Siti Hayinah Mawardi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 3:
Hayinah merupakan salah satu wanita generasi awal di [[Hindia Belanda]] yang mempunyai latar belakang pendidikan yang baik. Pendidikan yang diterimanya meliputi ''Neutraal Meisjes School'' (sekolah umum), ''Hollands Inlandsche School'' (HIS), dan ''Fur Huischoud School'' (FHS). Pendidikan tersebut memunculkan suatu kesadaran kritis dalam dirinya bahwa adat dalam kehidupan masyarakat saat itu menghambat pola kemajuan wanita.
 
Partisipasinya dalam skala nasional adalah menjadi peserta [[Kongres Perempuan Indonesia|Kongres Wanita Indonesia Pertama]] bersama dengan [[Siti Munjiyah]], yang diselenggarakan di [[Ndalem Jayadipuran]] pada 22–25 Desember 1928. DiaMunjiyah mengemukakanmembacakan pendapatpidato tentangdengan derajatjudul wanita''Derajat dalamPerempuan'', acarasedangkan penyampaianHayinah pidatomenyampaikan tentang ''Persatuan Manusia''. Pidato yang disampaikannya merupakan respon dari gerakan [[feminisme liberal]] yang berkembang saat itu. Dia mengelompokkan derajat dan kemuliaan kaum wanita menjadi tiga bagian, yaitu tinggi budinya, banyak ilmunya, dan baik kelakuannya. Tampilnya dalam forum tersebut membuka pandangan baru bagi para wanita untuk dapat berperan di dalam masyarakat dan menyingkirkan sekat-sekat tradisional.
 
Tema yang diusung oleh Hayinah sendiri begitu kontekstual dengan semangat persatuan yang sedang digadang-gadang dalam penyelenggaraan Kongres Wanita Pertama. Menurut dirinya, persatuan merupakan alat untuk memperoleh tujuan utama, seperti kebahagiaan dan kesejahteraan. Jalan menghadirkan persatuan ditempuh melalui saling memelihara persaudaraan. Dia menyambut dengan baik usaha untuk mempersatukan perserikatan wanita
 
== Latar belakang ==