Papua Barat Daya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 77:
=== Masa Kolonial ===
[[File:KITLV_A1042_-_Caterpillar_tractor_op_de_weg_van_Kasim_naar_Sel%C3%A9_bij_Salawati_in_West-Nieuw-Guinea,_KITLV_140548.tiff|jmpl|kiri|Traktor Caterpillar di jalan Kasim-Sele yang digunakan untuk eksplorasi migas tahun 1930-an]]
Kesultanan Tidore jatuh ke tangan [[Belanda]] di abad ke-17 sehingga seluruh kekuasaan Tidore termasuk Pulau Papua bagian barat dimasukkan ke wilayah [[Hindia Belanda]]. Pada masa Hindia Belanda, Papua dianggap memiliki nilai ekonomis yang kecil dibandingkan pulau lainnya sehingga cenderung dilupakan. Namun Pemerintah Belanda menyadari bahwa penjajahan Papua dapat mencegah bangsa Eropa lain mendekati pulau lainnya di Hindia Belanda yang mengganggu [[pasar monopoli|monopoli perdagangan]] terutama rempah-rempah di [[Kepulauan Maluku]]. Sampai akhir abad ke-19 komoditas utama di Papua adalah [[budak]] dan bulu [[cenderawasih]].<ref>{{Cite book|title=THE DYNAMICS OF THE WESTERN NEW GUINEA (IRIAN BARAT) PROBLEM|url=https://www.papuaerfgoed.org/id/BK/1000/14|last=Bone|first=Robert|publisher=Cornell University|location=Ithaca, NY|year=1958|access-date=2022-11-18|archive-date=2022-11-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20221118174527/https://www.papuaerfgoed.org/id/BK/1000/14|dead-url=no}}</ref> Awal abad ke-20, bangsa Eropa mulai menemukan tanda-tanda potensi mineral di Papua. Tahun 1935, ''[[Nederlandsch Nieuw Guinee Petroleum Maatschappij]]'' (NNGPM) didirikan untuk melakukan eksplorasi migas. Akhirnya minyak berhasil ditemukan di berbagai tempat misalnya di Klamono dan Selat Sele (selat antara Pulau Papua dan Pulau Salawati), keduanya berada di wilayah Kabupaten Sorong.<ref>{{Cite journal|title=Delaying the 'Discovery' of Oil in West New Guinea|journal=The Journal of Pacific History|url=https://www.jstor.org/stable/25161079|last=Poulgrain|first=Greg|issue=2|volume=34|publisher=Taylor & Francis Ltd.|year=1999|access-date=2022-11-18|archive-date=2022-11-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20221111031233/https://www.jstor.org/stable/25161079|dead-url=no}}</ref>
 
Pada awal abad ke-20, Belanda membagi Pulau Papua menjadi beberapa ''afdeeling''. Salah satunya adalah ''Afdeeling Noord Nieuw Guinea'' (Nugini Utara) yang berpusat di Manokwari. ''Afdeeling'' tersebut dibagi menjadi beberapa ''onderafdeeling'', salah satunya adalah ''onderafdeeling'' Sorong yang berpusat di [[Pulau Doom]]. Belanda kemudian membangun perkantoran, gereja dan pemukiman serta menata perkotaan di pulau ini sehingga menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan. Penduduk yang hidup di waktu itu menceritakan bagaimana Pulau Doom terang benderang di malam hari padahal Sorong masih gelap gulita.<ref name="Kompas">{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/2008/08/04/21294133/Menelusuri.Kota.Tua.Ala.Belanda|title=Menelusuri Kota Tua Ala Belanda|date=2008-08-04|access-date=2022-11-19|website=kompas.com|last=Genthong|first=Aryo Wisanggeni|archive-date=2018-09-19|archive-url=https://web.archive.org/web/20180919095039/https://nasional.kompas.com/read/2008/08/04/21294133/Menelusuri.Kota.Tua.Ala.Belanda|dead-url=no}}</ref>