Tuberkulosis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Andrewn123 (bicara | kontrib) pemutakhiran epidemiologi TB terkini dalam skala global dan nasional (2022) |
||
Baris 25:
Namun seringkali apabila pengobatan tidak dilakukan dengan teratur dan dengan jangka waktu yang diperlukan, bakteri TB tersebut bisa kembali kambuh dan beradaptasi menjadi resisten terhadap antibiotik. [[Resistansi antibiotik]] merupakan masalah yang besar pada penanganan epidemi TB. Infeksi [[tuberkulosis resisten obat|tuberkulosis resisten multi-obat]] (atau sering disebut TB MDR) memerlukan pengobatan yang jauh lebih berat dengan dosis obat yang jauh lebih tinggi dan tingkat kesembuhan yang jauh lebih rendah. Untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut dan mendapatkan [[vaksinasi]] [[bacillus Calmette-Guérin|basil Calmette–Guérin]].
== Epidemiologi ==▼
TB kini menjadi penyebab kematian nomor dua setelah pandemi Covid-19 akibat penyakit menular pada tahun 2022. Setelah terjadi tren penurunan angka orang yang menderita TB secara global dari tahun 2010, angka ini kembali menaik sejak tahun 2020 ketika pandemi Covid-19 dimulai. Sekitar 10,6 juta orang menderita TB dengan angka kasus TB baru yang dilaporkan adalah sebesar 7,5 juta pada tahun 2022. Angka ini merupakan angka terbesar sejak 1995 yang kemungkinan berasal dari orang-orang yang memiliki TB di tahun-tahun sebelumnya selama pandemi Covid-19 yang menyebabkan terhambatnya penemuan kasus, diagnosis, dan pengobatan TB.
Walaupun demikian, dampak lain dari adanya pandemi Covid-19 adalah penurunan angka kematian TB dengan adanya PPKM yang membatasi transmisi TB pada tahun 2020 dan 2021. Pada tahun 2022, angka kematian global akibat TB (termasuk orang dengan HIV) adalah sebesar 1,30 juta yang dikatakan menurun dibandingkan tahun 2020 dan 2021. Mayoritas orang yang meninggal akibat TB adalah orang yang negatif-HIV (sekitar 1,13 juta), sementara diperkirakan terdapat 167.000 kematian pada ODHA dengan TB.
Di samping itu, diperkirakan sebanyak 410.000 orang yang terinfeksi TB termasuk ke dalam golongan TB resisten multiobat (TB-MDR) atau TB resisten rifampisin (TB-RR) pada tahun 2022. Sementara orang yang menerima pengobatan jauh lebih kecil, yaitu sekitar 175.650 orang.
Dari segi geografis, daerah dengan kasus TB paling tinggi berada di Asia Tenggara (46%) diikuti Afrika (23%), Pasifik Barat (18%), diikuti Mediterania Timur (8,1%), Amerika (3,1%), dan Eropa (2,2%). Tingginya angka kasus TB di Asia Tenggara kemungkinan disebabkan oleh tiga negara yang tergolong ke dalam tiga puluh negara dengan beban kasus TB tertinggi, yaitu Indonesia (beban kasus TB tertinggi kedua, sebesar 10% kasus global), Filipina (beban kasus TB tertinggi keempat, sebesar 7,0% kasus), dan Myanmar. Selain itu, ketiga negara ini juga berperan dalam peningkatan kasus TB global tertinggi dengan penambahan 0,4 juta kasus pada tahun 2022.<ref name=":0">{{Cite book|date=2023|url=https://iris.who.int/bitstream/handle/10665/373828/9789240083851-eng.pdf?sequence=1|title=Global Tuberculosis Report 2023|location=Jenewa|publisher=World Health Organization|isbn=978-92-4-008385-1|url-status=live}}</ref>
== Situasi Tuberkulosis di Indonesia ==
Indonesia (10%) termasuk ke dalam negara kedua dari tiga puluh negara dengan beban kasus TB global tertinggi didahului India (27%) dan diikuti Tiongkok (7,1%), Filipina (7,0%), Pakistan (5,7%), Nigeria (4,5%), Bangladesh (3,6%), dan Republik Demokratik Kongo (3,0%).<ref name=":0" />
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2022, jumlah semua kasus TB yang ditemukan adalah sebanyak 677.464 kasus. Angka ini meningkat dengan cukup tinggi bila dibandingkan dengan laporan pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2022 dan 2020 berturut-turut, dengan temuan sebanyak 397.377 dan 351.936 kasus.<ref name=":1">{{Cite book|last=Kementerian Kesehatan Republik Indonesia|date=2022|title=Profil Kesehatan Indonesia 2022|location=Jakarta|publisher=Kementerian Kesehatan Republik Indonesia|url-status=live}}</ref>
Di Indonesia, kasus tuberkulosis tertinggi ditemukan di daerah-daerah dengan jumlah penduduk yang banyak, yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jumlah kasus tuberkulosis dari ketiga provinsi tersebut mencapai 44% dari seluruh kasus yang ditemukan di Indonesia.<ref>{{Cite book|last=Kementerian Kesehatan Republik Indonesia|date=2021|title=Profil Kesehatan Indonesia 2021|location=Jakarta|publisher=Kementerian Kesehatan Republik Indonesia|url-status=live}}</ref>
Jika ditinjau dari jenis kelamin, kasus tuberkulosis lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan yaitu 58,0% laki-laki dan 42,0% perempuan. Sedangkan, jika dilihat dari usia, pada tahun 2021 kasus tuberkulosis banyak ditemukan pada usia produktif, yaitu rentang usia 45—54 tahun sebanyak 16,8% diikuti rentang usia 25—34 tahun dan 55—64 tahun dengan masing-masing sebanyak 15%.<ref name=":1" />
== Tanda dan gejala ==
Baris 37 ⟶ 53:
Dalam 15–20% kasus aktif, terjadi penyebaran infeksi hingga ke luar organ pernapasan dan menyebabkan tuberkulosis jenis lainnya.<ref>{{cite book|last=Jindal|first=editor-in-chief SK|title=Textbook of pulmonary and critical care medicine|publisher=Jaypee Brothers Medical Publishers|location=New Delhi|isbn=978-93-5025-073-0|pages=549|url=http://books.google.ca/books?id=EvGTw3wn-zEC&pg=PA549}}</ref> Tuberkulosis yang terjadi di luar organ pernapasan disebut "tuberkulosis ekstra paru".<ref name=Extra2005>{{cite journal|pmid=16300038|year=2005|author=Golden MP, Vikram HR|title=Extrapulmonary tuberculosis: an overview|volume=72|issue=9|pages=1761–8|journal=American family physician}}</ref> TB ekstra paru umumnya terjadi pada orang dewasa dengan [[imunosupresi]] dan anak-anak. TB ekstra paru muncul pada 50% lebih kelompok pengidap HIV.<ref name=Extra2005/> Lokasi TB ekstra paru yang bermakna termasuk: [[pleura]] (pada TB pleuritis), [[sistem saraf pusat]] (pada [[meningitis]]TB), dan [[sistem kelenjar getah bening]] (pada [[skrofuloderma]] leher). TB ekstra paru juga dapat terjadi di [[sistem urogenital]] (yaitu pada [[tuberkulosis urogenital]]) dan pada tulang dan persendian (yaitu pada [[penyakit Pott]] tulang belakang). Bila TB menyebar ke tulang maka dapat disebut "TB tulang",<ref>{{cite book|last=Kabra|first=[edited by] Vimlesh Seth, S.K.|title=Essentials of tuberculosis in children|year=2006|publisher=Jaypee Bros. Medical Publishers|location=New Delhi|isbn=978-81-8061-709-6|pages=249|url=http://books.google.ca/books?id=HkH0YbyBHDQC&pg=PA249|edition=3rd ed.}}</ref> yang merupakan salah satu bentuk [[osteomielitis]].<ref name="Robbins" /> Ada lagi TB yang lebih serius yaitu TB yang menyebar luas dan disebut sebagai TB diseminata, atau biasanya dikenal dengan nama [[tuberkulosis milier]].<ref name=ID10/> Di antara kasus TB ekstra paru, 10%-nya biasanya merupakan TB milier.<ref name=Gho2008/>
== Etiologi (penyebab) dan Faktor Risiko ==
=== Mikobakteria ===
[[Berkas:Mycobacterium tuberculosis.jpg|jmpl|Hasil pindai [[mikrograf elektron]] ''[[Mycobacterium tuberculosis]]'']]
Baris 49 ⟶ 65:
=== Faktor risiko ===
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab mengapa orang lebih rentan terhadap infeksi TB. Di tingkat global, faktor risiko paling penting adalah [[HIV]]; 13% dari seluruh kasus TB ternyata terinfeksi juga oleh virus HIV.<ref name="WHO2011">{{cite web|author=World Health Organization|year=2011|title=The sixteenth global report on tuberculosis|url=http://www.who.int/tb/publications/global_report/2011/gtbr11_executive_summary.pdf}}</ref> Masalah ini umum ditemukan di kawasan [[sub-Sahara Afrika]], yang angka HIV-nya tinggi.<ref>{{cite web|author=World Health Organization|url=http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/index.html|title=Global tuberculosis control–surveillance, planning, financing WHO Report 2006|accessdate=13 October 2006}}</ref><ref>{{cite journal|last=Chaisson|first=RE|coauthors=Martinson, NA|title=Tuberculosis in Africa--combating an HIV-driven crisis|url=https://archive.org/details/sim_new-england-journal-of-medicine_2008-03-13_358_11/page/1089|journal=The New England Journal of Medicine|date=13 March 2008|volume=358|issue=11|pages=1089–92|pmid=18337598|doi=10.1056/NEJMp0800809}}</ref> Tuberkulosis terkait erat dengan kepadatan penduduk yang berlebihan serta [[gizi buruk]]. Keterkaitan ini menjadikan TB sebagai salah satu [[penyakit kemiskinan]] utama.<ref name=Lancet11/> Orang-orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi TB antara lain: orang yang menyuntik obat terlarang, penghuni dan karyawan tempat-tempat berkumpulnya orang-orang rentan (misalnya, penjara dan tempat penampungan gelandangan), orang-orang miskin yang tidak memiliki akses perawatan kesehatan yang memadai, minoritas suku yang berisiko tinggi, dan para pekerja kesehatan yang melayani orang-orang tersebut.<ref name=Griffith_1996>{{cite journal |author=Griffith D, Kerr C|title=Tuberculosis: disease of the past, disease of the present |journal=J Perianesth Nurs |volume=11 |issue=4|pages=240–5 |year=1996|pmid = 8964016|doi = 10.1016/S1089-9472(96)80023-2}}</ref> Penyakit paru-paru kronis adalah faktor risiko penting lainnya. [[Silikosis]] meningkatkan risiko hingga 30 kali lebih besar.<ref name=table3>{{cite journal |title=Targeted tuberculin testing and treatment of latent tuberculosis infection. American Thoracic Society |journal=MMWR Recomm Rep |volume=49 |issue=RR–6|pages=1–51|year=200|month=June|pmid=10881762|url=http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/rr4906a1.htm#tab3|author1=ATS/CDC Statement Committee on Latent Tuberculosis Infection}}</ref> Orang-orang yang [[merokok]] memiliki risiko dua kali lebih besar terkena TB dibandingkan yang tidak merokok.<ref>{{cite journal|last=van Zyl Smit|first=RN|coauthors=Pai, M, Yew, WW, Leung, CC, Zumla, A, Bateman, ED, Dheda, K|title=Global lung health: the colliding epidemics of tuberculosis, tobacco smoking, HIV and COPD.|journal=The European respiratory journal : official journal of the European Society for Clinical Respiratory Physiology|date=2010 Jan|volume=35|issue=1|pages=27-33|pmid=20044459|quote=These analyses indicate that smokers are almost twice as likely to be infected with TB and to progress to active disease (RR of ∼1.5 for latent TB infection (LTBI) and RR of ∼2.0 for TB disease). Perokok juga memiliki peluang meninggal karena TB yang lebih besar (Risiko Relatif ∼2.0 dari seluruh angka kematian akibat TB), namun data yang ada sulit diinterpretasikan karena keberagaman/heterogenitas hasil yang didapatkan dari berbagai penelitian berbeda.}}</ref> Adanya penyakit tertentu juga dapat meningkatkan risiko berkembangnya Tuberkulosis, antara lain [[alkoholisme]]<ref name=Lancet11/> dan [[diabetes mellitus]] (risikonya tiga kali lipat).<ref>{{cite journal|last=Restrepo|first=BI|title=Convergence of the tuberculosis and diabetes epidemics: renewal of old acquaintances|journal=Clinical infectious diseases : an official publication of the Infectious Diseases Society of America|date=15 August 2007|volume=45|issue=4|pages=436–8|pmid=17638190|doi=10.1086/519939|pmc=2900315}}</ref> Obat-obatan tertentu, seperti [[kortikosteroid]] dan [[infliximab]] (antibodi monoklonal anti-αTNF) juga merupakan faktor risiko yang semakin penting, terutama di kawasan [[negara berkembang|dunia berkembang]].<ref name=Lancet11/> Meskipun [[kerentanan genetik]]<ref>{{cite journal|last=Möller|first=M|coauthors=Hoal, EG|title=Current findings, challenges and novel approaches in human genetic susceptibility to tuberculosis|journal=Tuberculosis (Edinburgh, Scotland)|date=2010 Mar|volume=90|issue=2|pages=71–83|pmid=20206579|doi=10.1016/j.tube.2010.02.002}}</ref> juga bisa berpengaruh, tetapi para peneliti belum menjelaskan sampai sejauh mana peranannya.<ref name=Lancet11/>
== Mekanisme ==
Baris 57 ⟶ 73:
Ketika seseorang yang mengidap TB paru aktif batuk, bersin, bicara, menyanyi, atau meludah, mereka sedang menyemprotkan titis-titis [[partikulat|aerosol]] infeksius dengan diameter 0.5 hingga 5 [[mikrometer (satuan)|µm]]. Bersin dapat melepaskan partikel kecil-kecil hingga 40,000 titis.<ref name=Cole_1998>{{cite journal|author=Cole E, Cook C |title=Characterization of infectious aerosols in health care facilities: an aid to effective engineering controls and preventive strategies |url=https://archive.org/details/sim_american-journal-of-infection-control_1998-08_26_4/page/453 |journal=Am J Infect Control |volume=26 |issue=4 |pages=453–64 |year=1998|pmid=9721404|doi = 10.1016/S0196-6553(98)70046-X}}</ref> Tiap titis bisa menularkan penyakit Tuberkulosis karena dosis infeksius penyakit ini sangat rendah. (Seseorang yang menghirup kurang dari 10 bakteri saja bisa langsung terinfeksi).<ref>{{cite journal |author=Nicas M, Nazaroff WW, Hubbard A |title=Toward understanding the risk of secondary airborne infection: emission of respirable pathogens |journal=J Occup Environ Hyg |volume=2 |issue=3 |pages=143–54 |year=2005|pmid=15764538|doi = 10.1080/15459620590918466}}</ref>
Orang-orang yang melakukan kontak dalam waktu lama, dalam frekuensi sering, atau selalu berdekatan dengan penderita TB, berisiko tinggi ikut terinfeksi, dengan perkiraan angka infeksi sekitar 22%.<ref name=Ahmed_2011>{{cite journal |author=Ahmed N, Hasnain S |title=Molecular epidemiology of tuberculosis in India: Moving forward with a systems biology approach |url=https://archive.org/details/sim_tuberculosis_2011-09_91_5/page/407 |journal=Tuberculosis |volume=91|issue=5 |pages=407–3 |year=2011|pmid = 21514230|doi = 10.1016/j.tube.2011.03.006}}</ref> Seseorang dengan Tuberkulosis aktif dan tidak mendapatkan perawatan dapat menginfeksi 10-15 (atau lebih) orang lain setiap tahun.<ref name="WHO2012data">{{cite web|date=November 2010|title=Tuberculosis Fact sheet N°104|url=http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/index.html|publisher=[[World Health Organization]]|accessdate=26 July 2011}}</ref> Biasanya, hanya mereka yang menderita TB aktif yang dapat menularkan penyakit ini. Orang-orang dengan infeksi laten diyakini tidak menularkan penyakitnya.<ref name=Robbins/> Kemungkinan penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain jumlah titis infeksius yang disemprotkan oleh pembawa, efektivitas ventilasi lingkungan tempat tinggal, jangka waktu paparan, tingkat [[virulensi]] [[strain (biologi)|strain]] ''M. tuberculosis'', dan tingkat kekebalan tubuh orang yang tidak terinfeksi.<ref name=CDCcourse>{{cite web|publisher=[[Centers for Disease Control and Prevention]] (CDC), Division of Tuberculosis Elimination|url=http://www.cdc.gov/tb/education/corecurr/pdf/corecurr_all.pdf|title=Core Curriculum on Tuberculosis: What the Clinician Should Know|pg=24|edition=5th|year=2011}}</ref> Untuk mencegah penyebaran berlapis dari satu orang ke orang lainnya, pisahkan orang-orang dengan TB aktif ("nyata") dan masukkan mereka dalam rejimen obat anti-TB. Setelah kira-kira dua minggu perawatan efektif, orang-orang dengan infeksi aktif yang [[resistansi Antibiotik|non-resisten]] biasanya sudah tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.<ref name="Ahmed_2011"/> Bila ternyata kemudian ada yang terinfeksi, biasanya perlu waktu tiga sampai empat minggu hingga orang yang baru terinfeksi itu menjadi cukup infeksius untuk menularkan penyakit tersebut ke orang lain.<ref>{{cite web | url=http://www.mayoclinic.com/health/tuberculosis/DS00372/DSECTION=3|title=Causes of Tuberculosis|accessdate=19 October 2007|date=21 December 2006|publisher=[[Mayo Clinic]]}}</ref>
=== Patogenesis ===
Baris 114 ⟶ 130:
Risiko reaktivasi meningkat sebagai akibat imunosupresi, seperti misalnya disebabkan oleh infeksi HIV. Pada orang yang juga terinfeksi oleh “M. tuberculosis” dan HIV, risiko adanya reaktivasi meningkat hingga 10% per tahun.<ref name=Robbins/> Studi yang menggunakan sidik DNA dari galur “M. tuberculosis”menunjukkan bahwa infeksi kembali menyebabkan kambuhnya TB lebih sering dari yang diperkirakan.<ref>{{cite journal |doi=10.1016/S1473-3099(03)00607-8 |title=Recurrence in tuberculosis: relapse or reinfection? |year=2003 |author=Lambert M |journal=Lancet Infect Dis |volume=3 |page=282 |pmid=12726976 |issue=5|author-separator=, |display-authors=1 |last2=Hasker |first2=Epco |last3=Deun |first3=Armand Van |last4=Roberfroid|first4=Dominique |last5=Boelaert |first5=Marleen |last6=Van Der Stuyft |first6=Patrick |pages=282–7}}</ref> Infeksi kembali dapat dihitung lebih dari 50% kasus dimana TB biasa ditemukan.<ref>{{cite journal|last=Wang|first=JY|coauthors=Lee, LN, Lai, HC, Hsu, HL, Liaw, YS, Hsueh, PR, Yang, PC|title=Prediction of the tuberculosis reinfection proportion from the local incidence|url=https://archive.org/details/sim_journal-of-infectious-diseases_2007-07-15_196_2/page/281|journal=The Journal of infectious diseases|date=15 July 2007|volume=196|issue=2|pages=281–8|pmid=17570116|doi=10.1086/518898}}</ref> Peluang terjadinya kematian karena tuberkulosis adalah kurang lebih 4% pada tahun 2008, turun dari 8% pada tahun 1995.<ref name=Lancet11/>
▲== Epidemiologi ==
== Sejarah ==
|