin Oelah nog minderjarig was, werd Tamdjid lllah I tot waarnemend sulthan benoemd.
Den mannelijken leeftijd bereikt hebbende, nam Amin Oelah zelf de teugels van het bewind in handen en stierf na een regering van zeven jaren, nalatende drie onmondige zonen, de pangerangs Rahhmat, Abdoellah en Amir. Tamdjid Illah I trad nu andermaal als waarnemend sulthan op, verhief zich kort daarop wederregtelijk tot werkelijk sulthan en werd bij zijn overlijden opgevolgd door zijn zoon sulthan Tahhmid Illah II, ook bekend onder den naam van pangerang Natta en Panembahan Batoe (van batoeah, de gelukkige). Deze liet de twee oudste zonen van Amin Oelah van kant maken en vergunde den derden, pangerang Amir, die hetzelfde lot duchtte, een bedevaart naar Mekka te doen. Amir, eenmaal uit de magt van zijn oom, ging niet naar Mekka, maar zocht hulp tegen den overweldiger bij den toenmaligen vorst van Pagattan, Aroeng Trawee. Deze stelde een leger van 3000 Boeginezen tot zijne beschikking, waarmede Amir over land naar Martapoera trok.
(''Pada tahun 17851745, penguasa sulthan Tahhmid Illah 1, meninggalkan dua putra, yang tertua sulthan Ilhamid lllah atau Sulthan Koening, sulthan termuda Tamdjid lllah I juga disebut sulthan Sepoh. Sulthan Koening meninggal tidak lama setelah pasukannya naik, dan ketika putranya sulthan Mohamad Amin Ulah masih di bawah umur, Tamdjid lllah ditunjuk bertindak sebagai [wali] sulthan. Setelah mencapai usia dewasa, Amin Ulah sendiri mengambil alih tampuk pemerintahan dan meninggal setelah masa tujuh tahun, meninggalkan tiga putra yang belum diperhitungkan, sang pangeran Rahhmat, Abdullah dan Amir. Tamdjid Illah I sekali lagi bertindak sebagai [wali] sulthan, segera setelah itu diremajakan menjadi sulthan yang sebenarnya dan setelah kematiannya ia digantikan oleh putranya sulthan Tahhmid Illah II, juga dikenal dengan nama pangerang Natta dan Panembahan Batu (dari batoeah, yang beruntung). Hal ini membuat dua putra tertua Amin Oelah berbalik (tewas) dan memberi lisensi ketiga, pangeran Amir, yang takut akan nasib yang sama, untuk berziarah ke Mekah. Amir, yang pernah keluar dari pengawasan pamannya, tidak pergi ke Mekah, tetapi meminta bantuan dari perampas pangeran Pagattan, Aroeng Trawee. Dia menempatkan pasukan 3.000 Bugis di tempat pembuangannya (pengasingan), dengan mana Amir melakukan perjalanan darat ke Martapoera.'')
</blockquote><ref name="bandjermasinsche krijg 1">{{cite book
| lang= nl