Gereja Santo Laurentius, Bandung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 37:
Tahun 1982 dibangun gedung Pastoran dan gedung serbaguna yang juga dipakai mempersembahkan Misa sehingga kapasitas gereja bias ditingkatkan menjadi 200orang dan kemudian mulai diadakan 2 kali perayaan Ekaristi pada hari Minggu. Karena kebutuhan akan tempat ibadah yang lebih luas dirasa jadi lebih mendesak sehingga mulai dipikirkan rencana membangun gereja yang lebih besar. Berkat kuasa-Nya, dukungan doa seluruh umat serta jasa Bapak Ignatius Pranoto dan Bapak Ignatius Suhendra SH maka pada tanggal 29 Agustus 1983 surat IMB sudah resmi didapat. Pada Tanggal 24 Maret 1985 peletakan batu pertama dilakukan oleh Bapak Uskup Mgr. Alexander Djajasiswaja Pr. Pada tahap Pembangunan yang banyak terlibat adalah Bapak Eddy Yudhira selaku konsultan pelaksana dan Bapak Wiriodjojo yang menangani bagian logistic.
[[Berkas:Pintu Utama Gereja Santo Laurentius Bandung, 2024.png|Pintu utama gedung gereja. Terdapat juga plakat peresmian gereja.]]
Akhirnya kegigihan umat paroki St.Laurentius menghasilkan sebuah gedung gereja baru yang modern. Tanggal 1 Maret 1987 dilaksanakan pemberkatan gereja oleh Uskup bandung Mgr. [[Alexander Djajasiswaja
Pertengahan tahun 1987 Pastor JAC Schellekens OSC digantikan oleh Pastor Djoko Setyarmo OSC (Agustus 1987 – Mei 1990) yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kaum muda. Saat itu Mdudika sangat kompak dengan wadah yang bernama ESL (Ecclesia Sanctae Laurenti). Putra altar juga sangat berkembang dengan nama Fillius Arae dan yang tak kalah penting adalah lahirnya PDKK (Persekutuan Doa Karismatik Katolik). Pastor Djoko digantikan oleh Pastor Anton Rotten OSC (Mei 1990 – 31 Desember 1991). Kemudian pada periode 1 Januari 1992 – 31 Agustus 1995 Paroki St. Laurentius dipimpin oleh Pastor Hardjosoebroto OSC.
|