Sesuai saran dan nasihat [[Agus Salim|Haji Agus Salim]], jenazah Bagindo Dahlan Abdullah kemudian dimakamkan di [[Baghdad]], Irak, dengan upacara kebesaran di Masjid Syekh Abdul Qadir Jailani di kota tersebut. Saran dan nasihat Agus Salim itu bertujuan agar makam Bagindo akan dikenang lama dan menjadi simbol tali persahabatan antara Indonesia dan Irak.<ref name="Goodreads"/>
Kiprah Bagindo Dahlan Abdullah dalam dunia pendidikan di Indonesia cukup besar, antara lain turut mendirikan Sekolah TiggiTinggi Islam (STI) yang kelak menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta melalui rapat Masyoemi tahun 1945, bersama dengan tokoh besar lain seperti KH Abdul Wahid, KH Bisri, KH Wahid Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, KH Mas Mansur, KH Hasyim, KH Faried Ma’ruf, KH Abdul Mukti, KH Imam Ghazali, Dr Soekiman Wirjosandjojo, Wondoamiseno, Anwar Cokroaminoto, Harsono Cokroaminoo, Mr. Moch. Roem, dan lainnya.<ref>{{Cite web|title=Peneliti Belanda Akan Paparkan Perjuangan Baginda Dahlan Abdullah|url=https://nasional.sindonews.com/berita/1187581/15/peneliti-belanda-akan-paparkan-perjuangan-baginda-dahlan-abdullah|website=SINDOnews Nasional|language=id-ID|access-date=2024-02-25}}</ref> Pendirian Sekolah Tinggi Islam ini sejalan dengan gagasan pribadinya sejak masih tinggal di Belanda, bahwa perguruan tinggi untuk orang Indonesia harus didirikan di Indonesia, bukan di Negeri Belanda.<ref>{{Cite book|last=Chaniago,Hasril;Nopriyasman;Abdullah,Iqbal Alan|date=2020|url=https://obor.or.id/Baginda-Dahlan-Abdullah-Bapak-Kebangsaan-Indonesia|title=Baginda Dahlan Abdullah: Bapak Kebangsaan Indonesia|location=Jakarta|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|isbn=9786024339074|pages=279|url-status=live}}</ref>