Papua Selatan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Afif Brika1 (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Afif Brika1 (bicara | kontrib) →Masa Kolonial: berkebun lebih dipraktekkan oleh suku pegunungan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 71:
[[Berkas:KITLV A42 - Marind-Animman en -vrouw nabij Merauke, KITLV 10187.tiff|jmpl|200px|kiri|Anggota Suku Marind di tahun 1910]]
Sebelum datangnya [[Eropa|bangsa Eropa]], wilayah rawa-rawa Papua Selatan dihuni oleh berbagai suku seperti [[Suku Asmat|Asmat]], [[Suku Marind|Marind]], dan [[Suku Wambon|Wambon]] yang masih menjaga tradisinya. Suku Marind atau disebut juga Malind dulunya hidup berkelompok di sepanjang sungai-sungai di wilayah Merauke dan hidup dengan [[berburu]]
Pada abad ke-19, bangsa Eropa mulai melakukan penjajahan di [[Pulau Papua]]. Pulau Papua dibelah dengan garis lurus, bagian barat masuk ke wilayah [[Nugini Belanda]] dan bagian timur masuk wilayah [[Inggris]]. Suku Malind sering melewati perbatasan tersebut untuk pergi mengayau. Sehingga pada tahun 1902, Belanda mendirikan [[pos terdepan (militer)|pos militer]] di ujung timur Papua Selatan untuk memperkuat perbatasan dan menghilangkan tradisi tersebut. Pos ini berada di [[sungai Maro]] sehingga kemudian daerahnya sekitarnya diberi nama Merauke. Belanda juga menempatkan [[misi (Kristen)|misi Katolik]] di pos ini untuk menyebarkan agamanya serta membantu menghapuskan tradisi pengayauan. Pos ini lama kelamaan semakin ramai sehingga menjadi sebuah kota. Kemudian Merauke dijadikan ibu kota dari [[Afdeling|Afdeeling]] Zuid Nieuw Guinea atau Provinsi Nugini Selatan. Pada masa penjajahan Belanda juga, [[Orang Jawa]] didatangkan ke Merauke untuk membuka lahan persawahan.<ref name = "Melintas" /><ref name ="Kombai 1" />
|